Visualisasi Manusia Bertakwa Pasca Ramadhan

Publish

25 April 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
362
Agus Tri Sundani

Agus Tri Sundani

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agus Tri Sundani, menjadi Khatib di Masjid At-Tanwir Gedung Dakwah Muhammadiyah Menteng Raya, Jakarta Pusa, Jumat (25/4).

Dalam khutbahnya, Agus menjelaskan pengertian dari takwa. Menurutnya, takwa memiliki definisi sebagai mengerjakan segala perintah – perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Orang bertakwa tervisualisasikan di QS Ali-Imran ayat 133 -135.

Pertama, gemar berinfaq. “Baik dalam kondisi lapang maupun sempit,” tuturnya. Penanaman kedisiplinan gemar berinfak, telah dilakukan selama bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. “(Ramadhan) telah melatih kita untuk berinfak,” sebutnya.

Lebih-lebih, Rasulullah telah meneladankan, di mana selama bulan Ramadhan, menunjukkan eksistensi diri paling dermawan. Karena itu, Agus mengajak, agar perilaku gemar berinfak ini dapat terus dirawat dan dipraktikkan dalam kehidupan.

“Berinfak dalam kondisi kaya atau miskin. Berinfak maupun tanggal tua maupun muda. Marilah kita miliki karakter orang bertaqwa ini,” katanya.

Kedua, menahan dan mengelola amarah. Agus menyebut, bulan Ramadhan telah menempa diri agar bisa mengendalikan diri dari gejolak amarah. “Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk bersabar menahan diri untuk tidak mudah marah,” ucapnya.

Marah juga, sambung Agus, membuat orang mudah hilang akal. “Akal sehatnya hilang. Kata-katanya tidak terkontrol. Keputusan tidak bija, emosi tanpa terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih kita agar kita menahan marah,” urainya.

Dalam sudut pandang kesehatan, pengendalian emosi dan marah berpengaruh positif terhadap kesehatan. Sebaliknya, ketidakmampuan mengelola emosi dapat memicu berbagai gangguan fisik maupun mental.

Ketiga, memiliki jiwa pemaaf dan mampu memaafkan kesalahan orang lain. Agus menekankan bahwa memaafkan bukan berarti menurunkan harga diri tapi menambah kemuliaan seseorang.

“Memaafkan juga menjadikan hati menjadi lapang, penuh kedamaian, dan kebahagiaan. Sebaliknya, tidak memaafkan alias mendendam atau memicu hormon kortisol yang mengakibatkan berbagai penyakit termasuk jantung, kanker, dan lain sebagainya,” tegasnya.

Keempat, Gemar berbuat kebaikan. Orang yang berbuat baik dalam Islam disebut Muhsinin. “Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan,” ujarnya.

Dalam Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan, karakteristik Muhsinin terletak pada kesanggupan membalas kejelekan dengan kebaikan. “Orang yang mencela kita tidak pernah marah, justru memaafkan dan menyambung silaturahmi dengannya. Ini adalah contoh orang Muhsinin,” jelasnya.

Kelima, menyegerakan bertaubat ketika melakukan kesalahan dan senantiasa mengingat Allah. “Ketika melakukan dosa dan kemaksiatan,” bebernya.

Memiliki kesadaran diri yang tinggi terhadap dosa, sehingga hati mereka selalu tergerak untuk kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan.  “Segera bertaubat, ingat kepada Allah. Memohon ampun kepada-Nya dan tidak mengulangi lagi,” tandasnya. (nad/cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah  – Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) bekerja sama ....

Suara Muhammadiyah

2 April 2024

Berita

 BANYUWANGI, Suara Muhammadiyah – Sebagai bentuk aktualisasi peran kaum muda (Syubbanul Y....

Suara Muhammadiyah

5 February 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - SD Muhammadiyah 08 Medan kembali berbagi. Kali ini, menghadapi Ramadan 1....

Suara Muhammadiyah

9 March 2024

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – RRI Purwokerto menggelar acara dialog dan pagelaran musik yan....

Suara Muhammadiyah

27 May 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal Pimpi....

Suara Muhammadiyah

28 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah