Ruminah dan Bunga
Oleh: Khafid Sirotudin
Tujuh lapak penjual bunga berderet di jalan Singosari dekat Pasar Rejowinangun Kota Magelang. Tujuh bakul kembang (pedagang bunga) tersebut berasal dari warga lokal (2 orang) dan kecamatan Pakis Kabupaten Magelang (5 orang). Mulai jam 05.30 pagi mereka menggelar dagangan hingga sore hari. Silih berganti pembeli datang menghampiri. Ada yang datang dengan mobil membeli bunga semacam “drive thru” restoran cepat saji, ada pula yang datang dengan kendaraan bermotor roda dua, bersepeda dan berjalan kaki.
Kami datang ke pasar kembang sambil jalan-jalan pagi dari hotel tempat menginap panitia untuk membeli beberapa jenis bunga yang kami gunakan sebagai pengharum ruangan pada Rapat Kerja Wilayah II Lembaga Pengembang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LP-UMKM) PW Muhammadiyah Jateng. Selama tiga hari, Jumat-Ahad, 19-21 Desember 2025 para pegiat dan pimpinan LP-UMKM PDM dan MEK (Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan) PD Aisyiyah se Jateng berkumpul di Unimma dan Hotel Safira Magelang.
Entitas bakul kembang pada umumnya perempuan adalah pelaku usaha mikro kecil yang masih bertahan di era digital. Ada juga UKM penjual karangan bunga di perkotaan yang dibutuhkan masyarakat untuk memberikan berbagai ucapan beragam momentum pengukuhan, pernikahan, pelantikan dan kematian. Saya biasa membeli bunga di Pasar Tlongopan Weleri sebagai pengharum rumah dan keperluan ziarah.

Meski sekarang banyak tersedia pengharum sintetis untuk mobil, kantor, aula, rumah sakit dan hotel, kami lebih memilih aroma bunga pengharum ruangan alami. Fakta telah menunjukkan bahwa esterifikasi pengharum ruangan sintetis telah menimbulkan side-effect negatif bagi kesehatan pemakainya. Banyak kasus pasien terkena kanker paru-paru meskipun dia bekerja puluhan tahun di ruangan ber-AC dan berpengharum ruangan sintetis, tidak pernah merokok dan bukan vaper. Ribuan bahkan jutaan partikel kimia sintetis tidak kasat mata telah terhirup dan menggumpal di tubuh penghirupnya selama bertahun-tahun.
Esterifikasi adalah reaksi kimia organik fundamental dimana asam karboksilat bereaksi dengan alkohol untuk membentuk senyawa ester (alkil alkanoat) dan air. Biasanya menggunakan katalis asam seperti H2SO4 pekat yang merupakan reaksi hidrolisis, yang menghasilkan senyawa berbau harum. Penjelasan ini disampaikan Sekretaris LP-UMKM PWM Jateng, Lenny Ratih Agustin, Sarjana Kimia lulusan Undip yang menemani kami jalan-jalan pagi sembari membeli bunga.
Dalam Kata Pengantar buku saya “Membeli Sembari Berbagi” (23 Desember 2024), Ketua PWM Jateng Dr. Tafsir menulis: “Suatu saat saya mengirim karangan bunga sebagai ekspresi ucapan selamat kader Muhammadiyah yang baru saja selesai ujian disertasi S3-nya. Ada yang tanya, apakah pemberian karangan bunga bukan perbuatan mubazir?. Saya jawab, kalau kita tidak mau membeli karangan bunga, bagaimana nasib petani bunga di Bandungan, Kopeng dan sebagainya. Mereka punya istri/suami, anak dan anggota keluarga lain yang harus dinafkahi. Keahlian mereka memang bertani bunga dan lahan yang ada juga cocok untuk bercocok tanam bunga. Bunga bisa jadi makhluk Allah yang bisa mewakili batin kita untuk berkata kepada orang lain: katakan dengan bunga”.
Pagi ini kami membeli daun pandan 30 unting (Tigapuluh ikat) seharga Rp 45.000 yang kami minta untuk “dirajang” (diiris tipis), 5 tangkai bunga Sedap Malam Rp 30.000 dan 15 keranjang kecil bunga Mawar ditaburi Kenanga seharga Rp300.000 dari Empat lapak milik Ruminah, mbah Wen, Watik dan satunya saya lupa menanyakan namanya. Dari obrolan pagi dengan bakul kembang, kami menjadi tahu usia mereka diatas 50 dan 60 tahun dan telah berjualan selama lima hingga belasan tahun.
Bunga Mawar dan Kenanga didatangkan dari Pakis, satu kecamatan di kabupaten Magelang yang menjadi sentra pertanian tanaman bunga mawar. Bunga Sedap Malam didatangkan pemasok dari Grabag kabupaten Magelang dan Bandungan kabupaten Semarang. Alhasil dengan belanja bunga kurang dari Empat Ratus Ribu Rupiah telah merubah suasana tempat perhelatan. Auditorium kampus I Unimma, ruang transit tamu VIP di ruang kerja Rektor, Aula tempat Rakerwil dan arena bazar di hotel Safira, serta sekretariat panitia di salah satu kamar hotel bertaburan bau tidak seperti biasanya: harum, wangi dan segar alami.
Saya membayangkan jika 55 Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA), 26 PTMA (Universitas/Perguran Tinggi), ruang Kepala Sekolah, Guru dan Tendik puluhan ribu Perguruan Muhammadiyah (TK hingga SMA/SMK) dan MBS/Pondok Pesantren Muhammadiyah se Jawa Tengah mulai beralih menggunakan bunga segar sebagai pengharum ruangan alami. Selain menyehatkan bagi penghuninya sekaligus mampu “nguripi” (menghidupi) ekonomi bagi pelaku usaha mikro kecil, khususnya petani dan penjual bunga di Jawa Tengah.
Jumat Kliwon, 19 Desember 2025.
Khafid Sirotudin, Ketua LP-UMKM PWM Jawa Tengah 2022-2027

