Dakwah Kultural: Rekonstruksi Gerakan Dakwah Muhammadiyah

Publish

19 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1346
Sumber gambar: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Sumber gambar: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Oleh: Mohammad Nur Rianto Al Arif

Ketua PD Muhammadiyah Jakarta Timur


Dakwah kultural menjadi topik yang diangkat oleh persyarikatan Muhammadiyah pada pengkajian di bulan Ramadhan 1445 H baik yang dilaksanakan di Yogyakarta maupun Jakarta. Dakwah merupakan konsep yang sangat luas dalam Islam, mencakup berbagai aspek seperti penyampaian ajaran agama, transformasi masyarakat, dan pembentukan identitas budaya. Di Indonesia, Muhammadiyah, sebagai salah satu gerakan dakwah terbesar, telah memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan Islam serta memperjuangkan perubahan sosial. Salah satu dimensi yang semakin diperhatikan dalam gerakan dakwah Muhammadiyah adalah dakwah kultural. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi konsep dakwah kultural dan bagaimana Muhammadiyah merekonstruksi gerakan dakwahnya melalui pendekatan ini.

Ketua umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nasir dalam pidato iftitah pada pembukaan pengkajian di Universitas Muhammadiyah Jakarta menyampaikan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam memiliki banyak wajah dari arti positif. Di satu sisi Muhammadiyah seakan memiliki sistematis teologis yang rigid, namun di sisi lain Muhammadiyah juga mampu menampilkan Islam yang luwes dan fleksibel. Muhammadiyah selain sebagai gerakan kultural juga mampu menampilkan gerakan kebangsaan. Gerakan Muhammadiyah mampu menampilkan Islam yang modern, reformis dan berkemajuan.

Dakwah kultural merupakan salah satu strategi dakwah yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal di mana dakwah tersebut dilakukan. Pendekatan ini mengakui pentingnya konteks budaya dalam menyampaikan pesan agama. Tujuannya bukan hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan moralitas masyarakat yang bersangkutan. Dalam konteks Muhammadiyah, dakwah kultural menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan terpengaruh oleh globalisasi. Muhammadiyah menyadari bahwa pesan-pesan keagamaan yang disampaikan haruslah relevan dengan budaya lokal agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Pendiriannya tidak hanya sebagai respons terhadap kondisi sosial dan keagamaan di masa itu, tetapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam. Muhammadiyah menekankan pentingnya pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi sebagai bagian dari misi dakwahnya. Selama beberapa dekade pertama, dakwah Muhammadiyah cenderung bersifat formal dan terfokus pada pengajaran ajaran Islam secara langsung. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Muhammadiyah mulai menyadari pentingnya pendekatan yang lebih luas dan inklusif dalam menyebarkan pesan agama. Inilah awal mula munculnya dakwah kultural sebagai bagian integral dari gerakan dakwah Muhammadiyah.

Muhammadiyah telah mengadopsi berbagai strategi dalam melaksanakan dakwah kultural. Salah satu strategi utamanya adalah melalui seni dan budaya. Muhammadiyah mendukung pengembangan seni yang mencerminkan nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Misalnya, seni tari, musik, dan sastra Islam menjadi sarana penting untuk menyebarkan pesan agama secara kultural. Selain seni dan budaya, Muhammadiyah juga memanfaatkan media massa dan teknologi informasi dalam menyebarkan pesan dakwah kultural. Melalui televisi, radio, internet, dan media sosial, Muhammadiyah dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan beragam. Pesan-pesan keagamaan disampaikan dengan cara yang menarik dan relevan bagi audiens modern.

Pendidikan juga merupakan platform penting dalam dakwah kultural. Muhammadiyah aktif dalam menyelenggarakan program pendidikan yang tidak hanya memberikan pengetahuan agama, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian, Muhammadiyah tidak hanya mendidik generasi muda tentang ajaran Islam, tetapi juga membentuk karakter dan identitas mereka secara kultural. Mubaligh Muhammadiyah harus mampu menyelami karakter dari generasi muda mulai dari generasi milenial, gen-Z, dan generasi alpha. Perbedaan karakter harus didekati dengan pola pendekatan dakwah yang berbeda.

Selain itu, perkembangan teknologi dan globalisasi juga menimbulkan tantangan baru dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan. Muhammadiyah perlu terus berinovasi dalam mengadaptasi diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan substansi ajaran Islam. Dengan memanfaatkan keberagaman budaya dan teknologi modern, Muhammadiyah dapat lebih efektif mencapai target audiensnya dan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan moral dan sosial.

Dakwah kultural merupakan salah satu aspek penting dalam rekonstruksi gerakan dakwah Muhammadiyah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal, Muhammadiyah mampu memperluas jangkauan dakwahnya dan memperkuat posisinya dalam masyarakat. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, dakwah kultural membuka peluang baru bagi Muhammadiyah untuk terus relevan dan berdaya saing dalam era yang terus berubah ini. Dengan terus berinovasi dan memperkuat fondasi nilai-nilai Islam, Muhammadiyah dapat tetap menjadi kekuatan yang memimpin dalam upaya pembangunan spiritual dan sosial umat Islam di Indonesia.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Pay Later Syariah Oleh: Joko Intarto Namanya ‘’BankZiska’’ Tapi BankZiska ....

Suara Muhammadiyah

30 October 2023

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (28) Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di M....

Suara Muhammadiyah

14 March 2024

Wawasan

 KPI Digital Microfinance Muhammadiyah  Oleh : Putro Prihatmanto, S.H Dalam mengelo....

Suara Muhammadiyah

22 September 2023

Wawasan

Karakter Ayat-ayat Shiyām Ramadhān (1): Iman Menumbuhkan Kekuatan Pengendali Ust. Rifqi Rosy....

Suara Muhammadiyah

21 March 2024

Wawasan

Membangun Tradisi Membaca Dan Menulis Oleh: M. Husnaini, S.Pd.I., M.Pd.I., Ph.D. Menulis, Harus Di....

Suara Muhammadiyah

12 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah