Upaya Menjaga Mental Tetap Sehat Melalui Self Healing Qur’ani
Oleh : Tri Ermayani, Dosen Al-Islam & Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Purworejo
Healing dari istilah bahasa Inggris yang memiliki arti proses penyembuhan atau pemulihan. Dilihat dari maknanya, healing bertujuan untuk menyembuhkan luka batin, mengatasi atau mengurangi rasa penat, mengurangi rasa bosan, menyegarkan jiwa, lebih memahami makna hidup, dan meningkatkan semangat maupun produktifitas dalam hidup. Healing di masyarakat awam masih disamakan dengan istilah piknik atau refreshing. Healing dalam pelaksanaannya memiliki tujuan mendasar, yaitu ber-tadabur alam untuk me-refresh kembali jiwa dan raga kembali memahami bahwa kekuasaan Allah melingkupi alam semesta, juga agar jiwa raga manusia tidak bosan ( monoton) dengan aktifitas dan lingkungan yang sama. Healing banyak dilakukan oleh masyarakat dengan mendatangi tempat atau lingkungan yang berbeda, unik bahkan jauh berbeda dengan lingkungan yng dijumpai sehari-hari. Oleh karena itu penggunaan kata healing sendiri telah bergeser nilai dari makna aslinya yakni penyembuhan atau pemulihan yang berorientasi pada kegiatan ruhaniah. Kegiatan ruhaniah tersebut antara lain shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan berpuasa.
Istilah yang penulis bahas di sini adalah self healing yang bermanfaat untuk menjaga mental agar tetap sehat. Self healing bermakna menyembuhkan diri sendiri baik dari sisi fisik maupun mental spiritual. Secara fisik seorang muslim wajib menjaga kesehatan dengan menjaga pola hidup sehat. Pertama, cara menjaga pola hidup sehat dari segi makan dan minuman adalah dengan cara memperhitungkan menu makanan dan minuman yang sehat, bagaimana cara untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, dan juga waktu yang tepat untuk mengkonsumsi. Kedua, menjaga pola hidup sehat berikutnya adalah dengan memulai memahami hal-hal yang halal dan haram, seperti makanan, minuman, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Ketiga, menjaga pola hidup sehat dengan mengutamakan sesuatu hal dalam kehidupan sehari-hari yang menguntungkan kesehatan tubuh, Kemampuan membiasakan hidup sesuai kesehatan merupakan ketrampilan hidup (life skill) yang harus ditanamkan kepada anak-anak. Hal tersebut bertujuan ketika mereka memasuki usia dewasa maka mereka akan mampu menjaga pola hidup sehat untuk dirinya dan keluarganya.
Self Healing untuk menjaga dan menyembuhkan mental spiritual dapat dilakukan dengan mengkondisikan hati dan pikiran untuk tetap focus pada kegiatan-kegiatan yang tujuannya adalah sehat ruhaninya. Sehat ruhani adalah sehatnya hati, bersihnya hati, dan tenangnya hati atau sering disebut sebagai Qolbun Salim. Sehat ruhani akan mempengaruhi sehatnya fisik telah disampikan oleh Rasulullah saw “Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluurh anggota tubuh dan jika rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuila ia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari) Manusia hanya akan dapat selamat di hari kiamat ketika memelihara bersihnya hati. Hati yang bersih akan dapat membuka diri terhadap ilmu dan segala bentuk kebenaran dari Allah Swt. Self healing dari segi mental spiritual dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt, hal tersebut antara lain dengan shalat yang khusyuk, membaca Al-Qur’an dan atau memahami maknanya, menunaikan puasa, bersedekah, dan lain sebagainya. Secara khusus seorang Muslim memerlukan penerapan jiwa yang bersih, mampu mengendalikan emosi, berlapang dada, mudah memaafkan, mudah membuang hal buruk, selalu belajar dari setiap hikmah.
Setiap manusia selalu menemui permasalahan dalam hidupnya, oleh karena itu self healing ini sebagai salah satu upaya menjaga mental untuk tetap sehat dan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dewasa ini banyak orang yang tidak menyadari bahwasannya dirinya mengalami gangguan mental atau psikis. Alhasil sering dijumpai seseorang yang mudah marah, marah dengan meledak-ledak, histeris, sensitif, mudah tersinggung, tidak malu berbuat dhalim, mudah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, mau menangnya sendiri, tidak malu berbuat dosa, tidak peduli terhadap orang lain, dan lain sebagainya. Sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur’an adalah sebagai obat (Asy-syifa’) baik secara fisik maupun secara kejiwaan. Di dalam Al-Qur’an telah banyak resep-resep untuk setiap Muslim dalam menghadapi berbagai situasi yang melibatkan mental spiritual.
Salah satu ayat yang memotivasi umat Muslim tatkala dalam kondisi sulit yang menghantam mentalnya adalah QS Al-Insyirah [94] ayat 5-8 yang artinya, maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. Dalam ayat tersebut, Allah Swt telah mengungkapkan bahwa sesungguhnya di dalam setiap kondisi kesempitan, Allah mengirimkan kondisi kelapangan, dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar. Bahkan manusia tidak mengetahui kapan di diberi cobaan kesempitan dan kekurangan, dan kapan Allah akan mnegirimkan kelapangan. Hal tersebut harus diusahakan agar kelapangan sesegera mungkin diperlihatkan kepada umat Muslim sehingga bersyukur dan berpengharapan positif dalam setiap kondisinya. Oleh sebab itu, dalam usaha untuk meraih sesuatu itu harus tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Allah. Ini adalah sifat yang dimiliki oleh Nabi saw, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya. Ayat ini memberitahukan kepada Nabi Muhammad saw dan juga umatnya, bahwa setelah ada miskin akan ada kaya, awalnya tidak memiliki teman maka akan memiliki teman, sebelumnya dibenci maka akan banyak orang yang mencintai bahkan dengan ketulusan dan tanpa pamrih, kesedihan akan diikuti datangnya kebahagiaan, kecemasan atau gelisah setelahnya akan datang ketenangan, kondisi sakit akan diiringi sehat, dan seterusnya. Kesulitan adalah suatu kondisi yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu, dan kesulitan akan membutuhkan sebuah usaha untuk dapat keluar dari kesulitan. Di dalam Al-Insyirah usaha atau ikhtiar tidak boleh berhenti begitu saja (putus asa) namun harus selalu berharap penuh kepada takdir baik dari Allah setelah usaha dan doa yang tiada putus.
Ayat lain yang berisi tentang self healing adalah QS Yunus [10] ayat 57 yang artinya: Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Ayat ini diturunkan dengan tujuan memperbaiki jiwa manusia. Pertama, mau’idhah untuk mengajari manusia mendekatkan diri pada kebaikan dan kebenaran, serta menjauhi segala hal yang batil ataupun jahat. Kedua, syifa yang berperan sebagai penyembuh bagi penyakit yang bersarang di dada manusia, antara lain penyakit syirik, kufur, dan munafik. Penyakit hati yang mengganggu ketenteraman jiwa manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian, membiarkan diri dikuasai hawa nafsu, membiarkan tumbuhnya rasa hasad dan dengki terhadap manusia, perasaan takut dan pengecut, terbiasa melakukan kebatilan dan kejahatan bahkan enggan untuk meninggalkannya, dan menutup hati untuk menerima kebenaran.
Dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 286 yang artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." Ayat tersebut sangat mencerahkan hati dan pikiran orang yang sedang dalam kesulitan dan keterbatasan. Islam adalah agama yang tidak pernah menyulitkan, bahkan Allah menegaskan bahwa ujian yang diberikan kepada orang yang beriman selalu disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya. Harapan yang positif dan kondisi hati yang besar penuh harapan kepada Allah akan menjadi obat yang sangat manjur bagi orang yang sedang dalam kesulitan dan kebimbangan.
Allah Swt melimpahkan nikmat-Nya kepada orang yang beriman dan juga memberikan cobaan bagi mereka untuk menguji keimanannya. Ketika orang beriman sedang dalam keadaan lemah atau sedih maka Allah memberikan petunjuk agar manusia tidak terlena dengan keadaan yang sedang menimpanya. Hal tersebut dijelaskan oleh Allah Swt dalam QS Al Baqarah [2] ayat 153 yang memiliki maksud bahwa terus berusaha tegar dengan jalan tetap melaksanakan kewajiban dan menjauhi larang-larangannya, hendaklah menjadikan sabar dan shalat yang khusyuk sebagai obat sekaligus perisai dari keterpurukan dan keputusasaan.
Kegelisahan, takut, kekhawatiran, dan rasa gundah gulana adalah kondisi yang sulit bagi setiap manusia. Allah menjelaskan obat atau perisainya dalam QS Ar Ra’du [13] ayat 28 yang artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Obat jiwa yang mengantarkan manusia untuk selalu dalam kondisi mental baik-baik saja adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai terapis yang sempurna dalam hati dan pikirannya. Sesungguhnya Al-Qur’an bukan hanya sebutan sebagai Asy-Syifa’, karena firman-firman Allah apabila dibaca dan dipahami serta diterapkan ke dalam diri umat Muslim maka akan menjadi resep obat yang paling membahagiakan dan menentramkan jiwa manusia. Sakitnya fisik manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi jiwa, 90% lebih obat fisik adalah kuatnya mental dan harapan penuh untuk sehat.
Semoga bermanfaat