Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (20)

Publish

18 January 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
445
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (20)

Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra

Laki-laki yang dipilih sebagai (calon) suami wajib berakhlak amanah. Hal itu telah diuraikan di dalam “Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah” (IAMKS) 19. Orang-orang yang berakhlak amanah adalah orang yang beriman sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat al-Mukminun (23): 1 dan 8 bahwa memelihara janji dan amanat merupakan bagian dari tanda-tanda orang beriman yang beruntung. 

Telah diuraikan juga bahwa Allah Subḥanahu wa Ta'ala melarang muslim berkhianat terhadap amanah sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat al-Anfal (8): 27. 

Hal penting yang perlu mendapat perhatian sangat serius adalah bahwa  tantangan terberat untuk berakhlak amanah adalah istikamah. Banyak laki-laki yang tidak istikamah mengemban amanah sebagai suami misalnya dalam hal menjemput rezeki. Sering terjadi dengan dalih ingin membahagiakan keluarga, dia menjemput rezeki dengan cara yang haram. Baginya yang penting adalah tujuan tercapai. Sungguh hal itu menjadi awal bencana di dalam keluarga karena bertentangan dengan jalan menuju keluarga sakinah. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat Hud (11): 112

 فَا سْتَقِمْ كَمَاۤ اُمِرْتَ وَمَنْ تَا بَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

"Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan." 

Di dalam surat Fushshilat (41): 30 Allah Subḥanahu wa Ta'ala berfirman,

اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَ بْشِرُوْا بِا لْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

"Sesungguhnya, orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."

Sementara itu, pada ayat 31 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

نَحْنُ اَوْلِيٰۤـؤُکُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰ خِرَةِ ۚ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْۤ اَنْفُسُكُمْ  وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ 

"Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta."

Dari ayat 31 diketahui bahwa orang yang istikamah mendapat perlindungan dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala di dunia akhirat, memperoleh apa yang diinginkan, dan mendapatkan apa dimintanya. Sebaliknya, orang yang tidak amanah tidak mendapat rida Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dunia mungkin dia mempunyai kekayaan harta, tetapi karena cara mendapatkannya tidak diridai-Nya, kekayaan hartanya itu justru membuatnya menderita. Banyak orang kaya harta yang hidupnya menderita karena kekayaannya itu menjadi sumber  penyebab kemaksiatan pada dirinya dan anak cucunya. 

Selain berakhlak shidiq dan amanah, Rasulullah shallallahu a’alaihi wa sallam berakhlak tabligh dan fathanah. Di dalam IAMKS (20) ini diuraikan kriteria akhlak tabligh dan fathanah bagi (calon) suami.

Tabligh

Dalam pengertian sederhana, tabligh berarti menyampaikan. Sebagai pemimpin keluarga, suami wajib berakhlak tabligh, yakni menyampaikan ajaran Islam, khususnya ikhtiar menuju keluarga sakinah. Jadi, dia wajib mendakwahi istri (dan anak). 

Rujukannya adalah Al-Qur’an dan al-Hadis. Karena merujuk kepada kedua kitab itu, pasti ada doa dan ikhtiar. Dengan doa dan ikhtiar, harapan terwujudnya keluarga sakinah dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Meskipun demikian, tantangan menuju keluarga sakinah pasti ada. Dalam menghadapi berbagai tantangan,  baik internal maupun eksternal, rujukan tersebut menjadi sumber inspirasi bagi suami dalam melaksanakan amanah sebagai pemimpin keluarga.  

Sekurang-kurangnya ada tiga langkah yang ditempuh oleh suami dalam mengamalkan akhlak tabligh, yaitu (1) menasihati, (2) meneladani (menjadi teladan), dan (3) berdoa. Ketika menasihati, dia merujuk pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an, antara lain,

Surat Ali ‘Imran (3): 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَا عْفُ عَنْهُمْ وَا سْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَ مْرِ ۚ فَاِ ذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

Surat an-Nahl (16): 125

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِا لْحِكْمَةِ وَا لْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَا دِلْهُمْ بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ ۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِا لْمُهْتَدِيْنَ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."

Dia pun berusaha sungguh-sungguh untuk mengamalkan teladan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, antara lain, sebagaimana dijelaskan di dalam HR Muslim berikut ini. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

لا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً، إنْ كَرِهَ منها خُلُقًا رَضِيَ منها آخَرَ

"Pria mukmin tidak boleh membenci perempuan mukmin (istrinya). Jika dia membenci suatu perilaku pada perempuan tersebut, dia tentu menyukai perilakunya yang lain yang ada dalam diri perempuan itu" 

Rujukan selanjutnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam HR Ibnu Majah berikut ini.

خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي 

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga (istrinya). Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku (istriku)."

Agar nasihatnya tentang kebenaran dilaksanakan, pada suami ada kesadaran bahwa nasihat harus disertai dengan keteladanan. Ada pemahaman juga bahwa keteladanan dari dirinya lebih efektif daripada seribu nasihatnya. Oleh karena itu, ketika menginginkan agar istri (dan anak) berkata lemah lembut, dia mewajibkan dirinya menjadi teladan bagi istri (dan anak). 

Ketika ada diskusi untuk menyelesaikan masalah di dalam keluarga dan dia tidak sependapat dengan istri (dan/atau anak), rujukannya adalah, antara lain, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat an-Nahl (16): 125 sebagaimana telah dikutip.

Berdoa merupakan langkah yang disadarinya sangat penting di dalam ikhtiar menuju keluarga sakinah. Berkenaan dengan itu, suami selalu berdoa agar dirinya diberi hidayah istikamah mengemban amanah,  mendoakan istri (dan anak), dan mengajak mereka berdoa agar diberi hidayah kesadaran bahwa keluarga sakinah harus diperjuangkan secara bersama-sama dengan penuh kesungguhan.   

Fathanah

Fathanah berarti cerdas. Namun, untuk mewujudkan keluaga sakinah, diperlukan kercadasan yang utuh, yaitu intelektual, sosial, emosi, dan spiritual. Suami yang cerdas intelektual sangat penting. Namun, jika hanya kecerdasan intelektual, tidak cukup untuk mengatasi berbagai persoalan di dalam keluarga. 

Persoalan di dalam rumah tangga tidak selamanya dapat diselesaikan dengan kecerdasan intelektual. Banyak suami yang cerdas secara intelektual, tetapi gagal menyelesaikan persoalan rumah tangganya. Namun, suami yang kecerdasan intelektualnya sedang-sedang saja justru dapat menyelesaikannya dengan baik. 

Keberhasilannya yang demikian didukung, terutama, oleh kecerdasan spiritualnya. Ketika istri sedang menghadapi ujian berat, misalnya sakit permanen, suami wajib menasihatinya dengan penuh kasih sayang agar dia tetap bersemangat. 

Mungkin ada juga suami yang menghadapi kenyataan lain. Istrinya oleh dokter dinyatakan secara medis tidak dapat hamil akibat kecelakaan atau karena hal lain. Kenyataan tersebut tentu berbeda jauh dari impian, cita-cita, dan usaha. Bukankah keturunan adalah impian, cita-cita, dan usaha setiap pasangan suami istri? 

Berkenaan dengan kenyataan itu, ada suami yang rela menyediakan dana beratus-ratus juta rupiah agar istrinya hamil. Ada yang menempuh jalan pintas; datang kepada "orang pintar." Ada pula yang akhirnya menjadikannya sebagai alasan untuk bercerai atau berpoligami. Namun, ada juga yang memilih jalan mawas diri; lalu mohon pertolongan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala melalui amal saleh dengan meningkatkan kekhusyukan salatnya. Menambah rajin tahajudnya. Menambah rajin tadarusnya. Menambah sedekahnya dan amal saleh lainnya.

Kiranya sangat baik dipaparkan di sini kisah nyata yang dialami oleh salah seorang tokoh nasional Indonesia. Telah bertahun-tahun beliau menikah, tetapi belum diberi anak. Beliau dan istrinya pernah berkonsultasi dengan dokter ahli di Amerika. Apa anjuran dokter itu? Ganti pasangan! Namun, tokoh nasional itu orang yang beriman tegak lurus bahwa Allah Maha Kuasa, maka tidak dengan serta merta melaksanakan anjuran itu. Mereka mohon kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala di tanah suci. Subhaanallah! Doanya dikabulkan!

Nah, jalan mana yang ditempuh oleh suami jika impian, cita-cita, dan usaha terwujud? Tetaplah berdoa dan berikhtiar untuk kebaikan keturunan demi terwujudnya keluarga sakinah.

Allahu a’lam

Mohammad Fakhrudin, 
warga Muhammadiyah, 
tinggal di Magelang Kota 

Iyus Herdiyana Saputra, 
dosen al-Islam dan Kemuhammadiyah, 
Universitas Muhammadiyah Purworejo


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Allah menyuruh kita memahami lingkungan di mana kita berada (qul sîr&ucir....

Suara Muhammadiyah

27 October 2023

Wawasan

Memaknai Sumpah Pemuda dan Refleksi Milad 58 Kokam Oleh: Badru Rohman Pemuda dalam lintas sejarah ....

Suara Muhammadiyah

4 October 2023

Wawasan

Oleh: Drh. H. Baskoro Tri Caroko Bekerja adalah suatu keadaan yang diinginkan oleh semua orang. Kar....

Suara Muhammadiyah

13 November 2023

Wawasan

 Meninggalkan Kebaikan Wujud Cinta pada Persyarikatan Oleh: Amalia Irfani Jika menelusuri sa....

Suara Muhammadiyah

6 September 2023

Wawasan

Inkuisisi Ibnu Hanbali (Bagian ke-2) Oleh: Donny Syofyan Konsekuensinya pada abad ke-9 pemberontak....

Suara Muhammadiyah

10 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah