SUMEDANG, Suara Muhammadiyah – Suara Muhammadiyah (SM) kembali memperluas spektrum dakwah di sektor ekonomi dengan meresmikan unit bisnisnya, SM Corner di Sumedang, Jawa Barat, Rabu (9/7). SM Corner ini terletak di Gedung Muhammadiyah Center (MBC) Jalan Prabu Gajah Agung, Situ, Sumedang, Jawa Barat.
Peresmian ini dihadiri Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media (SCM) / SM Deni Asy’ari. Deni menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang telah berkolaborasi dengan SM untuk pendirian SM Corner ini.
“Kalau kita urut kehadiran SM Corner di Indonesia, ini (SM Corner Sumedang), menjadi yang ke 95 yang ada di Tanah Air. Walaupun yang ke 95, akan tetapi suasananya, semangatnya, dan gerak lajunya, seperti SM Corner yang pertama,” ungkapnya.
Deni mengingatkan, pengejawantahan bisnis di lapangan bukan hanya memandang aspek profit semata, akan tetapi, jauh lebih vitalnya yakni ekosistem. Bagi Deni, ekosistem ini kerap menjadi benalu, yang meniscayakan kegamangan di dalam menjalankan bisnis.
“Kita selalu bertahun-tahun dihadapkan pada mitos bahwa Muhammadiyah tidak akan bisa mengelola bisnis secara organisasi. Muhammadiyah tidak akan mampu mengelola usaha secara berjamaah. Inilah mitos yang selama ini terjadi di lingkungan Persyarikatan,” sebutnya.
Tidak dapat dinafikan, pendidikan, kesehatan, dan sosial, pada periode awal Muhammadiyah berdiri, menjadi bahwa konsen dakwahnya. “Tetapi untuk aspek bisnis ini, masih jauh panggang dari api,” bebernya.
Maka kemudian di Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan ditegaskan, ekonomi menjadi gerakan prioritas. “Bagaimana Muhammadiyah wajahnya di abad kedua itu wajah ekonomi,” sambungnya.
Padahal, realita di lapangan menunjukkan, banyak orang Muhammadiyah yang bisa menjalankan bisnis. Banyak orang Muhammadiyah bisa menjadi pengusaha. Ditambah lagi, banyak orang-orang sukses menjalankan ekonomi. “Namun, personal, persorangan,” timpalnya.
Tetapi, yang menjalankan bisnis ekonomi secara kolektif (berjamaah, berorganisasi), dari tesmak Deni, masih belum melihat secara eksplisit. “Hanya sebatas ikhtiar,” lanjutnya.
Karena itu, SM menjadi jawaban untuk menepis mitos tersebut. “Saya ingin membuktikan bahwa mitos mengelola ekonomi secara berjamaah di Muhammadiyah yang katanya tidak bisa, saya tegas katakan, bisa,” tegasnya. Sebut Deni, optimisme ini lahir karena Muhammadiyah punya jamaah di akar rumput.
“Tidak mungkin bisnis yang dikelola SM tanpa jamaahnya. Berjamaah tidak hanya untuk pengajian, shalat, tetapi juga bisa ditransformasikan jamaah di ruang-ruang masjid menjadi gerakan ekonomi,” tukasnya.
Menyambung Deni, Ketua PDM Kabupaten Sumedang Dadang Setiawan menyambut baik atas hadirnya SM Corner Sumedang. Ia menyampaikan terima kasih atas kerja sama dengan Mentari Businnes Center (MBC).
“PDM fokus pengembangan ekonomi, sekarang di bawah MBC Sumedang sudah ada SM Corner, Coffemu, BTM, PT Tangkas atau motor listrik,” terangnya.
Dadang mengharapkan, kehadiran SM Corner Sumedang bukan hanya menjadi pusat distribusi produk, tetapi juga menjadi sarana membangkitkan denyut nadi ekonomi berjamaah.
“Besar harapan seluruh kebutuhan warga Persyarikatan mencarinya di SM Corner Sumedang,” tandasnya. (Cris)