Salted Jellyfish Nelayan Binaan Muhammadiyah Ikut ISEF 2024

Publish

4 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
498
Foto Istimewa

Foto Istimewa

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Produk nelayan dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) pesisir Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, turut dipamerkan di Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berlangsung pada 30 Oktober hingga 3 November 2024. Produk yang dipamerkan di Tobacco Main Lobby tersebut adalah salted jellyfish.

Salted jellyfish merupakan ubur-ubur yang telah diasinkan, yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan dan bahkan produk farmasi. Masyarakat Kalimantan Barat, khususnya etnis Tionghoa di Pontianak dan Singkawang, kerap mengonsumsi ubur-ubur sebagai rujak atau masakan tumis. Di kalangan etnis Melayu, ubur-ubur diolah menjadi sate atau abon.

Ubur-ubur dari pesisir Paloh merupakan komoditas ekspor untuk Taiwan, Korea, Singapura, Jepang, dan China. Setiap musim ubur-ubur, para pembeli datang ke kilang-kilang dan melakukan transaksi langsung dengan para pemilik kilang. Sejak 2022, nelayan Paloh mendapat pendampingan dari Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadiyah.

Program ini akan berlanjut hingga 2025, bahkan ada kemungkinan diperpanjang hingga 2026 untuk mendukung kemandirian nelayan. Endang Rudiatin, peneliti sekaligus Ketua PSPP, sangat mengapresiasi langkah Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia dalam mempromosikan produk ekspor nelayan ini di ISEF 2024.

Endang berharap ke depan ubur-ubur bisa diolah bersama produk perikanan dan kelautan lainnya untuk meningkatkan nilai tambah. Selama ini, ubur-ubur masih menjadi sumber penghasilan utama nelayan setiap musimnya, yakni pada bulan Maret hingga Mei. Harga penjualan masih mengikuti ketentuan dari pembeli.

Pilot Project Desa Berdikari yang merupakan kerja sama DEKS Bank Indonesia dengan PSPP Universitas Muhammadiyah Jakarta kini memasuki tahap pendampingan dalam peningkatan sumber daya manusia. Literasi keuangan syariah akan lebih dieksplorasi dalam pelatihan-pelatihan mendatang.

Dalam budaya masyarakat Melayu Sambas, praktik keuangan syariah sudah menjadi gaya hidup, seperti bersedekah dan berzakat. Para nelayan dilatih untuk mulai menghitung hasil penjualan tangkapan mereka. Walau kecil, menguatkan kebiasaan berzakat dan bersedekah dapat menjadi perlindungan bagi nelayan di masa sulit.

Prof. Abdul Mu'ti, pembina PSPP yang kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, turut memberikan arahan dan konsultasi dalam kegiatan PSPP. Ia menekankan pentingnya meningkatkan pendidikan anak-anak nelayan di daerah 3T. Generasi penerus harus dipersiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 dan beralih menuju society 5.0. Hal ini disampaikan saat menghadiri Rakernas 2 Majelis Pendayagunaan Wakaf Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Hotel Ultima Horison, Menteng, Jakarta Pusat, pada 3 November 2024.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Ba....

Suara Muhammadiyah

26 March 2024

Berita

BANJARBARU, Suara Muhammadiyah – Terlihat kepedulian dan simpati masyarakat di Kota Banjarbaru....

Suara Muhammadiyah

1 December 2023

Berita

TANGERANG, Suara Muhammadiyah — Satu hari setelah peringatan Hari Guru, Lazismu Kabupaten Tang....

Suara Muhammadiyah

27 November 2024

Berita

TAIPEI, Suara Muhammadiyah - Dosen Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan....

Suara Muhammadiyah

29 March 2024

Berita

KENDAL, Suara Muhammadiyah - Kejuaraan Tapak Suci Darul Arqam Championship (TSDAC) VII, 4-7 Januari ....

Suara Muhammadiyah

13 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah