Al-Qur’an dan Peradaban Keilmuan

Publish

16 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
177
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Al-Qur’an dan Peradaban Keilmuan

Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja, Associate Professor Universitas Al Azhar Indonesia

Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan menjadi sebuah metode manusia untuk mengetahui segala apa yang ia rasakan. Beragam pertanyaan muncul sebagai sifat dasar manusia untuk mencoba menguak hakikat alam semesta. Apa, bagaimana & mengapa, dan untuk apa manusia dan alam semesta ini ada telah ditanyakan sejak beribu tahun lamanya. Lahirnya filsafat juga ilmu pengetahuan sejatinya menghapus cara berfikir tahayul. Al-Qur’an hadir sebagai bentuk dari proses pembentukan manusia bertuhan sekaligus berilmu-pengetahuan.

Manusia acapkali membenturkan ide pengetahuan dan kitab suci, keduanya dianggap sebagai dua buah entitas yang saling berhadapan bahkan bertolak belakang. Sejatinya dengan turunnya al-Qur’an telah menjelaskan relasi yang begitu kuat antara gagasan epistemologi ilmu pengetahuan dengan keyakinan atas kekuasaan Tuhan (teologi). Al-Qur’an yang hadir melalui Iqra sebagai ayat yang pertama turun menunjukkan sebuah tarikan pengetahuan yang kuat (Qs.96: 1-2). Ayat ini tidak saja bermakna manusia untuk membaca, tetapi lebih jauh adalah memiliki kemampuan literasi untuk memahami eksistensi dirinya, alam semesta, dan tentunya Tuhan. Disinilah hadirnya gagasan atas proses penalaran yang ilmiah dan objektif bagi manusia (Latifah & Anwar, 2022).

Kemajuan Peradaban Islam dalam penguasaan pengetahuan di era Abbasiyah hingga Bani Umayyah II di Andalusia Spanyol menjadikan peradaban Islam merupakan peradaban yang sangat maju. Saat kemajuan peradaban Islam saat itu disebut sebagai masa keemasan (The Golden Age) yang terjadi sejak tahun 650 M. – 1250 M. Kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu besar ini dibuktikan dengan munculnya ahli dan para filsuf besar dunia Islam kala itu mulai dari Ibn Sina, al-Kindi, al-Khawarizmi, al-Farabi, Ibn Rusyd, dan lainnya (Nasron, et.al., 2023).

Al-Qur’an tidak semata menjelaskan relasi-relasi teologis dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan, melainkan juga relasi pengetahuan melalui penggunaan akal fikir yang mendalam. Jumlah ayat yang menjelaskan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an tercatat sebanyak 774 kata (Setiawan, 2018), sedangkan ayat-ayat yang berkaitan dengan terapan hukum tidak lebih dari 500 ayat (konsultasisyariah.in, 2016). Dalam hal ini tampak bahwa gagasan pengetahuan dan bahkan sains moderen merupakan bahasan yang sangat erat dalam tradisi keilmuan Umat Islam. 

Hal menarik dalam tradisi keilmuan Islam tidak terjadi pemisahan antara ilmu dan kitab suci, antara ilmu dan agama, sehingga ide sekularisme tampaknya kurang mendapatkan tempat dalam epistemologi Islam. Sains dalam Islam memadukan aspek dunia dan akhirat, jasmani dan ruhani, sehingga tidak membuang pemahaman ruhaniah ketuhanan dengan hadirnya pengetahuan moderen (Mubin, et.al., 2023). Kekuatan inilah yang sejatinya menjadikan manusia Muslim sebagai manusia berpengetahuan dan bukan sebagai manusia yang terjauhkan dari pengetahuan dan tertinggal dengan kemajuan peradaban manusia lainnya. 

Keunggulan peradaban Islam di Baghdad pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dan Andalusia pada masa Bani Umayyah II ikut memberikan sumbangsih besar terhadap munculnya gerakan pencerahan (renaissance) di Eropa Abad 18. Eropa yang tengah berada dalam abad kegelapan (dark ages) terpengaruh dengan perkembangan sains dan teknologi khususnya pemikiran Ibn Rusyd dan Ibn Sina yang begitu mencerahkan.

Al-Qur’an & Pembentukan Masyarakat Ulil Albab

Ulil albab dimaknai sebagai manusia yang menggunakan kapasitas akal fikirnya, atau dengan kata lain adalah manusia berilmu-pengetahuan. Konsep ini memadukan dua hal dalam diri manusia: fikir dan zikir (Qs.[3]: 190-191). Hal ini patut terus diupayakan guna membangun kembali sebuah peradaban Muslim yang berpengetahuan tinggi seperti yang telah terjadi pada masa keemasan Islam lalu.

Salah satu penyebab kemunduran peradaban Islam adalah ketidakpedulian umat Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, selain adanya dekadensi moral yang menghinggapi umat Islam. Umat Islam menjauh dari gagasan awalnya yaitu ilmu pengetahuan sesuai dengan apa yang diturunkan oleh al-Qur’an. Umat Islam kini lebih mendudukkan al-Qur’an sebatas pada pemahaman & pelaksanaan hukum-hukum syariat dibandingkan dengan pelaksanaan gagasan epistemologi pengetahuan Islam.   

Rendahnya kualitas penguasaan ilmu pengetahuan saat ini harus segera diakhiri melalui penguasaan epistemologi al-Qur’an. Gagasan kembali kepada al-Quran harus dimaknai sebagai kembalinya umat Islam terhadap penguasaan ilmu pengetahuan yang tersebar dalam ratusan ayat di dalam Kitab Suci al-Qur’an. Sejatinya umat Islam perlu tampil kembali untuk membahas ayat-ayat pengetahuan yang terdapat di dalam al-Qur’an yang selama ini lebih fokus pada penguasaan & pemahaman ayat-ayat hukum yang tertera di dalamnya. 

Al-Qur’an harus menjadi sarana rekonstruksi sosial umat melalui pemahaman atas ayat-ayat ilmu pengetahuan. Fokus menggali sisi ayat-ayat sains dalam al-Qur’an selain juga tetap mempelajari sisi ayat-ayat hukum yang telah dipelajari selama ini. Negara-negara Islam harus memulai melakukan kerjasama serta kolaborasi dalam peningkatan kualitas ilmu pengetahuan & teknologi berbasis sains al-Qur’an. 

Ide dan pengembangan ilmu pengetahuan yang mengintegrasikan ayat-ayat sains dengan ilmu pengetahuan moderen sudah harus dilaksanan dalam proses pendidikan di perguruan tinggi Islam khususnya. Pemikiran para filsuf Islam klasik coba untuk diuraikan serta dianalisis kembali dalam konteks terapan pengetahuan moderen kontemporer saat ini. Gagasan polarisasi antara sains moderen dan Islam harus dijauhkan, karena hal inilah yang menjadikan Umat Islam tertinggal dalam penguasaan pengetahuan dan teknologi selama ini. 

Tidak hanya konsep integrasi antara ilmu al-Qur’an dan sains moderen, melainkan juga terdapatnya dana untuk mengembangkan research and development bagi pengembangan inovasi teknologi berbasis ilmu sains al-Qur’an. Hal ini sangat penting karena tanpa pendanaan yang cukup dalam penelitian maka pencapaian ilmu dan teknologi berbasis sains al-Qur’an akan sulit tercapai. Penelitian menjadi dasar dari sebuah pengetahuan moderen, untuk itu invensi dan inovasi pengetahuan sains al-Qur’an melalui beragam penelitian wajib dilakukan.  

Membangun manusia Islam berpengetahuan bukanlah hal yang tidak mungkin. Bahwa peradaban Islam yang unggul tidak hanya mengutamakan manusia yang berpengetahuan dan menguasai sains teknologi moderen, melainkan juga manusia yang memiliki hati yang selalu dekat dengan Tuhannya. Membangun peradaban ulil-albab bermakna membangun sebuah kepedulian atas penderitaan umat manusia melalui kedekatan kepada Tuhan dengan menerapkan sains dan teknologi moderen. 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka." (Qs. Ali Imran [3]: 190-191).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Organisasi Masyarakat Islam dalam Pusaran Pilpres 2024 Oleh: Tri Laksono Setiap kali menjelang pe....

Suara Muhammadiyah

1 October 2023

Wawasan

Dari Khalifah Umar hingga Era Digital, Evolusi Kalender Hijriah Global Tunggal Oleh: Najihus Salam,....

Suara Muhammadiyah

23 January 2025

Wawasan

Idul Fitri dan Keadilan Sosial Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas ....

Suara Muhammadiyah

10 April 2024

Wawasan

Fenomena Sekolah Islam Perkotaan Oleh: Dartim Ibnu Rushd, Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam-UMS P....

Suara Muhammadiyah

11 January 2024

Wawasan

Mengenali Batas Oleh: Ahsan Jamet Hamidi Soekarno, adalah Presiden Indonesia pertama yang berkuasa....

Suara Muhammadiyah

5 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah