SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menggelar kegiatan Baitul Arqam Purna Studi (BAPS) Wisuda ke-47, sebagai bentuk pembekalan bagi 1.409 calon wisudawan/wati dari seluruh program studi. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua gelombang, yakni Sabtu dan Ahad, (18–19/10) di Aula Gedung Kuliah Bersama II Unimus.
Kegiatan BAPS merupakan tradisi akademik dan ideologis yang rutin dilaksanakan Unimus sebagai bagian dari proses kaderisasi Muhammadiyah. Tujuannya adalah untuk membekali calon alumni agar memiliki nilai-nilai keislaman, semangat kemuhammadiyahan, serta etos kerja profesional dan berkemajuan.
Pada hari pertama, kegiatan diisi oleh Rektor Unimus, Masrukhi, yang menyampaikan materi bertajuk “Etos Kerja Kader Muhammadiyah”. Dalam paparannya, Rektor menegaskan pentingnya membangun semangat kerja yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam dan ideologi Muhammadiyah.
“Etos kerja bukan sekadar rutinitas, tetapi wujud ibadah, amanah, dan aktualisasi diri. Kader Muhammadiyah harus bekerja dengan penuh makna, integritas, dan semangat pengabdian,” tegasnya.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa etos kerja merupakan totalitas kepribadian dan cara seseorang memaknai serta mengekspresikan pekerjaannya. Ia menegaskan delapan nilai utama dalam etos kerja unggulan kader Muhammadiyah, yaitu: Kerja adalah rahmat, Kerja adalah amanah, Kerja adalah panggilan, Kerja adalah aktualisasi, Kerja adalah ibadah, Kerja adalah seni, Kerja adalah kehormatan, dan Kerja adalah pelayanan.
Menurut Masrukhi, nilai-nilai tersebut harus menjiwai setiap aktivitas kader Muhammadiyah agar dapat menghadirkan kerja yang unggul, profesional, dan berorientasi pada kemaslahatan umat. “Kader Muhammadiyah tidak boleh bekerja hanya untuk menggugurkan kewajiban. Kita harus hadir dengan semangat optimis, keberanian memulai, dan kemampuan mengelola waktu dengan efektif. Setiap pekerjaan adalah ladang amal,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ia juga menekankan pentingnya mindset positif sebagaimana dikemukakan Doug Hooper, bahwa “You are what you think” — seseorang menjadi seperti apa yang ia pikirkan. “Jika kita berpikir positif, bekerja dengan niat baik, dan yakin dapat memberi manfaat, maka hal itu akan menjadi kenyataan,” tambahnya.
Prof Masrukhi juga mengaitkan etos kerja kader Muhammadiyah dengan prinsip-prinsip efektivitas pribadi dari Stephen R Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People, seperti: menjadi proaktif, mendahulukan yang utama, berpikir menang-menang, berusaha memahami orang lain sebelum ingin dipahami, bersinergi, dan terus mengasah kemampuan diri.
Selain itu, beliau menegaskan bahwa etos kerja dalam Islam berakar kuat dari nilai-nilai Al-Qur’an, antara lain: Semangat membaca dan belajar (QS Al-‘Alaq 1–8), dorongan untuk berubah (QS Ar-Ra’d 11), Berorientasi masa depan (QS Al-Hasyr 18), menjadi umat wasathiyah (QS Al-Baqarah 143), menebarkan rahmat bagi semesta alam (QS Al-Anbiya 107), Bersikap proaktif (QS Muhammad 7), dan terbuka serta selektif (QS Az-Zumar 18).
“Islam mengajarkan kita untuk bekerja keras, terbuka terhadap ilmu, proaktif, dan bertransformasi menuju kebaikan. Itulah ruh yang harus dimiliki oleh setiap kader Muhammadiyah,” tambahnya.
Masrukhi berharap agar kegiatan Baitul Arqam menjadi momentum penting dalam pembentukan karakter alumni Unimus yang unggul, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi untuk kemajuan umat, bangsa, serta Persyarikatan. “Mari jadikan kerja sebagai ibadah dan bentuk pengabdian kita bagi umat, bangsa, dan persyarikatan Muhammadiyah,” pungkasnya.
Kegiatan Baitul Arqam hari kedua dilanjutkan dengan materi dari Dr H A Hasan Asy’ari Ulama’i, MAg, yang memperdalam pemahaman tentang ideologi Muhammadiyah dan nilai-nilai keislaman bagi calon wisudawan. (Humas/Nurvi)