Oleh Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Dalam ulasan buku kali ini, kita akan menyelami perdebatan sengit antara dua intelektual terkemuka, J.P. Moreland, seorang filsuf Kristen, dan Kai Nielsen, seorang ahli etika sekaligus ateis. Buku mereka yang berjudul "Does God Exist?" (Apakah Tuhan Ada?) merupakan buah dari diskusi panjang yang terjadi pada tahun 1988, yang kini diabadikan dalam bentuk tulisan. Buku ini tak hanya menyajikan argumen kedua penulis, tetapi juga diperkaya dengan analisis mendalam dari para akademisi lain, menjadikannya sumber informasi penting bagi siapa pun yang tertarik untuk menjelajahi pertanyaan eksistensial seputar keberadaan Tuhan.
Moreland dan Nielsen membawa kita pada pertarungan intelektual antara teisme dan ateisme, mempertanyakan apakah kita seharusnya percaya pada Tuhan? Jika iya, seperti apa wujud Tuhan itu? Dan jika Tuhan tidak ada, bagaimana kita bisa membangun moralitas tanpa kehadiran-Nya? Pertanyaan-pertanyaan ini relevan bagi setiap manusia, dan buku ini menawarkan berbagai perspektif untuk menjawabnya.
Menariknya, Moreland sebagai seorang Kristen, mengajukan argumen yang mendukung teisme Kristen. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pembaca Muslim, untuk menelaah kembali argumen tersebut dan mencari persamaan serta perbedaannya dengan konsep Ketuhanan dalam Islam.
Sayangnya, di masa kini, diskursus mendalam seputar teisme dan ateisme jarang sekali melibatkan cendekiawan Muslim. Padahal, sejarah mencatat bagaimana Imam Abu Hanifah Rahimullah dengan brilian menghadapi seorang ateis dalam sebuah debat. Kisah yang melegenda itu menceritakan kecerdikan sang Imam dalam menjawab keraguan sang ateis akan keberadaan Tuhan. Meskipun argumen Imam Abu Hanifah terkesan sederhana, namun mampu membungkam sanggahan lawan debatnya.
Kini, perdebatan antara teis dan ateis telah berkembang jauh lebih kompleks. Sayangnya, umat Islam belum banyak yang turut serta dalam wacana intelektual ini. Keberanian dan ketajaman intelektual para cendekiawan Kristen dalam menghadapi ateis patut kita apresiasi dan jadikan inspirasi.
Dalam bagian ini, J.P. Moreland, seorang filsuf Kristen yang ulung, beradu argumen dengan Kai Nielsen. Moreland dengan piawai menjelaskan bahwa alam semesta mustahil ada untuk selamanya. Ia mendasarkan argumennya pada hukum kedua termodinamika, yang menyatakan bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan mencapai keadaan entropi dan keseimbangan.
Fakta bahwa alam semesta belum mencapai keadaan tersebut menjadi bukti bahwa alam semesta memiliki titik awal. Jika alam semesta memiliki awal, maka pasti ada "sesuatu" yang mewujudkannya, "sesuatu" yang memiliki kehendak dan kekuatan untuk menciptakan. "Sesuatu" itulah yang kita kenal sebagai Tuhan, sang penyebab pertama.
Lebih lanjut, Moreland mengajukan argumen khas Kristen dengan menyatakan bahwa Yesus—yang ia yakini—adalah hamba Tuhan yang dibangkitkan dari kematian. Tentu saja, argumen ini berfokus pada konsep Tuhan dalam Kristen.
Moreland dan Nielsen, dua intelektual terkemuka, bersatu dalam sebuah buku yang lahir dari perdebatan sengit tentang eksistensi Tuhan. "Does God Exist?" menawarkan diskursus mendalam tentang teisme dan ateisme, lengkap dengan analisis tajam dari berbagai cendekiawan. Buku ini menjelajahi pertanyaan-pertanyaan fundamental seputar keberadaan Tuhan, seperti apakah kita seharusnya percaya pada-Nya? Jika iya, seperti apa wujud-Nya? Dan jika Tuhan tidak ada, bagaimana moralitas dapat ditegakkan?
Moreland, seorang filsuf Kristen, dengan gigih mempertahankan teisme Kristen. Namun, buku ini juga menantang pembaca Muslim untuk merenungkan kembali konsep Ketuhanan dalam Islam dan mencari persamaan serta perbedaannya dengan pandangan Kristen.
Dalam buku "Does God Exist?", perdebatan tentang moralitas tanpa Tuhan juga diangkat. Moreland berpendapat bahwa keberadaan Tuhan memberikan fondasi yang kuat bagi moralitas, karena Tuhan menciptakan manusia untuk berbuat baik. Dengan demikian, menjalani hidup yang bermoral berarti menunaikan tujuan penciptaan tersebut. Di sisi lain, Nielsen, sang ateis, berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memilih menjadi makhluk bermoral, tanpa harus bergantung pada keberadaan Tuhan.
Buku ini juga memuat artikel-artikel menarik lainnya, salah satunya adalah tulisan Dallas Willard yang menawarkan argumen masuk akal tentang keberadaan Tuhan. Willard menjelaskan bahwa setiap momen saat ini merupakan hasil dari momen sebelumnya yang dipengaruhi oleh hukum alam. Jika kita telusuri mundur, maka pasti ada suatu keadaan awal yang menjadi pemicu dari semua momen berikutnya. Keadaan awal itulah yang disebut Tuhan.
Willard, dengan gaya bahasa yang mudah dicerna, mengajak kita merenungkan bahwa setiap momen yang kita alami saat ini adalah untaian dari momen sebelumnya, yang dibentuk oleh hukum alam. Bayangkan sebuah rantai panjang yang tersusun dari momen-momen berkesinambungan. Rantai itu pasti memiliki awal, bukan? Nah, "awal" dari rantai keberadaan itulah yang kita sebut Tuhan.
Buku "Does God Exist?" ini benar-benar menarik dan bermanfaat. Salah satu keunggulannya adalah panduan yang diberikan oleh Peter Kreeft dalam menganalisis perdebatan seputar eksistensi Tuhan. Kreeft, dengan diagram yang cerdas, membantu kita memahami proses pengambilan keputusan dalam beriman, serta berbagai pertimbangan yang mendasari keyakinan tersebut.
Kreeft dengan metodenya yang sistematis, menuntun kita untuk menganalisis berbagai pilihan dalam berkeyakinan. Mulai dari agnostisisme, yang memilih untuk tidak memutuskan, hingga teisme dan ateisme, yang melibatkan keyakinan akan ada tidaknya Tuhan. Lebih jauh, Kreeft membahas struktur formal dan informal dalam keyakinan beragama, serta berbagai sistem keyakinan, seperti monoteisme dan politeisme.
Dalam kerangka monoteisme, Kreeft menjelajahi konsep teisme dan panteisme, yang memandang segala sesuatu adalah Tuhan. Ia juga membedakan antara Tuhan yang personal dan impersonal, serta menelaah konsep Trinitarianisme dalam Kristen dan Unitarianisme dalam Yudaisme dan Islam. Kreeft dengan detail menjelaskan bahwa tidak semua aliran Kristen menganut Trinitarianisme.
Tetapi Peter Kreeft telah memberi kita cara yang sangat berguna untuk memikirkan berbagai kemungkinan yang terbuka bagi orang-orang dalam hal keyakinan dan membantu kita berpikir tentang di mana tepatnya keyakinan kita jatuh dalam spektrum pilihan yang luas itu.
Secara keseluruhan, saya menemukan bahwa ini adalah buku yang sangat bermanfaat, dan saya berharap umat Islam akan menulis buku seperti ini dengan kedalaman ini, yang membahas masalah kepercayaan versus ketidakpercayaan. Dan saya berharap umat Islam berdebat dengan ateis pada tingkat ini, sehingga menghasilkan buku seperti ini yang dikompilasi. Sekarang, memang ada beberapa pendebat Muslim yang baik di luar sana yang telah berdebat dengan ateis, dan saya memberikan penghargaan penuh kepada mereka, dan saya berdoa kepada [berdoa dalam bahasa asing] untuk melakukan lebih banyak lagi dan melakukan yang lebih baik. Tetapi buku seperti ini memberi kita cita-cita untuk kita perjuangkan.
Banyak Muslim telah belajar Panduan sistematis yang diberikan oleh Peter Kreeft membukakan pikiran kita tentang berbagai kemungkinan dalam memahami keyakinan. Kreeft dengan cerdas mengajak kita menganalisis setiap pilihan, mulai dari agnostisisme yang memilih untuk tidak memutuskan, hingga teisme dan ateisme yang menawarkan keyakinan akan ada tidaknya Tuhan. Kreeft juga membahas struktur keyakinan beragama, baik yang formal maupun informal, serta menelaah berbagai sistem keyakinan, seperti monoteisme dan politeisme.
Secara keseluruhan, buku "Does God Exist?" ini sangat bermanfaat dan memberikan kontribusi penting dalam diskursus tentang keberadaan Tuhan. Buku ini menginspirasi untuk menulis karya serupa yang melibatkan cendekiawan Muslim dalam perdebatan teisme versus ateisme. Kehadiran buku ini juga diharapkan dapat membangkitkan semangat para cendekiawan Muslim untuk turut serta dalam wacana intelektual seputar eksistensi Tuhan.
William Lane Craig, salah satu kontributor buku ini, telah banyak memberikan ilmu dan inspirasi bagi kaum Muslimin melalui tulisan dan debatnya. "Does God Exist?" adalah buku yang sangat berpengaruh dan telah memberikan banyak orang, kekuatan dan keberanian untuk berdebat dengan ateis dan lainnya. Semoga buku ini juga dapat memberikan dampak positif dan menginspirasi pembaca lainnya.
Dari tulisan dan debat William Lane Craig, khususnya, salah satu kontributor buku ini, dan saya sendiri secara pribadi telah belajar darinya dan dari debat ini yang ada di buku ini dan artikel-artikel lainnya. Ini adalah buku yang benar-benar telah memperlengkapi saya dan memungkinkan serta memberi saya kekuatan dan keberanian untuk berdebat dengan ateis dan lainnya. Ini adalah buku yang benar-benar telah mengubah hidup saya. Dan saya berharap buku ini akan membuat perbedaan dalam hidup Anda juga. Mungkin itu bahkan bisa mengubah hidup Anda.