YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Di Indonesia, lebaran seolah sudah menjadi momentum bagi setiap orang untuk bersilaturahmi. Mengunjungi keluarga, sanak saudara, sahabat hingga teman lama. Dalam banyak tradisi bertamu, umumnya, mereka yang muda mendatangi orang atau anggota keluarga yang lebih tua. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi, penghargaan dan sekaligus penghormatan kepada mereka yang dikunjungi karena dinilai telah banyak menyerap berbagai pengalaman hidup.
Oleh sebab itu, masih dalam momentum lebaran Idul Fitri, Suara Muhammadiyah merasa perlu menjalin silaturahmi dengan para senior yang turut andil memperjuangkan serta membesarkan majalah resmi milik Persyarikatan (Suara Muhammadiyah). Melakukan tour kepada para sesepuh (17/4).
Berangkat selepas shalat Dzuhur dengan mengendarai dua mobil, rombongan yang terdiri dari kru redaksi langsung bergegas menjemput Pak Muchlas Abror (senior dan sekaligus sesepuh yang sangat dihormati di SM). Beliau merupakan salah satu anggota dewan redaksi Suara Muhammadiyah.
Berjarak tak lebih dari 5 km dari titik keberangkatan (Grha Suara Muhammadiyah), pak Muchlas sudah menunggu untuk melangsungkan misi silaturahmi ke sejumlah senior lainnya.
Tujuan pertama kami adalah kediaman pak Rosyad Sholeh. Beliau adalah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada periode awal Prof Dr Din Syamsuddin sebagai Ketua Umum (2005-2010). Sebagaimana umumnya bertamu, kami disambut dengan ramah dan hangat. Saling bertukar kabar dan bercerita tentang hal-hal ringan.
Dari sorot matanya, seolah menyiratkan banyak hal telah dilaluinya. Menyimpan banyak pengalaman hidup yang sarat akan makna. Energinya positif. 84 tahun usianya bukan lagi halangan untuk bercerita, bukan dari mulutnya, namun dari cara beliau memuliakan tamunya. Menjadi sumber inspirasi. Sebagaimana pepatah mengatakan, “Semakin berumur semakin berisi.” Meski ada sedikit gangguan pada sistem pendengaran, beliau tetap berusaha menangkap kata-kata yang kami ucapkan. Dan di akhir beliau berharap Suara Muhammadiyah dapat terus berkembang. Menyampaikan syair-syair berkemajuan.
Sekitar 15 menit berlalu, dipimpin Pak Muchlas, kami mohon izin kepada tuan rumah untuk meneruskan perjalanan ke kediaman Pak Munir Mulkhan, tokoh Muhammadiyah dan sekaligus Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Rumah beliau tak jauh dari tempat persinggahan kami yang pertama. Karena beliau tidak ada di rumah, kami pun kembali meneruskan perjalanan.
Perjalanan kali ini mengarah ke Kota Gede. Menuju kediaman Pak Syukriyanto AR, Dewan Pakar Lembaga Seni Budaya (LSB) PP Muhammadiyah. Di sana kami membicarakan banyak hal. Khususnya tentang sejarah Muhammadiyah yang sangat kaya. Sejarah tentang relasi Muhammadiyah dengan pemerintahan Orde Baru yang mesti diangkat untuk memperluas cakrawala kita terkait Muhammadiyah dan bangsa. (diko)