YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Rangkaian penerimaan mahasiswa baru Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta telah usai. Kini, denyut nadi aktivitas kampus berjalan seperti biasa. Demikian jua Pesantren Mahasiswa KH Ahmad Dahlan (Persada) UAD di bawah naungan Rektor. Pada Kamis (18/9) di Amphitarium lantai 9 UAD dilaksanakan kegiatan Khutbah Iftitah Persada 2023 untuk para santriwan dan santriwati tahun ajaran 2023/2024.
Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dr H Agus Taufiqurrahman, SPs., Mkes, Mudir Persada UAD H Thonthowi, Mhum, dan seluruh santri Persada UAD.
Membuka acara tersebut, Thonthowi menjelaskan mengenai sejarah Muhammadiyah. Menurutnya Muhamamdiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan merupakan pantulan dari telaah dan tadabbur terhadap kandungan nilai-nilai Al-Qur’an. hammadiyah sebagai gerakan tajdid tidak hanya sebatas memurnikan ajaran Islam melainkan juga pembaharuan dalam kehidupan bermasyarakat.
“UAD adalah salah satu amal usaha Muhammadiyah yang berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa, berkembang bersama masyarakat, menyiapkan kader-kader terbaik bangsa pada umumnya dan kader persyarikatan pada khususnya. Persada adalah wujud nyata dan konkrit sebagai wahana untuk menempa dan menyiapkan kader-kader terbaik dari berbagai disiplin ilmu dan senantiasa berbenah untuk mewujudkan kader terbaik, intelektual dan salih,” ujarnya.
Thonthowi juga berpesan kepada para santri dan alumni agar senantiasa ikhlas dalam menuntut ilmu, beribadah dan beramal salih. Pada saat bersamaan juga dapat tampil menjadi kader muhsin, yakni kader yang gemar berbuat ihsan (kebaikan utama) di manapun dan kapanpun.
“kita tidak hanya baik ketika di depan orangtua, dosen, mudabbir/musyrif. Tapi di manapun kita berada senantiasa kita berbuat amal salih dengan ihsan. “Hidupnya seseorang itu -Demi Allah- ditentukan oleh Iman dan Takwa. Jika keduanya sudah tidak ada, maka tidak ada lagi harga dirinya,” tegasnya.
Di sisi lain, Agus Taufiqurrahman juga memberikan secercah nasihat kepada para santri Persada UAD. Dalam kegiatan tersebut, setidaknya ada tujuh nasihat penting untuk dijadikan kontemplasi sekaligus modal menuju mahasiswa yang unggul dan berkemajuan.
Pertama, santri Persada bisa meraih keterpaduan majunya intelektual dan moral. “Banyak orang pintar tapi kalo tidak bener, rusak negara ini. Maka di cari orang yang benar sekaligus pintar,” tegasnya. Bagi Agus, kesuksesan tidak tergantung dari IP (Indeks Prestasi), tapi yang memiliki akhlak yang mulia itu menjadi utama. Sehingga tidak cukup dengan pintar saja tetapi juga berkarakter baik. Dan jika hanya berbekal fisik itu tidak cukup, harus diimbangi dengan cerdas dan emosinya bagus bisa mengantarkan pada kesuksesan.
Kedua, akhlak yang diajarkan harus diterapkan bukan hanya dipelajari sebagai ilmu akhlak. Karena nabi SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. Dan nabi SAW juga bersabda sebaik-baik mukmin dalam keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lalu di hadis lain juga ada orang yang bertanya pada nabi tentang bagaimana orang yang beragama itu, nabi menjawab orang beragama itu berakhlak mulia.
Ketiga, tampilannya harus simpatik yaitu pakaiannya, pergaulan dan berbicara yang baik. Sebagaimana dalam pepatah Jawa “Ajining diri soko lathi, Ajining Rogo soko Busono, Agama agamaning aji (orang yang dihormati dimuliakan karena kata-katanya, cara berpakaiannya dan semua ukurannya dari nilai agama)”
Keempat, Kejujuran itu mata uang yang berlaku di mana-mana. Dapat diartikan bahwa kejujuran itu sangat penting. Maka berani jujur itu hebat. Kelima, santri Persada harus disiplin yaitu dalam membawa diri dan waktu. Jika orang-orang menghargai waktu, maka rencanakan dahulu bagaimana akan menghabiskan waktu tersebut.
Keenam, harus memiliki semangat yang gigih untuk raih prestasi. Karena imam Syafi’i mengatakan “Bila kau tidak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan.” Dan etos dalam belajar menyangkut ibadah, amanah dan rahmah (penuh syukur).
“Bukan titik yang menjadikan tinta, tapi tinta yang menjadikan titik. Bukan cantik yang menyebabkan cinta, tapi cinta yang menjadikan cantik”. Maka jika sudah senang dalam belajar, maka akan mudah untuk mendapatkan ilmu. Dan belajar itu rekreasi terbesar dalam hidup.
“Belajar di UAD dengan menerapkan spirit 3T (Tertib ibadah, Belajar dan Organisasi), agar kita mempunyai pengalaman yang komplit. Karena nanti akan menjadi pemimpin,” tegasnya. (Badru Tamam/Cris)