YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebagai universitas berwawasan kesehatan, UNISA menyambut baik dan mendukung program-program yang dilakukan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, khususnya dalam hal pengembangan ternak ayam petelur sehat. Dalam mendukung upaya tersebut, UNISA telah menyiapkan lahan seluas 400 meter persegi dengan kapasitas 1000 ekor ayam petelur. Hal ini disampaikan Badan Pembina Harian (BPH) UNISA, Mohammad Adam Jerusalem dalam acara Kickoff Program Kemitraan Peningkatan Ekonomi Berbasis Inklusi melalui Pengembangan Ternak Ayam Petelur Sehat yang berlangsung di Lahan Laboratorium Integrated Farming UNISA (31/12).
Saat ditemui, ia menegaskan bahwa program tersebut sejalan dengan misi UNISA yang memiliki konsen pada aspek kesehatan. “Ketika telur yang diproduksi memiliki kualitas yang bagus dan sehat, maka orang yang mengkonsumsi juga akan sehat,” ujarnya.
Nurul Yamin, Ketua MPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, bahwa program ini memiliki 3 dimensi yang akan terus dikembangkan. Pertama, aspek kesehatan. Dari awal, ayam petelur yang dipelihara oleh kelompok binaan MPM PP Muhammadiyah harus memenuhi prinsip-prinsip animal welfare (kesejahteraan hewan). Artinya dalam pemeliharaannya harus sesuai dengan prosedur agar ayam tidak stress. Sehingga telur yang dihasilkan adalah telur yang berkualitas.
Bukan hanya itu, aspek pakan menurut Yamin juga memiliki proporsi yang penting untuk menghasilkan produk telur yang memiliki kandungan gizi serta protein yang maksimal. pakan yang terjamin kualitasnya.
“Ini menjadi bagian dari literasi dan edukasi kepada masyarakat tentang mengkonsumsi pangan yang halal dan thayyib. Inilah misi di bidang kesehatan dalam program ini,” ujarnya.
Kedua, aspek ekonomi. Yamin menjelaskan bahwa program ini dikelola dan dijalankan sepenuhnya oleh kelompok difabel. Sehingga kandang ayam petelur pun didesain sedemikian rupa agar ramah terhadap difabel. Ada akses untuk kursi roda dan lain sebagainya. Dengan ini ia pun akan tercipta aktor baru di sektor ekonomi bagi komunitas-komunitas marjinal yang saat ini masih belum banyak.
Menurutnya, langkah-langkah semacam ini amat sangat diperlukan untuk mendorong kemandirian dan mengurangi ketergantungan kaum marjinal di sektor ekonomi. Di samping itu, bagi Muhammadiyah, hal ini merupakan bagian dari strategi dalam penguatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada komunitas.
“Sudah saatnya kita masuk ke tahap ekonomi yang sebenarnya. Hitungannya ada di 1000 ekor. Kalau 1000 ekor, tentu nilai kesejahteraannya akan lebih meningkat karena nilai ekonominya tiga kali lipat dari yang selama ini didapatkan,” tegasnya.

Ketiga, aspek kolaborasi. Muhammadiyah dengan segala potensinya sebagai gerakan dakwah selalu mengedepankan kolaborasi dan sinergi dengan siapa pun. Kali ini MPM berkolaborasi dengan UNISA Yogyakarta karena dinilai memiliki sumber daya yang cukup lengkap untuk menunjang program-program garapan MPM. “Hal ini mudah-mudahan akan menjadi model bagi perguruan tinggi yang lain dalam kasus-kasus pemberdayaan berbasis komunitas masing-masing,” paparnya.
Adapun kabar gembirannya, dalam waktu 2 tahun TelurMoe telah berhasil meraih sertifikasi internasional dengan nama Certified Humane. Program Certified Humane ini mematuhi Standar Kesejahteraan Perawatan Hewan Ternak yang Manusiawi yang menggunakan penelitian ilmiah, saran dokter hewan, dan pengalaman praktis oleh peternak. (diko)

