YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - H. Musa Rajekshah, Wakil Gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 hadir meletakkan batu pertama Pembangunan Masjid Al Mushannif di Kompleks Pusdiklatbud Tabligh Institute Majlis Tabligh PP Muhammadiyah, Ahad (12/11). Turut meletakkan batu pertama juga, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si Ketua dan Wakil Majelis Tabligh, Ustaz H. Fathurrahman Kamal, Lc., M.Si dan Ustaz Dr. H. Adi Hidayat, Lc., MA serta Keluarga Hj. Muzdalifah selaku wakif tanah.
Dalam sambutannya UAH menyampaikan bahwa banyak yang bersedia menjadi donatur untuk membangun masjid di Pusdiklat Tabligh Institute, seperti disampaikan Ust. Faturahman, UAH sudah pernah datang sebelumnya di kantor Pusdiklat TI dan mendiskusikan pengembangan kompleks tersebut. Namun, karena berbagai pertimbangan, UAH lebih memilih H. Musa Rajakshah yang menjadi donatur wakaf pembangunan Masjid tersebut, atau lebih tepatnya wakaf almarhum ayahanda dari Wakil Gubernur Sumatera Utara yang baru selesai menjabat tersebut.
Dalam sambutan singkatnya, Ijeck, panggilan akrab beliau, menceritakan tentang mimpi atau cita-cita ayahandanya. Disampaikan dalam suasana yang teduh, Ijeck mengenang dua tahun sebelum ayahanda tercinta wafat, beliau dipanggil dan menerima amanat yang luar biasa.
"Saya ingin membangun 99 Masjid, mohon dibantu mewujudkan cita-cita tersebut. Masalah uang sudah saya siapkan, tidak perlu mengambil dari uang negara atau menggunakan dana pemerintah," kenang H. Musa.
Semoga sebelum dipanggil oleh Allah, saya bisa melihat bangunan-bangunan tersebut, kata beliau menirukan wasiat ayahnya. Kira-kira demikian pesan ayah kepada salah satu dari sembilan anaknya. Namun takdir sudah tercatat rapi, baru sekitar 22 Masjid berdiri, pada usia 82 tahun sudah kembali menghadap Allah Swt. Sehingga sekarang amanat itu menjadi tugas mulia H. Musa Rejakshah.
Atas dasar itulah, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah memberi nama Masjid yang akan dibangun tersebut dengan nama Masjid Al Mushannif. Nama yang tersemat untuk mengenang sosok ayah yang memiliki cita-cita dan harapan mulia, membangun rumah ibadah. Bahkan ke depan di Masjid tersebut bukan hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi tempat pendidikan para Dai Mubaligh yang dapat memberikan pencerahan ke seluruh pelosok tanah air.
Masih mengingat peran seorang ayah. Saat Gerakan Subuh Berjamaah di Masjid Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebelumnya. Ada salah satu pesan yang penting untuk dicatat pada moment Hari Ayah, yang diperingati setiap tanggal 12 November ini.
Saat membuka tausiyah, UAH tidak ketinggalan menyampaikan rasa terimakasih kepada Rektor UMY, Prof. Gunawan Budiyanto. Beliau memperkenalkan, siapa Rektor UMY itu kepada para jamaah. Bahwa beliau merupakan putra salah satu tokoh Muhammadiyah, KH. Djarnawi Hadikusumo yang syair lagu gubahannya hampir selalu dikumandangkan pada tiap-tiap acara formal di Persyarikatan, yaitu Sang Surya.
Menyinggung hal itu, teringat pada salah satu kaidah dalam ilmu hadis yang menerangkan bahwa sebagian sahabat dikenal sebagai perawi hadis dan dipanggil dengan nama ayahnya, sebut saja Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan lain-lain.
Tentu bukan tanpa maksud, UAH menyampaikan bahwa panggilan Ibnu Abbas misalnya berarti putranya Abbas, yakni paman Nabi Saw. Abbas bin Abdul Muthallib. Ini memberikan pelajaran bahwa seorang anak yang sukses dan berhasil, serta mencapai derajat yang tinggi dalam ilmu tidak terlepas dari peran seorang ayah di dalamnya.
Bagaimana seorang ayah memperhatikan dan menyiapkan masa depan anaknya, Abdullah atau Ibnu Abbas kecil oleh ayahnya sejak usia dua tahun selalu dititipkan di majelis Rasulullah Saw.
Setiap kali Nabi mengadakan majelis, maka Abdullah tidak aben untuk selalu diajak atau diikutkan di dalamnya. Sehingga apa yang dilihat, didengar dan menjadi kebiasaan adalah berasal dari pribadi agung Nabi Muhammad Saw.
Bukankah kebiasaan dan pribadi seorang anak juga pengetahuannya diperoleh dari hasil melihat, mendengar dan memperhatikan lingkungannya. Maka begitupun Abdullah Ibnu Abbas yang kemudian menjadi seorang faqih, ahli Al-Quran dan salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis Nabi.
UAH juga mengawali tausiyah tersebut dengan menyampaikan hadis tentang kebiasaan bangun tidurnya Nabi Saw. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, mengisahkan ketika menginap di rumah bibinya, Maimunah radhiyallahu 'anha, yang juga merupakan salah satu dari istri Rasulullah Muhammad SAW. (DF)