Sa'ad Ibrahim Beberkan Giat Menuju Kemandirian Pesantren Muhammadiyah

Publish

30 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
93
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Hari ke dua Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) VII Pesantren Muhammadiyah menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. K.H. Sa’ad Ibrahim, M.A., untuk memaparkan tentang Pendayagunaan Wakaf dan Pengembangan Unit Usaha Menuju Kemandirian Pesantren Muhammadiyah.

Rakornas VII Pesantren Muhammadiyah bekerjasama demgan Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah (LP2PPM) diselenggarakan selama 3 hari mulai dari 27-29 Agustus 2024 di Ruang Meeting Lt.2 Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS yang dihadiri oleh 250 tamu undangan.

Membicarakan mengenai kemandirian dan pengembangan ekonomi, Sa'ad menyampaikan materi perihal pengembangan ekonomi. Pemilik hakiki alam semesta ini yaitu Allah SWT, sebagaian dari kepemilikan Allah SWT (bumi dan seisinya) yang didelegasikan kepada manusia. 

"Untuk konteks kepemilikan itu harus dalam kesadaran manusia, bahwa yang dimiliki oleh manusia itu adalah dalam arti dipinjami oleh Allah SWT," terang Sa'ad, Rabu, (28/8).

Tentu, lanjutnya, supaya kita menjadi orang yang berhasil dipinjami sesuatu harus mengikuti yang memberikan pinjaman karena sewaktu-waktu bisa diambil oleh pemiliknya (Allah SWT).

Pertama, Sa'ad menjelaskan mengenai seseorang bisa memiliki sesuatu dengan cara eksplorasi dari sesuatu yang bersifat mubah. Ketika manusia mengail di sungai dan di laut, maka ikan yang ada di sungai dan laut itu merupakan sesuatu yang mubah.

"Demikian pula jika kita menemukan ada batu yang bagus yang asalnya secara umum tidak dimiliki oleh siapapun, lalu kita ambil, itu lalu menjadi milik kita," tambahnya.

Ke dua, Ia menjelaskan mengenai seseorang bisa memiliki sesuatu dengan cara transaksi. Sa'ad menggarisbawahi tentang wakaf.

"Sering orang mengatakan tanah-tanah yang diwakafkan itu milik Muhammadiyah, tidak," terang Sa'ad.

Karena, lanjutnya, wakaf itu yang punya (manusia) mengembalikan kepada Allah SWT. Jadi, mengembalikan peminjamannya itu kepada Allah SWT.

Dalam penjelasannya, prinsip wakaf adalah tidak diwariskan, tidak dijual, tidak diberikan. Adapun yang dibagikan merupakan hasilnya.

"Dalam konteks Umar Ibnu Khattab, mewakafkan tanah di Khaibar yang ditumbuhi oleh tanaman dan pohon-pohon qurma, maka hasil pohon qurma itulah yang dibagikan, sementara tanahnya berlaku prinsip wakaf tadi," papar Ulama Visioner dan Moderat di Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2022-2027.

Ke tiga, seseorang bisa memiliki sesuatu dengan cara diwariskan. Kalau seseorang itu wafat lalu meninggalkan harta, sebagian digunakan sebagai wasiat, sebagian lainnya untuk diwariskan. (Yusuf/Humas)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

KEBUMEN, Suara Muhammadiyah - SMK Muhammadiyah Rowokele, Kebumen, Jawa Tengah menyelenggarakan ....

Suara Muhammadiyah

13 May 2024

Berita

PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih Muhammadiyah XXXII resmi d....

Suara Muhammadiyah

23 February 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah -Tim dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamm....

Suara Muhammadiyah

6 January 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Meriahkan peringatan HUT ke-79 Republik Indonesia, SMP Muhammadiyah ....

Suara Muhammadiyah

16 August 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Angkatan Muda Muhammadiyah Gondomanan Kota Yogyakarta (AMM Go....

Suara Muhammadiyah

8 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah