JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq A Mughni menerima kunjungan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki. Kunjungan berlangsung di Kantor PP Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusat, Rabu (23/7).
Wakil Ketua PCIM Turki Maftuh Ikhsan Nanda Kurniawan menerangkan, kunjungan ini selain mempererat silaturahmi, pada saat yang sama melaporkan perkembangan PCIM Turki secara komprehensif.
“Yang paling utama kunjungan kami ke sini untuk melaporkan perkembangan kader-kader kita dan langkah-langkah kita menuju internasionalisasi Muhammadiyah sesuai dengan pesannya Prof Haedar pada Baitul Arqam tahun ini,” terangnya.
Salah satu program internasionalisasi Muhammadiyah itu, sebut Nanda, mengajak orang Turki untuk belajar Muhammadiyah. “Bahkan mereka tertarik belajar Muhammadiyah datang langsung ke Indonesia,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Nanda juga menerangkan tahun ini, PCIM Turki telah memasuki usia ke-10. Dan saat ini, sudah berdiri 16 Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Turki. “Tersebar di Kota Turki, bahkan di ujung-ujung Turki,” ujarnya.
Bahkan, dilaporkan akan ada PRIM baru di ujung Turki, terletak di perbatasan Suriah, tepatnya di Kota Iğdır. Disebutkan bahwa, PRIM ini akan menjadi yang ke 17 di Turki. “Insyaallah, dan dakwah kita pastinya ada orang Indonesia, dan juga ada orang Turkinya juga,” tuturnya.
Disambung Sekretaris PCIM Turki, Hafizan Arhab Juswil, menyingkap tantangan PCIM Turki dalam mengenalkan Muhammadiyah terletak pada letak geografis. “Karena Turki ini besar, jadi antara yang tinggal di ujung kota, timur dan barat itu berjam-jam. Jadi itu yang menjadi tantangan,” ungkapnya.
Meskipun demikian, PCIM Turki tidak patah arang dalam menginternasionalisasikan Muhammadiyah. Salah satunya bercita-cita memiliki gedung permanen yang bisa difungsikan sebagai tempat pendistribusian nilai-nilai dakwah yang meneguhkan dan mencerahkan.
Sementara, Syafiq menyambut baik laporan tersebut dan menyampaikan dukungannya terhadap upaya penguatan infrastruktur dakwah PCIM dan PCIA di luar negeri. Ia mengatakan pentingnya keberadaan markaz dakwah sebagai simbol kehadiran dan eksistensi Muhammadiyah dalam diaspora.
“Markaz dakwah adalah fondasi untuk gerakan yang berkelanjutan. Namun, adik-adik PCIM dan PCIA Turki tetap harus mengkaji lebih dalam kebutuhan markaz dakwah ini, mengingat sebagian besar anggota mereka merupakan temporary resident, dan jarang ada yang menetap lama di sana,” tekannya.
Tetapi, Syafiq terus memecut kader-kader PCIM Turki agar terus mendakwahkan Muhammadiyah lebih masif lagi. Sehingga dapat dikenal makin membuana.
“Tentu itu lebih berharga dari sekadar memberikan sumbangan material dalam bentuk apa pun. Tapi secara spiritual, emosional, dan psikologikal, ini yang saya kira sangat dibutuhkan teman-teman PCIM Turki untuk bisa berkembang,” tegasnya.
Bagi Syafiq, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern yang berorientasi mendorong umat untuk maju. Dan, itu tidak tersekat di Indonesia semata, tetapi meluas di tingkat global.
“Kita ingin semangat berkemajuan Muhammadiyah itu juga bisa berkembang di negara lain. Dan tugas dari PCIM untuk menggambarkan atau menyosialisasikan pikiran-pikiran berkemajuan itu di kalangan masyarakat Muslim di sana,” tandasnya.
Selain itu, audiensi juga membahas agenda kedatangan tiga delegasi dari organisasi Yedi Hilal Turki yang dijadwalkan tiba di Jakarta pada Selasa (29/), sebelum melanjutkan rangkaian kegiatan di Yogyakarta mulai Kamis (31/7) hingga Ahad (31/8) bekerja sama dengan PWM DIY. (Cris)