Trondheim dan Hangatnya Musim Salju

Publish

6 December 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
216
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Mahli Zainuddin Tago

Trondheim-Norwegia, Senin 1 Desember 2024.

Hari sudah gelap meski jam baru menunjukkan pukul empat sore. Pada musim dingin ini siang hanya berlangsung enam jam. Matahari terbit pukul sembilan dan lewat pukul tiga sudah terbenam. Hujan salju sejak tadi siang menghantar suhu melewati minus tujuh derajat Celsius. Tetapi di rumah Alia cucu kami yang baru pulang sekolah mendesak kami Nakek dan Ninonya keluar rumah. Bermain salju bersama kami di halaman belakang agenda penting baginya. Demi cucu tercinta aku kuatkan semangat melawan suhu dingin. Sekeluar rumah kami diajak lomba lari di atas salju. Lalu kami dibawa ke Bukit Teletubis untuk bermain sambil meluncur. Kegembiraan meluncur membawa anganku terbang ke permainan yang sama pada masa kecil di kampung halaman dulu. Juga membuka cakrawala baru tentang musim dingin bersalju yang ternyata juga penuh kehangatan.

Ketika pertama kali ke luar negeri salah satu keinginan kuatku adalah melihat langsung hujan salju. Keinginan ini tercapai pada 2015. Kami rombongan Senat UMY berkunjung ke Seoul Korea. Pada hari terakhir suhu turun ke titik minus dan lapisan tipis salju turun di jalanan. Pada malam hari kami berkunjung ke semacam pasar malam yang ramai. Pedagang makanan berjajar rapi dan pengunjung hilir mudik berjalan kaki. Dingin yang menusuk membuat aku tidak bisa menikmati suasana. Kesempatan kedua terjadi pada 2017. Saat itu kami menghadiri wisuda anak di Manchester. Disini salju turun tidak tebal. Tetapi ketika berkunjung ke London salju turun lumayan tebal. Kamipun bermain salju, menulis nama, dan berfoto di sampingnya. Tetapi selain itu tidak ada yang menarik. Hanya dingin menusuk yang membuat malas keluar ruangan. Jadi apa enaknya musim salju?

Maka aku bisa mengerti mengapa Eropa atau Barat dulu pernah mengalami masa sangat sulit. Mereka menyebut saat itu sebagai Abad-abad Kegelapan (The dark Ages). Masa ini berlangsung pada abad ke-7 sampai ke-14 Masehi. Mereka berada di pojok sejarah karena terkepung dari berbagai sisi. Sebelah barat dibatasi Samudera Atlantik yang dahsyat. Mereka belum lagi memiliki teknologi untuk menaklukkannya. Di sebelah timur berkuasa Bangsa Tartar yang dikenal sebagai jago perang dan penakluk berbagai belahan dunia. Kawasan di sebelah selatan dikuasi dunia Islam yang berada pada Periode Klasik. Periode ketika mereka memilki wilayah kekuasaan yang sangat luas dan menguasai ilmu pengetahuan. Lalu di sebelah utara terbentang kawasan kutub yang dingin membeku. Ketika berada di tengah musim salju di London kala itu aku bisa memahami masa sulit Eropa pada era kegelapan itu.

Maka ketika kali ini berangkat ke Norwegia pada musim dingin aku sudah siap untuk mendekam di rumah saja. Salju sudah mulai turun di sini. Meski pakaian standar musim dingin sudah disiapkan. Dari Jogja kami membawa jaket tebal, celana dan kaos Longjhon. Sebelum keluar Bandara Trondhein menantu kami Ridwan sudah menyiapkan topi wol dan sepatu boot. Maka ketika menunggu taksi di pelataran bandara maupun turun dari taksi sebelum masuk rumah kami terhindar dari sergapan suhu dingin. Tetap pada hari pertama dan kedua di kota kecil di Norwegia utara ini aku masih kurang berminat menjelajah karena dinginnya cuaca. Demikian juga pada hari kedua aku bersama Ridwan berangkat shalat Jumat di tengah kota. Akupun belum bisa menikmati musim salju. Kami harus berjalan hati-hati. Jalanan licin karena salju tipis membeku menjadi es yang keras. Bahkan akupun beberapa kali terpeleset. 

Kami memang datang pada bulan Nopember. Bulan ini ternyata kurang disukai warga. Ini adalah akhir musim gugur. Salju baru turun tipis sesekali dan membeku menjadi es. Lapisan es yang keras membuat jalanan menjadi licin. Ketika berjalan orang harus mengunakan Spike pelapis sepatu yang memiliki beberapa paku metal. Semacam paku pada sepatu sepakbola. Dengan cara berjalan tertentu orang aman melalui jalanan yang tertutup es yang keras. Hal ini juga berlaku pada roda mobil. Pada bagian luar roda mobil memiliki paku khusus yang bisa mencengkeram es. Tanpa paku khusus pejalan kaki maupun mobil bisa slip dan melaju tanpa kendali. Pada sisi lain salju yang tipis membuat suasana malam yang lama terasa lebih gelap. Permukaan ruang terbuka belum memutih karena salju belum lagi merata.

Tetapi memasuki Bulan Desember salju mulai turun lebih sering. Maka terjadi tumpukan salju yang memutih. Uniknya salju ternyata tidak membasahi. Dia seperti pasir putih lembut yang tidak menempel di pakaian. Sehinga mudah dibersihkan. Ketika salju turun suhu ternyata tidak lebih dingin daripada ketika udara cerah. Apalagi udara cerah disertai angin kencang. Dengan longjohn, jaket hangat, sepatu boot, dan topi wol hujan salju bisa di atasi. Kehidupan pun berjalan normal. Maka bisa dimaklumi Desember menjadi bulan menyenangkan bagi penduduk setempat. Desember juga bertepatan dengan perayaan Natal dengan segala keramaiannya. Di pusat kota Trondheim misalnya musim salju berjalan meriah. Alun-alun padat oleh berbagai stand pasar malam. Lengkap dengan Ferishwheel alias buai putar raksasa. Persis suasana di Alun-alun Utara Jogja ketika berlangsung perayaan Sekaten.

Dalam hal ini berlaku pepatah Norwagia. Bahwa “tidak ada cuaca buruk. Yang ada adalah pakaian yang buruk.” Ketika memakai pakaian yang tepat maka musim salju terasa hangat dan asik. Bahkan musim salju justru banyak ditunggu. Orang Skandinavia justru menikmati musim dingin dengan gembira di kampug halaman. Libur musim dingin untuk anak sekolah hanya berlangsung seminggu. Sedangkan libur musim panas selama dua bulan. Pada musim dingin mereka malah giat bekerja. Di rumah maupun di luar rumah. Ini berbeda dengan burung migran yang migrasi besar-besaran ke selatan mencari kawasan yang bersuhu lebih hangat. Untuk itu mereka rela terbang ribuan kilometer. Sedangkan pada musim panas Trondheim sepi. Penduduknya pergi menikmati dunia. Sebagian keluar negeri. Sebagian masuk hutan. Mereka menyatu dengan alam Skandinavia yang ramah, indah, dan menawan. 

Pada sisi lain malam pada musim dingin berlangsung lebih lama. Pada akhir Nopember ini pukul 15.00 suasana sudah mulai gelap. Ini berlangsung sampai pukul 09.30 esoknya. Tetapi Orang Norwegia lebih berpedoman pada jam kerja daripada gelap-terangnya hari. Pukul tujuh pagi mereka sudah begerak keluar rumah. Walaupun bagi kami yang baru datang dari Indonesia suasana serasa seperti tengah malam. Langit masih gelap dan cuaca sangat dingin. Persis suasana ketika salju turun di Dieng dengan suhu melampaui nol derajat Celcius. Jadi dingin dan gelap tidak menghalangi orang Norway untuk beraktivitas. Maka di luar apartemen terlihat lalu lalang mereka menyongsong hari penuh semangat. Baik mereka yang bekerja maupun mereka yang sekolah. Mereka berjalan cepat. Sebagian bahkan berlari menuju halte terdekat. Mengejar waktu sekaligus menghangatkan badan.

Termasuk Alia cucu kami. Pada selasa 3 Januari dia bersemangat berangkat sekolah menembus salju setebal 10 centi di jalanan. Tentu kali ini bersama kami Nakek dan Ninonya. Kali ini aku tidak lagi merasa ada masalah dengan dinginnya suhu. Kami sudah memakai pakaian yang tepat. Stigma salju yang membekukan sudah hilang setelah bermain meluncur di Bukit Teletubis belakang apartemen tadi malam. Kami pun menikmati perjalanan menuju sekolah Alia. Keluar dari apartemen seperti membuka pintu kulkas. Udara dingin segera menyergap. Ada jarak sekitar setengah kilometer menuju halte bis terdekat. Alia mengajak kami lomba lari. Salju yang menutupi jalan pun menjadi arena pacu yang menarik. Di sebelah kami beberapa warga juga berjalan menembus dingin pada hari yang masih gelap. Setalah di dalam bis dingin berganti dengan hangat karena heater yang dinyalakan dan banyaknya penumpang 

Trondheim, Kamis 5 Desember 2015.

Aku dan Nino Alia duduk santai di tengah mall terbesar setelah berkeliling di beberapa sudut kota ini. Di sebelah kami juga duduk santai banyak pengunjung lain. Kebanyakan orang tua, berumur di atas 80 tahun, dan sepertinya sesama teman sejak sekolah setengah abad yang lalu. Sebagaimana di tanah air suasana mall memang selalu nyaman. Bertolak belakang dengan di halaman mall yang hari ini bersuhu 3 Celcius. Tiga hari ini berturut-turut kami singgah untuk rehat di mall ini. Suasana di dalam mall terasa lebih hangat oleh para pengunjung yang murah senyum. Akupun sudah terbiasa berbelanja menggunakan kartu debet Visa. Menggunakan pakaian dan memegang alat pembayaran yang tepat kini Norwegia terasa hangat. Meskipun di musim dingin. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama. Tanah air dan berbagai tanggung jawab disana terasa makin kuat memanggil.

Trodheim Torg, 06 Desember 2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Bahagia Bersama 'Aisyiyah Oleh: Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar Bahagia merupakan keinginan atau tu....

Suara Muhammadiyah

14 January 2024

Humaniora

Suasana pagi Jumat, pada penghujung bulan Dzulqa’dah tertanggal 7 Juni 2024, terlihat sebanyak....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Humaniora

Sajadah Kirman  Cerpen Ichsan Nuansa Asyhadu al Laa Ilaaha Illallah... Suara adzan Rido melun....

Suara Muhammadiyah

26 April 2024

Humaniora

Meneladani Ghirah Perjuangan Menghidupkan PCIM-PCIA Malaysia dari Nita Nasyithah Oleh: Windu Wuland....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Humaniora

Oleh: Cristoffer Veron P Hidup ini sarat dengan teka-teki. Tidak ada yang tahu dalam diri setiap in....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah