Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Mari kita telusuri kisah menakjubkan di balik Zamzam, air yang begitu diagungkan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Apa sebenarnya Zamzam itu? Mengapa ia memiliki keutamaan dan manfaat yang begitu dipercaya? Dan dari mana sumber antusiasme umat Muslim terhadap air ini? Mari kita kupas tuntas cerita di balik Zamzam, air yang begitu sering diperbincangkan dan diagungkan umat Muslim. Zamzam, lebih dari sekadar sumur biasa, merupakan mata air yang terletak di dekat Ka'bah, jantung spiritual umat Islam di Mekah.
Sumur ini memiliki sejarah yang panjang dan mengakar dalam keyakinan umat Muslim, bermula dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Seperti yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian, Nabi Ibrahim, atas perintah Tuhan, meninggalkan istri dan putranya yang masih bayi, Hajar dan Ismail, di sebuah lembah tandus yang kemudian dikenal sebagai Mekah. Dalam keputusasaan mencari air untuk bayinya yang kehausan, Hajar berlari bolak-balik antara bukit Safa dan Marwa, sebuah tindakan yang hingga kini diabadikan dalam ritual haji sebagai Sa'i.
Dalam tradisi Islam, dikisahkan bahwa atas kuasa Tuhan, mata air Zamzam muncul di tempat Ismail kecil menghentakkan kakinya. Beba, tempat di mana mereka ditinggalkan, dalam bahasa Arab berarti "saba'a" atau"tujuh", merujuk pada tujuh sumur yang pernah ada di sana, termasuk Zamzam yang abadi hingga kini. Dalam pandangan Islam, peristiwa ini menggambarkan ujian keimanan yang luar biasa. Nabi Ibrahim, meskipun mungkin diliputi keraguan dan kesedihan, tetap melaksanakan perintah Tuhan dengan penuh kepasrahan, tanpa mengetahui hikmah di baliknya. Hajar dan Ismail pun, meski terdampar di tengah gurun yang ganas, tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka.
Kini, kita menyaksikan keajaiban yang terungkap dari peristiwa tersebut. Mekah, yang dulunya tandus dan sepi, telah menjelma menjadi pusat spiritual bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia. Cahaya petunjuk memancar dari sana, menyinari setiap sudut bumi, dan setiap tahun, lautan manusia berbondong-bondong datang untuk melaksanakan ibadah haji, mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan Ismail. Namun, pada saat itu, siapa yang bisa membayangkan bahwa dari sebuah lembah tandus akan lahir sebuah agama yang begitu berpengaruh?
Sebuah pengingat bagi kita semua bahwa rencana Tuhan selalu penuh hikmah, meskipun terkadang sulit dipahami oleh keterbatasan manusia. Dalam situasi yang penuh keputusasaan, Hajar dan Ismail kecil tidak menyerah pada keputusasaan. Mereka berdoa dengan sungguh-sungguh memohon pertolongan dari Sang Pencipta. Nabi Ibrahim, sebelum meninggalkan mereka, juga telah memanjatkan doa agar keluarganya senantiasa diberikan rezeki dan perlindungan. Hajar, dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan mereka binasa jika ini memang kehendak-Nya.
Namun, ujian keimanan mereka semakin berat. Perbekalan yang dibawa Hajar perlahan habis, hingga akhirnya ia tak lagi memiliki makanan atau air, bahkan ASI-nya pun mengering. Dalam kepanikan seorang ibu yang melihat bayinya kehausan, Hajar berlari mendaki bukit terdekat, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan atau kafilah yang lewat. Dengan nafas tersengal, ia mencoba mencari dari ketinggian, namun tak ada seorang pun yang terlihat. Ia turun, lalu mencoba mendaki bukit lain, berharap menemukan secercah harapan.
Namun, lagi-lagi usahanya sia-sia. Wanita tersebut terus-menerus berjalan di antara dua bukit ini sebanyak tujuh kali. Menurut tradisi Islam, bukit-bukit ini masih ada hingga saat ini dan dikenal sebagai Bukit Shafa dan Bukit Marwa. Umat Islam, dalam ibadah haji mereka hingga saat ini, secara setia meniru perjuangan wanita ini dalam usahanya mencari air untuk bayinya. Mereka menaiki Bukit Shafa dan kemudian turun kembali, berjalan jauh ke arah Bukit Marwa, dan mengulanginya hingga tujuh kali. Sebagai bentuk penghormatan terhadap usaha keras wanita yang penuh berkah ini, sebagian dari perjalanan ini bahkan dilakukan dengan berlari, meniru tindakan yang sama.
Namun, terdapat sebuah catatan penting dalam sumber-sumber Islam yang menyebutkan bahwa saat wanita tersebut melakukan perjalanan bolak-balik, akhirnya ia mendengar suara. Suara itu ternyata berasal dari malaikat Jibril yang turun ke tempat tersebut. Malaikat Jibril kemudian memukul Bumi dengan sayapnya, dan dari tempat yang ia pukul, air pun mulai menyembur keluar dari dalam tanah. Dalam beberapa versi tradisi, disebutkan bahwa di tempat di mana bayi itu berbaring dan menggosokkan kakinya ke tanah, di sanalah air akhirnya mengalir keluar dari bumi, memenuhi kebutuhan mereka.
Di tengah keputusasaan, Hajar menyaksikan keajaiban. Air memancar dari tanah yang dipijak Ismail kecil. Dengan naluri keibuan, ia berusaha menampungnya, membentuk cekungan-cekungan kecil, sambil bergumam, "Zam Zam, Zam Zam" - "Berkumpullah, berkumpullah."
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, seandainya Hajar tak berusaha menampungnya, air itu akan mengalir tak terbendung, membanjiri seluruh muka bumi. Hingga kini, ribuan tahun berlalu, sumur Zamzam tak pernah kering. Airnya terus mengalir, menjadi oase bagi para peziarah yang datang dari segala penjuru dunia. Bayangkan, sumur purba itu, berusia lebih dari empat ribu tahun, tetap memancarkan berkahnya. Di tengah teriknya gurun pasir, Zamzam adalah sumber kehidupan, kesegaran jasmani, dan penyejuk dahaga rohani. Ia adalah bukti nyata akan kuasa Ilahi, keajaiban yang terus mengalir, menyegarkan iman setiap insan yang datang mendekatinya.
Kisah Hajar dan Ismail, serta keajaiban sumur Zamzam, adalah pengingat abadi akan pentingnya kesabaran, keteguhan, dan keyakinan. Di saat paling getir sekalipun, pertolongan Tuhan selalu dekat, terkadang hadir dalam cara yang tak terduga. Zamzam adalah simbol harapan, bahwa di tengah gersangnya kehidupan, selalu ada mata air yang siap menyegarkan jiwa.
Bagi umat Muslim, Zamzam bukan sekadar air biasa. Ia adalah air yang diberkahi, terhubung dengan kisah agung Nabi Ibrahim dan Ismail. Keberadaannya yang terpancar dari tanah tandus, atas kuasa Ilahi, menjadikannya simbol harapan dan keteguhan. Lebih dari sekadar penghilang dahaga, Zamzam adalah pengingat akan kasih sayang dan pertolongan Tuhan yang selalu hadir bagi mereka yang beriman.
Hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa doa akan dikabulkan setelah meminum air Zamzam, semakin memperteguh keyakinan akan kemuliaan air ini. Maka, tak heran jika setiap tegukan Zamzam selalu diiringi doa penuh harap, memohon ilmu yang bermanfaat, rezeki yang berkah, serta kesembuhan dari segala penyakit. Doa ini, yang juga merupakan doa Nabi Muhammad SAW, menjadi permohonan universal yang menyentuh setiap aspek kehidupan manusia.
Dengan demikian, Zamzam bukan hanya sumber air, melainkan juga sumber berkah dan harapan. Ia mengalirkan keyakinan, menguatkan iman, dan membawa setiap insan yang meminumnya lebih dekat kepada Sang Pencipta. Zamzam adalah bukti nyata bahwa keajaiban selalu ada bagi mereka yang percaya.