Visualisasi Manusia Bertakwa Pasca Ramadhan

Publish

25 April 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
290
Agus Tri Sundani

Agus Tri Sundani

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Tri Sundani, menjadi Khatib di Masjid At-Tanwir Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusa, Jumat (25/4).

Dalam khutbahnya, Agus menjelaskan pengertian dari takwa. Menurutnya, takwa memiliki definisi sebagai mengerjakan segala perintah – perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Orang bertakwa tervisualisasikan di QS Ali-Imran ayat 133 -135.

Pertama, gemar berinfaq. “Baik dalam kondisi lapang maupun sempit,” tuturnya. Penanaman kedisiplinan gemar berinfak, telah dilakukan selama bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. “(Ramadhan) telah melatih kita untuk berinfak,” sebutnya.

Lebih-lebih, Rasulullah telah meneladankan, di mana selama bulan Ramadhan, menunjukkan eksistensi diri paling dermawan. Karena itu, Agus mengajak, agar perilaku gemar berinfak ini dapat terus dirawat dan dipraktikkan dalam kehidupan.

“Berinfak dalam kondisi kaya atau miskin. Berinfak maupun tanggal tua maupun muda. Marilah kita miliki karakter orang bertaqwa ini,” katanya.

Kedua, menahan dan mengelola amarah. Agus menyebut, bulan Ramadhan telah menempa diri agar bisa mengendalikan diri dari gejolak amarah. “Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk bersabar menahan diri untuk tidak mudah marah,” ucapnya.

Marah juga, sambung Agus, membuat orang mudah hilang akal. “Akal sehatnya hilang. Kata-katanya tidak terkontrol. Keputusan tidak bija, emosi tanpa terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih kita agar kita menahan marah,” urainya.

Dalam sudut pandang kesehatan, pengendalian emosi dan marah berpengaruh positif terhadap kesehatan. Sebaliknya, ketidakmampuan mengelola emosi dapat memicu berbagai gangguan fisik maupun mental.

Ketiga, memiliki jiwa pemaaf dan mampu memaafkan kesalahan orang lain. Agus menekankan bahwa memaafkan bukan berarti menurunkan harga diri tapi menambah kemuliaan seseorang.

“Memaafkan juga menjadikan hati menjadi lapang, penuh kedamaian, dan kebahagiaan. Sebaliknya, tidak memaafkan alias mendendam atau memicu hormon kortisol yang mengakibatkan berbagai penyakit termasuk jantung, kanker, dan lain sebagainya,” tegasnya.

Keempat, Gemar berbuat kebaikan. Orang yang berbuat baik dalam Islam disebut Muhsinin. “Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan,” ujarnya.

Dalam Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan, karakteristik Muhsinin terletak pada kesanggupan membalas kejelekan dengan kebaikan. “Orang yang mencela kita tidak pernah marah, justru memaafkan dan menyambung silaturahmi dengannya. Ini adalah contoh orang Muhsinin,” jelasnya.

Kelima, menyegerakan bertaubat ketika melakukan kesalahan dan senantiasa mengingat Allah. “Ketika melakukan dosa dan kemaksiatan,” bebernya.

Memiliki kesadaran diri yang tinggi terhadap dosa, sehingga hati mereka selalu tergerak untuk kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan.  “Segera bertaubat, ingat kepada Allah. Memohon ampun kepada-Nya dan tidak mengulangi lagi,” tandasnya. (nad/cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Lembaga Bantuan Hukum dan Advoka....

Suara Muhammadiyah

6 February 2024

Berita

TIMOR LESTE, Suara Muhammadiyah- Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Dr. Budi Santosa M.Pd. yang Ke....

Suara Muhammadiyah

7 September 2023

Berita

CILACAP, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) membentuk dan mengukuhkan....

Suara Muhammadiyah

5 May 2025

Berita

SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Calon Guru Angkatan 2 Tah....

Suara Muhammadiyah

13 May 2025

Berita

PURWOREJO, Suara Muhammadiyah - Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Eks Karesidenan Kedu berkolabo....

Suara Muhammadiyah

18 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah