Allah Tak Pernah Ingkar Janji

Publish

19 July 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1085
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Allah Tak Pernah Ingkar Janji

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Pada akhir-akhir ini gejala "ambruknya" akhlak elite bangsa makin mudah dapat kita amati.  Cukup banyak orang di sekitar kita yang menganggap remeh terhadap agama. Mereka seakan-akan tidak percaya atau luntur kepercayaannya  bahwa amal baik mendatangkan pahala, sedangkan amal buruk mendatangkan siksa, padahal di dunia pun sudah banyak contoh yang berkenaan dengan itu. Orang yang berbuat kebaikan menerima balasan kebaikan, sedangkan orang yang berbuat keburukan memperoleh balasan keburukan.  Meskipun dapat juga terjadi di sekitar kita ada orang yang berbuat kebaikan, tetapi memperoleh balasan keburukan dan sebaliknya. Boleh jadi kita pun mempunyai pengalaman telah beramal baik, tetapi memperoleh balasan tidak baik dari orang yang kita perlakukan dengan baik.

Tiap hari dapat kita lihat, kita baca, dan kita dengar kebohongan, terutama, ketika menjelang pemilihan presiden, pemilihan gubernur, pemilihan bupati/walikota, atau pemilihan kepala desa. Keadaan yang sama dapat pula kita saksikan menjelang pemilihan anggota legislatif. 

Calon presiden tentu orang yang paling berani berbohong (berjanji): dari stop utang luar negeri, stop impor, makan gratis, pendidikan gratis, sampai pada janji membuka lapangan kerja untuk jutaan pencari kerja. Janji calon kepala desa pasti paling rendah.

Sementara itu, calon anggota DPR RI pasti mengumbar janji paling tinggi dibandingkan dengan calon DPRD provinsi, kabupaten atau kota. Tidak berbeda halnya calon DPD.

Pada saat menjelang pemilihan pejabat publik lainnya seperti rektor atau dekan, bahkan, ada gejala yang sama atau setidak-tidaknya mirip. Para kandidat menyampaikan visi dan misinya dengan sangat bagus. Namun, dalam kenyataannya ada rektor yang melakukan tindakan yang mencerminkan rendahnya integritas akademis. 

Masih ada lagi. Pejabat publik tanpa rasa malu menabrak aturan dalam usahanya memperoleh jabatan fungsional profesor. Bahkan, ada di antara mereka yang bangga menerima gelar doktor HC atau profesor kehormatan, padahal tidak mempunyai karya ilmiah yang memenuhi standar akademis.

Anehnya mereka tidak merasa berdosa meskipun tidak memenuhi janjinya! Mereka benar-benar seperti tidak takut bahwa perbuatan buruknya pasti memperoleh balasan keburukan..

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al-Qur'an surat al-Isra (17): 7

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَ نْفُسِكُمْ ۗ وَاِ نْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا ۗ فَاِ ذَا جَآءَ وَعْدُ الْاٰ خِرَةِ لِيَسٗٓئُوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidilaqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai."

Sementara' itu, di dalam Al-Qur'an surat az-Zalzalah (99): 7 dan 8 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ 

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

"Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."

Karena yang menjelaskan perbuatan baik dan buruk tersebut adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita menentukan baik buruk perbuatan itu tentu menurut Dia. Kita wajib taat apa saja yang dinyatakan-Nya sebagai perbuatan baik, kita kerjakan. Apa saja yang dinyatakan-Nya sebagai perbuatan buruk, kita tinggalkan. Kita wajib beriman, apa pun yang baik menurut Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti baik bagi kita. Sebaliknya, apa pun yang buruk menurut Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti buruk bagi kita.  

Balasan untuk Amal Baik

Ada amal baik yang langsung dibalas tanpa jarak waktu. Namun, ada yang balasannya berjarak satu hari, satu pekan, satu bulan, satu tahun, lima tahun atau lebih dan balasan itu diberikan di dunia. Ada amal baik yang dibalas di akhirat. Ada pula amal baik yang dibalas di dunia dan di akhirat.

Janji Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap para nabi dan rasul-Nya, langsung dipenuhi dalam wujud mu’jizat. Di antara janji-Nya terhadap orang saleh selain nabi dan rasul-Nya ada juga yang dipenuhi di dunia dengan wujud pemberian rezeki dalam arti seluas-luasnya. 

Cukup banyak orang jujur yang langsung memperoleh balasan. Di antara mereka ada yang mendapat hadiah uang, pekerjaan, rumah, atau yang lain ketika memerlukannya. Pada hakikatnya balasan itu datang Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui orang saleh. Hanya orang tidak beriman yang mengatakan, “Jujur, hancur.” 
 
Cukup banyak juga orang yang ikhlas menolong orang lain langsung mendapat balasan dari orang yang ditolongnya. Ada yang mendapat balasan uang, sepeda motor, pekerjaan, atau yang lain. Namun, ada pula di antara mereka yang mendapat balasan kebaikan melalui orang lain. Sekali lagi, hakikatnya balasan kebaikan itu datang Allah' Subhanahu wa Ta'ala juga.

Di antara orang-orang jujur dan suka menolong, selain ada yang mendapat balasan materi di dunia, ada pula yang didoakan untuk memperoleh keberkahan. Malahan, ada di antara mereka yang dijodohkan dan perjodohannya memperoleh barakah! 

Kejujuran adalah salah satu bukti ketakwaan kepada Allah  Subhanahu wa Ta’ala. Menolong dengan ikhlas demikian pula. Terhadap orang yang bertakwa, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan yang bermacam-macam. Di antaranya adalah: pertama, memuliakan. Di dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat (49): 13 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."

Kita pasti ingin mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini berarti bahwa kita harus berusaha memantaskan diri menjadi orang yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara bertakwa kepada-Nya.

Balasan yang  kedua adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Thalaq (65): 2,

وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا 

"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,"

Tiap orang pasti mempunyai masalah. Namun, wujud masalahnya berbeda-beda. Kepada orang yang bertakwa, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan solusi, bahkan, sebelum masalah tersebut terjadi.

Balasan yang ketiga adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Dia yang menjamin, maka pasti dipenuhi.  Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Thalaq (65): 3

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ 

"dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."

Balasan untuk Amal Buruk

Cukup banyak orang yang mencari rezeki tidak lagi memperhatikan halal dan haram. Ada yang memperolehnya dengan cara menipu tanpa ragu.

Ada yang demi pangkat dan jabatan, mereka membohongi hati nurani, menjual harga diri, dan memfitnah teman sendiri. Mereka menghalalkan segala jalan demi tercapainya tujuan!

Ada yang demi menumpuk harta, mereka korupsi. Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah ada juga yang tega membunuh saudara sendiri.

Ada yang demi kepentingan golongan, mereka saling mengolok-olok sesama muslim. Mereka saling menghujat, bukan saling menghormat.

Amal buruk kita sekecil apa pun dalam pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita pasti menerima balasan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an surat az-Zalzalah (99): 8 yang telah dikutip.

Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur'an surat al-Maidah (5): 29 berfirman

اِنِّيْۤ اُرِيْدُ اَنْ تَبُوْٓءَ بِاِ ثْمِيْ وَ اِثْمِكَ فَتَكُوْنَ مِنْ اَصْحٰبِ النَّا رِ ۚ وَذٰلِكَ جَزٰٓ ؤُا الظّٰلِمِيْنَ ۚ ‏

""Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)-ku dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi orang yang zalim.""

Sementara itu, pada surat yang sama ayat 38 Dia berfirman,

وَا لسَّا رِقُ وَا لسَّا رِقَةُ فَا قْطَعُوْۤا اَيْدِيَهُمَا جَزَآءً بِۢمَا كَسَبَا نَـكَا لًا مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

"Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

Cukup banyak koruptor, pembunuh, atau pelaku kriminal lain yang  dipenjarakan. Bahkan, ada di antara mereka yang juga mendapat hukuman dari masyarakat.  

Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an surat Yunus (10) : 27 berfirman,

وَا لَّذِيْنَ كَسَبُوا السَّيِّاٰتِ جَزَآءُ سَيِّئَةٍ بِۢمِثْلِهَا ۙ وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّـةٌ ۗ مَا لَهُمْ مِّنَ اللّٰهِ مِنْ عَا صِمٍ ۚ كَاَ نَّمَاۤ اُغْشِيَتْ وُجُوْهُهُمْ قِطَعًا مِّنَ الَّيْلِ مُظْلِمًا ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

"Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan (akan mendapat) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diselubungi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan wajah mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

Jika di dunia di antara orang yang melakukan amal buruk lolos dari jeratan hukum, mereka pasti mendapat hukuman di akhirat. 

وَا تَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗ ثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

"Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)."

Hanya orang tidak beriman yang berpendapat,  "Penjahat tertangkap karena kebodohannya atau sial."

Allahu a’lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (6) Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Pada I....

Suara Muhammadiyah

12 October 2023

Wawasan

Menjadi Pemenang: Sudah Waktunya Muhammadiyah Menjadi Pemenang Bukan Follower Oleh: Saidun Der....

Suara Muhammadiyah

21 November 2023

Wawasan

Guru yang Tak Dilindungi Oleh: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd., Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (U....

Suara Muhammadiyah

22 November 2024

Wawasan

Oleh: Nabhan Mudrik Alyaum Muhammadiyah dikenal dengan gerakan pendidikan. Tercatat Muhammadiyah me....

Suara Muhammadiyah

3 June 2024

Wawasan

Riba dalam Al-Qur`an: Penafsiran yang Sering Disalahpahami Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu....

Suara Muhammadiyah

12 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah