Allah Itu Dekat

Publish

26 January 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
2389
Doc. Unplas

Doc. Unplas

Oleh: Donny Syofyan

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


Allah berfirman, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2: 186).

Ayat ini muncul di tengah ayat-ayat yang berhubungan dengan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Ketika umat Islam berpuasa, mereka sangat dekat dengan Allah. Maka ayat ini berkaitan dengan kedekatan kita dengan Allah dan Dia akan menjawab doa-doa kita. Kita percaya bahwa Allah mengabulkan doa orang yang berpuasa. Ayat ini ditempatkan tepat di tengah-tengah ayat yang berhubungan dengan puasa. Karena puasa ini terasa sulit bagi banyak kalangan, maka ayat ini menjadi sumber kenyamanan bagi orang-orang Mukmin.

Bila ditelusuri ayat ini, terlepas dari konteks yang lebih luas, menarik bahwa tampaknya ada sesuatu yang hilang dari terjemahan yang kita baca. Jadi mari kita fokus pada itu. Dikatakan, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat.” Kita mengharapkan ayat itu mengatakan, “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, beritahu mereka sesungguhnya Aku dekat " karena itu adalah pola yang lazim dai Al-Qur`an—mereka bertanya, katakan kepada mereka ini, mereka menanyakan sesuatu itu kepada Anda, beri tahu mereka tentang itu.

Kita bertanya, mengapa ini hilang? Mungkin karena ayat itu ingin memberi kesan bahwa saat seseorang mulai bertanya tentang Tuhan, apakah dia dekat atau jauh, sebetulnya Tuhan sudah dekat. Jadi bukan karena Anda harus memberi tahu mereka bahwa Dia dekat. Saat mereka bertanya, Allah sudah duluan dekat. Jadi ayat itu bersifat aktif, bukan konsekuensi dari tindakan lain yang membuat Tuhan dekat kepada hamba-Nya.

Ini sangat menarik karena sepertinya ayat ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara Tuhan dan manusia. Tuhan menanggapi kita, tetapi Tuhan juga mendorong hamba-Nya untuk menanggapi-Nya. Ini layaknya jalan dua arah. Tuhan menawarkan bimbingan-Nya, cinta-Nya, rahmat-Nya dan semuanya kepada hamba-Nya, namun pada saat yang sama kita harus menerima-Nya, menanggapi-Nya, dan percaya kepada-Nya.

Ada ‘perkawinan’ pikiran di sini. Kadang-kadang orang menganggap Tuhan sangat jauh, tetapi ayat ini justru menunjukkan sebaliknya, bukan? Tuhan sangat dekat. Dan ini bukan satu-satunya ayat. Banyak ayat-ayat yang menunjukkan kedekatan Tuhan dengan hamba-Nya. Sebagai contoh, “…ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah hadir antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS 8: 24). Pada ayat lain juga dinyatakan, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS 50: 16).


Jadi semua ayat ini mengindikasikan bahwa Tuhan sudah dekat. Kita tidak menganggap Tuhan terlalu jauh untuk bisa diakses. Memang ada ayat-ayat lain yang menekankan transendensi Tuhan. Tetapi ayat-ayat di atas yang juga menunjukkan kedekatan-Nya dengan hamba-Nya berfungsi untuk menyeimbangkan profil tersebut. Jadi orang tidak beroleh kesan bahwa Tuhan begitu jauh, tidak gampang diakses dan kita tidak dapat meraih-Nya.

Dalam studi perbandingan agama, kita menyadari orang-orang dari keyakinan tertentu berkata, "Anda harus memiliki perantara antara Anda dan Tuhan." Dalam Islam kita menekankan bahwa Tuhan dapat diakses secara langsung. Kita tidak membutuhkan perantara, kita tidak perlu mengakui dosa-dosa kita kepada individu atau sosok manusia mana pun. Kita hanya berbicara kepada Allah secara langsung. Dalam ayat 186 surah Al-Baqarah ini, dengan menghapus perantara, maka menjadikan Tuhan dapat diakses dan cepat. Umat Islam bahkan tidak pernah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai perantara untuk meneruskan pinta dan permohonan kita kepada Allah. 

Dalam konteks ayat tersebut, kita melihat di sini bahwa orang-orang datang bertanya kepada Nabi Muhammad tentang Tuhan. Lalu Allah memberi tahu Nabi Muhammad, " Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat." Tuhan sudah dekat dengan orang yang bertanya dan kita bahkan tidak membutuhkan Nabi Muhammad untuk memberi tahu orang bahwa Tuhan sudah dekat.

Ini adalah ayat yang sangat mendalam, sangat menginspirasi. Dan itu menggembirakan bagi umat Islam untuk mengetahui bahwa saat mereka berpikir tentang Tuhan, Tuhan sudah dekat. Dia dapat diakses dan siap mendengar doa-doa kita. Terkadang kita tidak bisa menyuarakan apa yang kita pikirkan, atau apa yang kita inginkan dari Tuhan. Tapi Allah mengetahui apa yang kita inginkan. Dia adalah Al ‘Alim (Maha Mengetahui). Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan sebenarnya sudah tahu apa yang kita inginkan. Allah mengahui pikiran batin kita. (*)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Meninjau Ulang Syarat Mencari Ilmu Menurut Imam Syafii Oleh: Al-Faiz MR Tarman, Dosen Universitas M....

Suara Muhammadiyah

1 April 2024

Wawasan

Genosida, Sebuah Kajian Sosial  Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak, LPPA PWA ....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Fikih Air Fikih air adalah kumpulan kaidah, nilai dan prinsip agama Islam mengenai air yang meliput....

Suara Muhammadiyah

31 May 2024

Wawasan

Taurat dan Injil Dalam Al-Qur`an Oleh: Donny Syofyan: Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andala....

Suara Muhammadiyah

19 August 2024

Wawasan

Karakter Ayat-ayat Shiyām Ramadhān (1): Iman Menumbuhkan Kekuatan Pengendali Ust. Rifqi Rosy....

Suara Muhammadiyah

21 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah