TARAKAN, Suara Muhammadiyah - Alih-alih banyak berdebat masalah hakikat atau pun batasan toleransi antar umat beragama, Muhammadiyah lebih memilih untuk membuktikannya secara nyata. Apa yang dilakukan Muhammadiyah ini bukanlah toleransi yang sifatnya narsistik, tetapi benar-benar menjadi toleransi yang autentik.
Salah satu contohnya terjadi di sebuah komplek yang berada di Tarakan Kalimantan Utara. Di sana terdapat sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) Muhammadiyah dan Gereja yang umatnya hidup harmonis dalam satu komplek.
Keduanya adalah Gereja Advent Tarakan dan Ponpes Daarul Ilmi Muhammadiyah Tarakan atau biasa dikenal Muhammadiyah Boarding School (MBS). Jarak antara dua bangunan ini hanya terpisah satu ruas jalan.
Pada 2022 lalu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti sempat berkunjung ke komplek tersebut, Jumat (2/9). Akan tetapi yang dilihatnya bukan para santri yang memakai topi Sinterklas atau merayakan hari raya secara bersama, melainkan Muslim dan Kristiani yang hidup bersama dan saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat.
Saat itu Mu’ti terkesan dengan terobosan yang dilakukan Pimpinan Daerah (PDM) Tarakan yang memfasilitasi pembuatan plang kawasan bersama jamaah Gereja.
Meski masih dalam skala kecil, ini merupakan bukti toleransi serta kerukunan antar umat beragama di Kota Tarakan. “Semoga ke depannya hal ini juga bisa ditiru dan menjadi motivasi untuk daerah lain demi terciptanya Indonesia makmur,” kata Mu’ti yang juga penulis buku Toleransi yang Otentik. (Jan)