BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 21 Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung sukses menggelar Sekolah Mental Ibu Mahaji dengan tema “Ibu Bahagia, Keluarga Sejahtera” pada Minggu (24/08/2025). Kegiatan ini berlangsung di GOR Mandalakarya Sport Mandalahaji, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung.
Acara tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan dihadiri langsung oleh Ketua RW 10 Desa Mandalahaji. Kehadiran ibu-ibu dari berbagai kalangan di desa setempat menjadi bukti tingginya antusiasme terhadap isu kesehatan mental keluarga.
Ketua Kelompok KKN 21 Asti Angraeni menjelaskan bahwa kegiatan ini menghadirkan pengalaman serta praktik sederhana dalam mengelola stres. Menurutnya, para ibu perlu memiliki strategi praktis untuk menjaga ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Asti menambahkan, kegiatan ini juga menekankan pentingnya edukasi mengenai kesehatan mental. “Melalui diskusi dan berbagi pengalaman, kami ingin mengingatkan bahwa ibu yang bahagia adalah fondasi dari keluarga yang sejahtera,” ujarnya.
Dosen Pembimbing Lapangan Euis Evi Puspitasari turut menyampaikan apresiasinya. Ia menegaskan bahwa sosok ibu merupakan sumber ilmu utama dalam keluarga sehingga kondisi mentalnya sangat menentukan keharmonisan rumah tangga.
Kegiatan ini juga menghadirkan Anggota DPR RI Komisi VII periode 2019–2024 Diah Nurwitasari sebagai pemateri utama. Dalam paparannya, Diah menekankan pentingnya kesehatan mental ibu sebagai kunci terciptanya keluarga yang harmonis dan berkualitas.
Menurut Diah, kesehatan mental tidak hanya berarti terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. “Seorang ibu yang bahagia akan lebih konsisten dalam pola asuh, sehingga berpengaruh pada tumbuh kembang anak sejak masa prenatal hingga usia sekolah,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan data Kementerian Kesehatan yang menunjukkan sekitar 9,8 persen ibu di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, termasuk depresi pasca melahirkan. Tekanan ekonomi, beban ganda, minimnya dukungan sosial, serta stigma kesehatan mental menjadi faktor risiko yang kerap muncul.
Diah menegaskan adanya hubungan erat antara kesehatan mental ibu dan risiko stunting pada anak. Untuk itu, ia menawarkan strategi sederhana seperti teknik pernapasan diafragma, mindfulness, me time, berbagi peran dengan pasangan, hingga dukungan komunitas. “Spiritualitas dan dukungan sosial terbukti mampu meningkatkan resiliensi ibu hingga dua kali lipat,” tandasnya.***