Transformasi Muhammadiyah (Selarik Catatan Perjalanan)
Oleh: Herman Oesman, Dosen Sosiologi S1 dan PPs UMMU
Sekretaris Orwil ICMI Maluku Utara
Beberapa hari lalu, awal Desember 2024, saya dan Agus SB berkesempatan ke Yogyakarta via Jakarta untuk suatu urusan penting.
Turun dari kereta Bima Jakarta - Yogya, kami mencari penginapan dan hotel sekitar stasiun tugu Yogya, karena memang waktu sudah larut, pukul 24.00 Wib.
Kami butuh tempat menginap tidak hanya untuk tidur, tapi juga dapat menghempaskan penat yang luar biasa terasa akibat perjalanan panjang.
Setelah ketemu hotel yang lumayan sesuai selera dan harga, kami lalu mencari makan. Lapar tak dapat dibendung. Kami lalu menemukan sebuah warung kecil pinggir jalan yang masih tersisa dan masih buka. Karena sebelumnya beberapa warung di jalanan yang kami temui sudah pada berkemas untuk pulang.
Usai makan, kami balik hotel. Istrahat. Keesokan harinya, kami sepakat untuk pindah hotel. Sebelum waktu check out tiba, usai sarapan pagi, kami berkeliling kawasan Malioboro dengan becak motor untuk mencari motel/penginapan yang cocok harga dan ada layanan sarapan pagi.
Rata-rata motel/hotel dan penginapan dengan harga terjangkau sudah penuh di booking. Menurut informasi, ini karena liburan akhir tahun, dan tiada layanan sarapan pagi.
Usai check out dari hotel, kami lalu ke Jl. KHA Dahlan, tepatnya di SM Tower Malioboro. Sebuah hotel delapan lantai milik amal usaha Muhammadiyah.
Kami pun check in. Berencana untuk dua hari ke depan menginap, ternyata dikasih hanya sehari, karena esok hari dan seterusnya sudah dibooking full oleh rombongan dari daerah.
Dikenal SM Tower Malioboro, memiliki delapan lantai. Pada lantai delapan, terdapat resto kecil untuk makan, membaca, atau mencecap kopi dan minuman khas Yogya. Di depan resto terdapat mushala kecil lengkap dengan area rest, nyaman dan resik.
SM Tower merupakan suatu terobosan bisnis luar biasa. Selain memiliki unit usaha bidang penerbitan buku, periklanan yang dikelola terpisah dengan majalah Suara Muhammadiyah.
SM Tower kemudian menjadi bantalan kreatif yang dikelola dengan manajemen terpisah, sekaligus sebagai pusat syiar gerakan ekonomi umat.
"Di SM Tower tidak hanya warga Muhammadiyah yang menginap, warga masyarakat umum juga dapat menikmati layanan di SM Tower ini," ungkap salah satu karyawan di bagian resepsionis.
Keesokan pagi, saat menginap di SM Tower, kami sarapan pagi di pukul 7.10 Wib. Memasuki Kemadjoean Resto lantai dasar SM Tower, pelayan dengan cekatan dan profesional melayani pengunjung dengan senyum ramah. Di beberapa bagian dinding terpasang cover replika Suara Muhammadiyah yang diberi pigura cantik dan minimalis.
Tak hanya SM Tower, bisnis yang dikelola secara ikhlas, amanah, dan profesional dari Muhammadiyah juga menyasar bisnis lain, yang terkait dengan ekonomi yang mengandalkan potensi jamaah.
Benarlah ungkapan Mitsuo Nakamura (1983) peneliti asal Jepang, bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi multiface. Muhammadiyah selalu hadir di semua sektor kehidupan. Muhammadiyah bisa dilihat sebagai gerakan sosial, kebudayaan, keagamaan, pendidikan, kesehatan, filantropi, dan ekonomi.
Wajah ekonomi Muhammadiyah pada bidang gerakan ekonomi dengan SM Tower dan bisnis lain yang dikelola dengan tekun, menunjukkan transformasi Muhammadiyah di usianya 112 tahun adalah sesuatu yang nyata dirasakan umat.
Di tengah geriap era digital, dan tuntutan ekonomi yang kian padas, Muhammadiyah tetap melaju dengan usaha dan karyanya yang gemilang untuk umat dan bangsa. []