Mengapa Allah Menguji Orang-Orang yang Dicintai-Nya?
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Ada yang mengatakan bahwa Allah hanya memberikan ujian kepada orang yang dicintai-Nya. Mengapa demikian? Hal ini bisa membuat orang ragu untuk lebih dekat dengan Allah karena mereka berpikir Tuhan akan memberi mereka banyak kesulitan. Mengapa kita tidak bisa dekat dengan Allah dan juga menjalani kehidupan yang baik?
Semua orang akan menghadapi cobaan sekaligus menikmati masa-masa menyenangkan. Kita semua akan mengalami masa baik dan buruk, baik orang beriman maupun yang tidak beriman kepada Allah. Namun, bagi orang beriman, perbedaannya adalah ini bukan dianggap sebagai hukuman dari Allah, tetapi semata-mata ujian. Ini adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik. Jadi, peristiwa yang sama bisa memiliki dua efek berbeda, satu untuk orang beriman dan satu untuk orang yang tidak beriman.
Mari kita mundur sejenak dan bayangkan bahwa tidak ada Tuhan. Dunia tidak akan jauh berbeda dari sekarang, bukan? Akan ada bencana, musibah, dan juga masa-masa menyenangkan. Jadi, ketika bencana terjadi, apa yang kita lakukan sebagai manusia? Kita tidak memiliki harapan, tidak ada cara untuk memahami ini. Kita berada di dunia yang tanpa Tuhan dan kejam yang menimpa kita tanpa alasan yang jelas.
Sekarang masukkan Tuhan ke dalam gambaran tersebut. Bagi orang beriman, ada alasan mengapa kita mendapatkan dan mengalami bencana, musibah, dan ujian. Bagi orang beriman, kesabaran akan dibalas oleh Allah. Memohon kepada Allah dalam doa akan membawa pahala yang lebih besar dari Allah. Jadi bagi orang beriman, ujian adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik. Orang beriman melihat ini sebagai ujian, sebagaimana para mukmin biasa menyebutnya.
Allah tidak berkata, "Orang yang beriman kepada-Ku akan Aku beri ujian." Ini akan sedikit kontradiktif. Dan karenanya muncul pertanyaan seperti mengapa Allah memilih orang beriman untuk diberi hukuman? Namun, kesulitan yang terjadi dialami oleh semua orang.
Tetapi bagi orang lain yang tak mengimani Allah, ini hanyalah hal yang tidak berarti. Mereka mungkin bertanya, "Mengapa saya? Mengapa ini terjadi pada saya?" Mereka tidak memiliki jawaban untuk itu karena Tuhan tidak ada dalam kehidupan mereka. Ini adalah pandangan dunia ateis. Di sisi lain, bagi orang beriman, ini adalah sesuatu yang sepenuhnya di bawah kendali Allah. Allah bisa menghilangkannya jika Dia mau, tetapi Allah membiarkannya terjadi kepada orang beriman dengan alasan yang baik dan kita harus memanfaatkan alasan-alasan baik itu.
Salah satu alasan yang baik adalah orang beriman akan berdoa kepada Allah untuk menghilangkan ujian ini dari mereka. Mereka akan mendapat pahala untuk itu. Mereka akan bersabar dan akan mendapat pahala untuk itu. Kita akan menemukan banyak pernyataan dalam Al-Quran dan Hadis yang menunjukkan bahwa orang beriman mendapatkan ujian dan ini adalah ujian untuk mereka.
Bahkan para nabi pun mengalami ujian ini, bukan? Allah mengingatkan bahwa kita harus berusaha di dunia ini untuk kehidupan selanjutnya. Akan ada saat-saat bahagia di dunia ini, dan itu juga dijanjikan, tetapi kebahagiaan tertinggi adalah untuk kehidupan selanjutnya.
Saya ingin menambahkan sepatah kata bijak dari filsuf penyair besar, Iqbal dari Pakistan yang berkata, "Oh, elang, jangan takut pada angin. Angin tidak akan menerbangkanmu, tetapi akan membuatmu terbang lebih tinggi." Sekarang, bayangkan angin kencang yang menerpa, menghancurkan segala sesuatu di jalurnya. Angin itu, meskipun menghancurkan harta benda sebagian orang, termasuk harta benda orang beriman, akan membuat orang beriman itu terbang lebih tinggi.
Karena dalam menghadapi kehancuran ini, orang beriman akan semakin dekat dengan Tuhan, akan semakin beriman kepada Tuhan. Sedangkan orang yang tidak beriman akan terpuruk dalam ketidakpercayaan dan penolakan terhadap Tuhan, serta mempertanyakan keberadaan Tuhan. Angin yang sama memiliki dua efek berbeda pada orang-orang.
Bagi orang beriman, bencana yang terjadi di dunia ini sebenarnya adalah sesuatu yang membuat mereka semakin dekat dengan Tuhan, dalam hal pahala mereka di akhirat. Hadis mengatakan dalam hal pahala ini, "Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Jika hal baik menimpa mereka, mereka bersyukur kepada Allah dan itu bermanfaat bagi mereka. Atau jika hal buruk menimpa mereka, mereka bersabar kepada Allah dan itu pun bermanfaat bagi mereka." (HR. Muslim). Jadi, tidak peduli apa yang terjadi, baik atau buruk bagi orang beriman, orang beriman itu selalu memanfaatkannya dan menjadi lebih baik.