BANYUWANGI, Suara Muhammadiyah - Dalam upaya memperkuat kerukunan antarumat beragama di Banyuwangi, Training of Trainer (ToT) dengan tajuk Keberagaman bagi Tokoh dan Pemuda Lintas Agama menjadi sangat penting. Kegiatan ini diharapkan dapat membekali tokoh dan pemuda lintas agama dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar mereka dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat terutama di lingkup komunitasnya.
Ruang pertemuan Gajah Oling New Surya Hotel itu dipenuhi oleh berbagai komunitas di antaranya pemuda dan tokoh agama Kristen, Katolik, Hindu, Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan Pemuda Trijati.
Dengan bekal modul Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah, 30 peserta mendalami dan menambah pemahaman tentang nilai-nilai keberagaman yang ada di masyarakat, sekaligus membangun sikap saling menghormati dan bekerja sama di antara umat beragama dengan pendekatan pekestarian lingkungan.
Kegiatan pada Sabtu, 10 Mei 2025 ini dibuka oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi, Mukhlis Lahuddin.
Dalam sambutannya beliau menuturkan bahwa semua agama pasti mengarahkan manusia pada kedamaian, kebahagiaan, kemanfaatan, kepedulian, dan rasa penghormatan.
Meskipun berbeda keyakinan, semua agama mengajarkan kebenaran dengan cara yang berbeda-beda.
Terdapat empat bahasan yang ada dalam modul Eco Bhinneka, salah satunya layanan keagamaan untuk isu Toleransi, Ekologi, dan Stunting.
Hal itu menandakan bahwa kerukunan antarumat beragama dengan pendekatan lingkungan sangat penting untuk tumbuh kembang generasi bangsa.
Turut hadir, Herman Sjahthi, aktivis dan akademisi Kristen yang selalu membersamai dan antusias pada kegiatan Eco Bhinneka.
Herman membawakan materi tentang Peran Tokoh Lintas Agama dalam Kerukunan dan Model Dialog Antaragama.
“Tanpa adanya kerukunan, perbedaan yang ada bisa dengan mudah dimanipulasi menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, kerukunan bukan sekadar idealisme, melainkan kebutuhan nyata yang harus terus dijaga dan dibina secara kolektif,” tuturnya.
Herman berkata bahwa Eco Bhinneka telah memberikan inspirasi, sehingga kini ia telah berhasil menyusun beberapa buku yang tentunya terdapat bahasan Eco Bhinneka di dalamnya.
“Sebagai fasilitator, saya merasa bangga dapat menghadirkan ruang belajar lintas agama yang konstruktif dan penuh kolaborasi. Saya menyadari bahwa membangun masyarakat yang harmonis tidak bisa dilakukan sendiri. Oleh karena itu, kegiatan ini kami rancang sebagai langkah bersama untuk menghubungkan hati, gagasan, dan aksi nyata demi masa depan yang damai dan berkelanjutan,” ungkap Lia Karisma Saraswati.
Melalui kegiatan ini diharapkan terbentuk jaringan pemimpin lintas agama yang solid dan saling mendukung. Sehingga keberagaman dapat dimaknai sebagai kekuatan yang mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. (dini/nda/iko)