SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Tak hanya ingin dikenal semata dalam bidang amal usaha pendidikan dan kesehatan, Muhammadiyah berupaya memperkuat kembali masjidnya sebagai sebagai pusat dakwah, ibadah, serta pemberdayaan masyarakat. Back to Masjid menjadi tajuk gerakan Muhammadiyah untuk memakmurkan masjid oleh para pengurus dan kadernya.
Kegiatan ini di hadiri oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang Dr KH Fachrur Rozi, MAg, bersama wakil Ketua PDM Prof Dr Ahwan Fanani, MAg. "Di zaman Rasulullah, masjid memiliki peran yang jauh lebih luas dan sentral. Tak hanya terbatas sebagai tempat ibadah ritual, namun menjadi jantung komunitas muslim yang memainkan berbagai peran penting," tegas Rozi dalam keterangan persnya, Jumat (18/4).
Kegiatan yang berlangsung di Masjid At Taqwa Ngaliyan, Wates tersebut dihadiri sekitar 700 pengurus Muhammadiyah, Aisyiyah dan organisasi otonomnya se-kota Semarang. Halalbihalal juga dihadiri Wakil Wali Kota Semarang Ir H Iswar Aminuddin, MT.
Lebih lanjut, Fachrur Rozi menyampaikan bahwa pada era Rasulullah masjid menjadi pusat kehidupan yang multidimensional. Mencakup aspek ibadah, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dan bahkan pertahanan. "Semua masalah kemasyarakatan bahkan kebangsaan bisa diselesaikan di masjid," ujar dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo, Semarang itu.
Karena itu, momentum halalbihalal PDM Kota Semarang kali ini, sengaja mengambil tempat di masjid. Hal ini sebagai upaya menggelorakan kembali ruh gerakan back to masjid khususnya di kalangan pengurus dan kader Muhammadiyah. "Masjid harus menjadi pusat idelogisasi kader Muhammadiyah yang taat ibadahnya sekaligus tangkas gerakannya sebagai problem solver masalah umat," tekannya.
Saat ini, Muhammadiyah secara legal formal mempunyai 32 masjid dan mushola di kota Semarang. Masjid dan mushola itu merupakan wakaf atau resmi tercatat sebagai aset Muhammadiyah. Atribut masjid secara jelas mencerminkan identitas Muhammadiyah dan pengurusnya juga mendapatkan Surat Keputusan (SK) pengangkatan secara resmi dari pimpinan Muhammadiyah di tingkat yang sesuai.
"Jumlahnya hanya sekitar 2% dari total 1.522 buah masjid di kota Semarang (sensus BPS tahun 2023). Jumlah yang kecil memang. Namun dari jumlah yang kecil itu kami bertekad membawa perubahan yang besar di masyarakat," ungkapnya.
Dibandingkan masjid, jumlah sekolah Muhammadiyah sampai tahun 2025 ini tercatat jauh lebih banyak. Ada 84 sekolah milik Muhammadiyah di kota Semarang. Rinciannya yakni: 52 TK, 17 SD Muhamnmadiyah, 1 SD Aisyiyah,1 Madrasyah Ibtidaiyah Muhammadiyah,9 SMP, 2 SMA, dan 2 SMK.
Sementara di bidang kesehatan, Muhammadiyah Kota Semarang mempunyai 2 rumah sakit besar (RS Roemani dan RS Unimus) dan 2 klinik, tutur.
Prof Dr Ahwan Fanani, MAg, mengatakan bahwa peran masjid saat ini menjadi sorotan penting di Muhammadiyah. Para kader persyarikatan didorong untuk memakmurkan masjid di lingkungannya masing-masing.
"Kader Muhammadiyah dituntut tidak hanya giat dalam konteks ibadah ritual saja, tapi juga aktif memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan," ucapnya.
Untuk meningkatkan peran masjid Muhammadiyah di masyarakat, sambung Ahwan, Muhammadiyah secara nasional telah meluncurkan program masjid unggulan. Ada 16 kriteria masjid unggulan versi Muhammadiyah. Diantara kriteria tersebut adalah masjid harus wakaf atau milik resmi Muhammadiyah, Surat Keputusan (SK) pengurus takmir oleh persyarikatan, mempunyai IMB resmi sebagai tempat ibadah, menjalankan tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Kemudian masjid juga harus memiliki imam, muadzin, dan marbot tetap, mempunyai program pemberdayaan ekonomi dan penyantunan sosial, mempunyai program pemberdayaan remaja masjid, mempunyai program dakwah digital ramah anak, disabilitas, lansia, dan lingkungan.
Di kota Semarang sendiri ada enam masjid yang masuk nominasi masjid unggulan. "Masjid At Taqwa Ngaliyan tempat acara halalbihalal sekarang, lalu Al Kautsar Mijen, Al Muhajirin Dondong Wonosari, Mujahidin Candi Lama, Al Mukarromah Semarang Timur dan masjid Nurul Qomariyah Pedurungan," pungkasnya.
Sementara itu, Iswar Aminuddin, mengapresiasi kontribusi Muhammadiyah dalam memajukan Kota Semarang. Ia menyebut, keberadaan Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Muhammadiyah yang selama ini telah menjadi mitra strategis pemerintah. Peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” tuturnya.
Acara halal bihalal PDM Kota Semarang ini semarak dengan kehadiran para pengurus Muhammadiyah, Aisyiyah dan ortomnya (Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, IMM, IPM, Hizbul Wathan, dan Tapak Suci). Peserta yang hadir mulai dari pengurus daerah, cabang hingga ranting. Saat ini PDM Kota Semarang memiliki 19 PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan 109 PRM (Pimpinan Ranting Muhammadiyah)
Tampil sebagai penceramah Ustadz Wahyudi Sarju Abdurrahim, Lc, M.M., dari Majelis Tarjih dan Tajdid PW Muhammadiyah Jawa Tengah. Ustadz Wahyudi juga merupakan pengasuh Ponpes Al Muflihun Temanggung. (Agung/m)