BANTUL, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Tafsir mengatakan, Syekh Muhammad Abduh dan Kiai Haji Ahmad Dahlan memiliki semangat yang sama, yakni semangat berkemajuan. Semangat ini muncul karena melihat potret kehidupan di masa itu mengalami ketertinggalan dan keterbelakangan.
“Keduanya memiliki keprihatinan yang sama. Mereka sama-sama memahami umat Islam di seluruh dunia berada pada posisi terjajah. Karena lemah teknologi, ekonomi, dan pendidikan. Umat Islam berada pada keterbelakangan,” ujarnya pada Rabu (18/12) saat Tabligh Akbar di Kampus Terpadu Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Bandut Lor, Argorejo, Sedayu, Bantul.
Kedua tokoh ini dengan semangat berkemajuan ingin mengeluarkan umat Islam dari sangkar besi ketertinggalan dan keterbelakangan. “Itulah yang kemudian menghasilkan semangat berkemajuan,” tuturnya.
Tafsir menyebut, untuk membawa semangat berkemajuan itu harus memenuhi dua syarat. Yakni mencakup pendidikan dan kesehatan yang kualitasnya mesti bagus. “Itulah kenapa dua hal ini menjadi titik tekannya,” ungkapnya.
Terhadap konteks ini, Tafsir menilai umat Islam masih belum berkemajuan. Karena masih tertinggal dalam beberapa bidang kehidupan, khususnya penguasaan teknologi. Saat ini bertebaran alat-alat canggih yang diproduksi bukan dari umat Islam, tapi justru sebaliknya.
“Artinya umat Islam belum mampu mengejar ketertinggalan. Umat Islam menjadi korban tata dunia. Karena lemah teknologi dan ekonomi,” jelasnya.
Jika Umat Islam ingin maju, khususnya menguasai dunia, Tafsir meminta agar menguasai ilmu, teknologi, dan ekonomi. Tanpa bermodalkan hal ini, akan menjadi kemusykilan umat Islam bisa mengejar ketertinggalan zaman yang terus berkembang.
“Tapi, sayangnya kita belum mampu untuk melakukan itu. Dan itulah semangat yang dibangun oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan, membangun semangat berkemajuan untuk mengejar ketertinggalan,” bebernya. (Cris)