YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dunia hari ini sudah sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Perubahan terjadi setiap waktu. Tak terkecuali dunia pendidikan tinggi kita. Terjadi perubahan dan pergeseran yang cukup fundamental. Perubahan tersebut didorong oleh perkembangan intelektual, kultur sosial, dan relasi personal yang dapat mengubah hidup seseorang. Oleh sebab itu SiberMu hadir memberikan pendidikan tinggi berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang. Nilai inovatif dan kreatif menjadi dasar bagi SiberMu untuk menghasilkan lulusan yang dapat beradaptasi dengan perubahan, serta menciptakan solusi bagi permasalahan dunia yang kompleks.
Mengusung tema Merayakan Pendidikan Tinggi untuk Semua, sebagai salah satu dari empat Perguruan Tinggi berbasis Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia, SiberMu mampu menerehkan prestasi yang membanggakan meski baru berusia dua tahun. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Univesitas Siber Muhammadiyah Bambang Riyanta pada agenda Rapat Senat Terbuka dalam rangka Milad ke-2 SiberMu yang berlangsung di SM Tower (30/10).
Bambang menegaskan bahwa SiberMu menerapkan pembelajaran modern dan inovatif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran, pemikiran, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, berdirinya SiberMu tidak lain merupakan salah satu penanda digitalisasi dakwah Islam berkemajuan yang digagas Muhammadiyah abad kedua. Kehadiran SiberMu juga membuktikan bahwa Muhammadiyah sangat memahami kondisi kekinian, dimana setiap generasi muda membutuhkan kecakapan digital untuk mengarungi kehidupan.
Dengan visi menjadi perguruan tinggi siber terpercaya dan terkemuka, SiberMu menyediakan akses pendidikan secara luas dan merata kepada setiap anak bangsa. Hal ini tentuk berkorelasi dengan tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi baru. Tantangan tersebut adalah respon masyarakat yang dapat dilihat dari data jumlah pendaftar. Jumlah calon mahasiswa menjadi indikator kunci bagi perguruan tinggi untuk bisa survive dan berkembang di masa mendatang. Sebab itu SiberMu bertekad meningkatkan angka partisipasi kasar dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia.
Berdasarkan data, jumlah mahasiswa di Indonesia adalah 8,7 juta orang. Dari jumlah tersebut hanya 10 persen yang dilayani secara jarak jauh oleh 27 perguruan tinggi dan 95 program studi dalam modus tunggal maupun modus ganda paralel. Itu artinya dari seluruh siswa lulusan SMA sederajat, hanya 37 persen yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 63 persen sisanya belum dapat menikmati pendidikan di perguruan tinggi.
“Dari fakta tersebut bisa kita maknai adanya ketidaksingkronan antara jumlah siswa lulusan SMA dengan daya tampung perguruan tinggi kita. Di sinilah SiberMu hadir berfokus pada 63 persen siswa yang belum berkesempatan mencicipi bangku perguruan tinggi,” ujarnya.
Dengan fokus ini menegaskan bahwa SiberMu tidak datang sebagi pesaing bagi perguruan tinggi yang sudah ada. SiberMu menawarkan solusi kepada 63 persen calon mahasiswa yang memiliki kendala geografis, keterbatasan waktu karena bekerja, hingga masalah finansial. Oleh karena itu aspek fleksibilitas dalam skenario pembelajaran, biaya yang terjangkau, serta kualitas dan keabsahan lembaga menjadi sesuatu yang menjadi ciri utama SiberMu dalam menghadirkan solusi bagi masyarakat yang ingin berkuliah namun terhambat oleh kendala.
Paulina Pannen, Kepala ICE Institut mengatakan bahwa Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia merupakan inovasi pendidikan yang berkelanjutan. Sebab sudah dimulai sejak sekitar 80 tahun yang lalu. “Ini tentu bukan sesuatu yang baru,” ujarnya.
Di ara tahun 2000-an PJJ telah bergerak ke arah intelejen learning, yaitu pembelajaran bersifat individu yang dibantu oleh mesin. Pada 2009 berkembang electronic information and transactions act yang membuat seluruh data dapat dikirim secara elektronik. Hal ini membawa dampak pada internet security. Kemudian yang terbaru ada peraturan kementerian yang lebih membumi tentang PJJ sehingga memungkinkan tidak hanya fakultas dan prodi yang ber-PJJ, tapi juga mata kuliah ber-PJJ.
Menurutnya, sudah ada empat perguruan tinggi berbasis PJJ di Indonesia di antaranya, Universitas Terbuka (UT), Universitas Siber Asia, SiberMu, dan UICI. Dengan Pembelajaran Jarak Jauh, pembelajaran dilakukan tanpa ada keharusan antara pengajar dan mahasiswa berada di ruang dan waktu yang sama. Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan siapa saja dapat belajar di mana saja dan kapan saja.
“Tujuan PJJ di Indonesia adalah membuka akses seluas-luasnya dalam upaya pemerataan pendidikan. Memungkinkan siapa saja dapat belajar secara fleksibel tentu ditunjang dengan kualitas yang baik dan biaya yang terjangkau,” ujarnya.
Aris Junaidi, Ketua LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta menyampaikan apresiasinya atas pencapaian SiberMu yang terus berkomitmen dalam mewujudkan akses perguruan tinggi yang lebih merata. Hadir sebagai solusi dari setiap tantangan pendidikan di Indonesia.
“Saya percaya bahwa dengan kerja keras dan kerjasama yang penuh dedikasi, SiberMu dapat mengatasi hambatan-hambatan pendidikan di Indonesia dan memastikan bahwa pendidikan tinggi benar-benar dapat di akses oleh semua kalangan,” tegasnya. (diko)