Iman dan Tantangan Perubahan Zaman

Publish

18 December 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
149
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Iman dan Tantangan Perubahan Zaman 

Oleh: Ibnu Ngateman, S.Sos., Jamaah PCM Umbul Harjo Yogyakarta

Dunia modern telah membawa banyak perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan teknologi, globalisasi, dan dinamika sosial yang terus berkembang, menjadikan tantangan bagi setiap individu, khususnya bagi umat Islam dalam mempertahankan dan memperkuat keimanan. Di tengah arus perubahan ini, iman sering kali terancam oleh keraguan, materialisme, dan sekularisme yang berkembang pesat. Namun, iman juga merupakan kekuatan yang memungkinkan umat Islam untuk tetap bertahan, berpijak, dan menavigasi dunia modern ini dengan bijaksana.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut  [29]: 69)

Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Ali-Imran [3]: 200)

Dunia modern diwarnai oleh inovasi teknologi yang mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan bahkan beribadah. Perangkat digital, internet, kecerdasan buatan, dan kemajuan lainnya memberikan kemudahan yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, teknologi juga menciptakan tantangan besar bagi umat manusia, terutama dalam hal interaksi sosial, cara berpikir, dan orientasi hidup.

Menurut Patricia Aburdene teknologi dapat mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, munculnya media sosial dan komunikasi digital menyebabkan hubungan manusia menjadi lebih cepat namun lebih dangkal. Meskipun teknologi mempercepat interaksi, hal ini dapat mengurangi kedalaman komunikasi dan keintiman yang biasanya terjalin dalam interaksi tatap muka. Selain itu, Aburdence melihat bahwa teknologi sering kali membentuk pandangan dunia kita, mengubah bagaimana kita memandang waktu, ruang, dan hubungan sosial.

Selain karena kemajuan teknologi yang menyajikan berbagai wahana untuk mempercepat komunikasi antar individu, salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya masyarakat sosial adalah adanya mosi tidak percaya terhadap lingkungannya sendiri, bahkan dalam lingkup terdekat seperti keluarga, tetangga dan lingkungan kerja. Ini dikarenakan banyaknya terjadi tindakan kriminalitas yang umumnya terjadi justru karena orang-orang disekitar lingkungan tersebut sehingga orang cenderung memilih untuk melakukan segala sesuatunya sendiri atau melalui alat komunikasi untuk berinteraksi tanpa harus bertemu dan bertatap langsung.

Contoh kecil saja bisa kita dapatkan misal di kantor, semuanya punya kesibukan diluar pekerjaan mereka, yakni sibuk untuk instagram-an dan facebook-an. Di rumah semuanya sibuk facebook-an dan instagram-an atau twitter-an, di bus orang-orang sibuk, lagi-lagi instagram-an, facebook-an dan twitter-an. Manusia sekarang cenderung tidak peka lagi dengan keadaan di sekitarnya.

Komunikasi dan interaksi sosial dalam sebuah keluarga, lingkungan baik di rumah maupun di kantor terkesan lebih egois dan individualis. Di rumah si ibu sibuk instagram-an dengan teman-temannya, si ayah sibuk twitter-an dengan kolega-koleganya, si anak sibuk facebook-an dan game onlinenya, sehingga satu sama lain tidak ada komunikasi yang intens, tidak ada keterbukaan antara isteri dan suami, ayah atau ibu dan anak, di bus tidak ada yang memperhatikan orang disampingnya, mereka sibuk Sibuk bermain gadget sambil tertawa lalu membalas pesan dari teman-temannya. Tidak lagi melihat apakah orang disampingnya cantik, tampan, jelek, teroris, orang sakit parah sekalipun, yang ada hanya mereka dengan media sosial itu.

Di sisi lain, globalisasi membawa budaya dan nilai-nilai dari berbagai penjuru dunia ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memunculkan keraguan dalam masyarakat tentang identitas budaya, agama, dan moralitas yang telah lama dijaga. Dengan akses mudah terhadap informasi dari seluruh dunia, individu sering kali merasa kebingungan dalam menentukan nilai-nilai yang harus dipegang teguh, apalagi dalam hal keimanan.

Tantangan Iman di Era Modern

Tantangan utama yang dihadapi umat Islam dalam mempertahankan keimanan di dunia modern adalah derasnya arus sekularisme. Sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan sosial dan politik, semakin berkembang di banyak negara, termasuk negara-negara dengan mayoritas Muslim. Pandangan sekular ini sering kali mendorong individu untuk melihat agama sebagai urusan pribadi yang tidak perlu diterapkan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Akibatnya, umat Islam yang hidup dalam masyarakat sekuler sering kali terjebak dalam ketegangan antara prinsip-prinsip agama dan tuntutan duniawi.

Masyarakat sekuler cenderung mengedepankan kebebasan berpikir dan pandangan moral yang lebih relatif, yang bisa bertentangan dengan ajaran agama Islam yang memiliki panduan yang jelas mengenai kebaikan dan keburukan. Ketegangan ini sering kali muncul ketika umat Islam harus memilih antara mengikuti ajaran agama atau menerima pandangan yang lebih liberal atau sekuler tentang moralitas.

Masyarakat sekuler sering kali menekankan pencapaian materi dan kesenangan duniawi, yang dapat membuat umat Islam merasa tertarik pada gaya hidup yang tidak selalu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Misalnya, keinginan untuk memperoleh kekayaan atau mengikuti mode dan tren konsumerisme dapat menyebabkan umat Islam terjebak dalam gaya hidup yang berfokus pada duniawi dan melupakan tujuan hidup yang lebih spiritual.

Selain itu, materialisme juga menjadi tantangan besar dalam dunia modern. Kebutuhan akan konsumsi dan kebebasan ekonomi menjadi nilai dominan di banyak masyarakat, sementara nilai-nilai spiritual seringkali terabaikan. Dunia yang sangat berorientasi pada kemajuan material dan pencapaian ekonomi membuat umat Islam terkadang lebih fokus pada kekayaan, status sosial, dan kesenangan duniawi, daripada berusaha untuk menjaga keimanan dan mengembangkan amal shaleh sebagai bekal akhirat.

Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bahwa bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; setiap kali mereka diberi rezeki berupa buah-buahan di dalamnya, mereka berkata, 'Inilah yang diberikan kepada kami dahulu.' Dan mereka diberi buah-buahan yang serupa dengan itu. (Al-Baqarah [2]: 25)

Teknologi juga berperan dalam mengubah cara pandang masyarakat terhadap agama. Dengan adanya media sosial, video, dan berbagai aplikasi, banyak informasi yang tersebar, baik yang positif maupun yang negatif. Tidak jarang informasi yang salah atau bahkan yang menyimpang dari ajaran agama menjadi viral dan mempengaruhi cara pandang umat Islam, terutama generasi muda, terhadap iman dan agama mereka. Ini menambah tantangan besar dalam menjaga kualitas pemahaman agama dan keyakinan yang benar.

Dengan adanya teknologi, masyarakat dapat dengan mudah mengakses berbagai sumber informasi agama dari berbagai sudut pandang, baik dari teks-teks keagamaan, diskusi, hingga ajaran dari berbagai agama di seluruh dunia. Hal ini dapat mempengaruhi cara pandang umat Islam, khususnya generasi muda, terhadap ajaran agama mereka. Mereka mungkin terpengaruh oleh informasi yang tidak benar tentang cara beragama, yang pada akhirnya dapat mengubah pemahaman mereka tentang iman dan agama Islam. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga agar pemahaman agama tetap berkualitas dan sesuai dengan ajaran yang benar, meskipun ada banyak informasi yang salah atau menyesatkan yang tersebar di masyarakat.

Peran Pendidikan Agama 

Di tengah berbagai tantangan yang ada, pendidikan agama memegang peran yang sangat penting dalam memperkuat iman umat Islam. Pendidikan agama yang baik akan mengajarkan umat Islam tentang pentingnya iman sebagai dasar kehidupan, yang tidak terpengaruh oleh perubahan zaman. Pendidikan agama juga mengajarkan umat untuk mampu menilai dan menyaring informasi yang datang dari berbagai sumber, serta menerapkannya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepada kalian membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum karena kebodohan, yang menyebabkan kalian menyesali apa yang telah kalian lakukan. (Al-Hujurat [49]: 6)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawaban. (Al-Isra [17]: 36)

Pendidikan agama, dalam hal ini pendidikan Islam, mengajarkan umat untuk tidak hanya menerima informasi secara mentah, tetapi juga untuk memfilter atau menyaring informasi yang datang dari berbagai sumber. Dalam Islam, pengetahuan dan informasi tidak dapat diterima begitu saja tanpa pemahaman dan penilaian yang bijaksana. Oleh karena itu, pendidikan agama memberikan landasan bagi umat untuk menilai apakah informasi yang diterima sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti kebenaran, keadilan, dan moralitas.

Pendidikan agama mengajarkan umat untuk berpikir kritis, memeriksa keaslian dan kebenaran suatu informasi, serta melihat dampaknya terhadap nilai-nilai Islam. Hal ini sangat penting mengingat banyaknya informasi yang tidak selalu sesuai dengan ajaran agama, atau bahkan bisa menyesatkan. Misalnya, informasi yang mengandung kebohongan, fitnah, atau hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma Islam.

Selain itu, penerapan prinsip-prinsip Islam dalam menerima dan menyaring informasi juga berarti umat Islam diharapkan untuk tidak hanya mengikuti informasi yang populer atau mudah diterima, tetapi untuk selalu merujuk pada Al-Qur'an, Hadis, serta ijtihad (penafsiran) para ulama yang dapat memberikan petunjuk yang benar dalam menghadapi masalah tersebut.

Di sisi lain pendidikan agama juga tidak hanya berfokus pada pembelajaran tentang ritual dan hukum-hukum Islam, tetapi juga mengajarkan umat untuk memahami esensi dari ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini akan membentuk individu yang tidak hanya memahami ajaran agama secara teoretis, tetapi juga dapat mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Seorang individu yang dididik dengan baik dalam nilai-nilai agama, misalnya kejujuran, tanggung jawab, dan kerja keras, akan menerapkannya dalam profesinya. Ini berarti bahwa mereka tidak hanya melakukan pekerjaan sesuai aturan, tetapi juga melakukannya dengan integritas dan etika yang baik.

Dalam keluarga nilai-nilai agama juga memandu seseorang dalam menjalani peran mereka sebagai anggota keluarga, seperti menjadi orang tua yang bijaksana, pasangan yang saling menghormati, atau anak yang berbakti. Ajaran agama tentang kasih sayang, kesabaran, dan komunikasi yang baik bisa mempererat hubungan keluarga.

Dalam interaksi dengan masyarakat pendidikan agama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti saling menghormati, berbagi, dan tolong-menolong. Hal ini mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, baik dalam komunitas lokal maupun masyarakat yang lebih luas, sehingga dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis dan penuh kedamaian.

Dengan demikian, pendidikan agama tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang agama, tetapi juga untuk membentuk karakter dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupan nyata, menciptakan individu yang lebih baik, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga bagi orang lain di sekitar mereka.

Membangun Keimanan yang Kokoh 

Untuk dapat menghadapi tantangan dunia modern dan mempertahankan iman, umat Islam harus membangun keimanan yang kokoh. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur'an dan hadis. Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup memberikan arah yang jelas dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Begitu juga dengan hadis-hadis Rasulullah yang menjadi contoh nyata dalam menjalani kehidupan.

Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." Al-Qur'an berfungsi sebagai penyembuh hati dan jiwa, memberikan ketenangan dan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. (Yunus [10]: 25)

Selain itu, umat Islam juga perlu memperbanyak ibadah dan dzikir untuk menjaga hubungan dengan Allah. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesadaran akan menguatkan jiwa dan hati, sehingga dapat membantu menjaga iman di tengah godaan duniawi. Dalam konteks ini, shalat lima waktu, membaca Al-Qur'an, dan berdoa adalah beberapa bentuk ibadah yang sangat penting untuk menguatkan keimanan.

Shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa saling melengkapi dalam memperkuat iman seorang Muslim. Salat memberikan struktur dalam ibadah sehari-hari, Al-Qur'an memberi petunjuk dan pengajaran yang mendalam, sementara doa membuka ruang komunikasi langsung dengan Allah. Ketiganya bekerja bersama untuk membangun kedekatan spiritual yang mengarah pada kehidupan yang lebih bermakna, penuh harapan, dan ketenangan. Dengan menjaga konsistensi dalam ketiga ibadah ini, keimanan kita akan terus berkembang dan menjadi lebih kokoh.

Umat Islam juga harus aktif dalam memperkuat ukhuwah atau persaudaraan di antara sesama. Dalam dunia modern yang serba sibuk, terkadang umat Islam terjebak dalam individualisme dan kurang memperhatikan kebutuhan sosial. Oleh karena itu, penting untuk membangun jaringan sosial yang mendukung, yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan membantu menjaga nilai-nilai agama.

Selain itu, penting juga bagi umat Islam untuk bijaksana dalam menggunakan teknologi. Teknologi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan benar. Misalnya, media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan dan dakwah yang memperkuat iman. Sebaliknya, teknologi juga bisa menjadi alat yang merusak iman jika digunakan untuk menyebarkan konten negatif atau merusak moralitas. Oleh karena itu, bijak dalam menggunakan teknologi sangat penting untuk menjaga keimanan di dunia modern.

Iman yang Kuat

Menghadapi dunia modern tidak berarti harus menolak perubahan. Sebaliknya, umat Islam harus mampu menerima dan beradaptasi dengan perubahan zaman, asalkan perubahan tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dengan memahami bahwa Islam adalah agama yang relevan dengan segala zaman, umat Islam dapat menghadapi tantangan dunia modern tanpa mengorbankan keimanan mereka.

Iman yang kuat memungkinkan umat Islam untuk tetap teguh dan tidak terpengaruh oleh godaan duniawi yang dapat menjauhkan mereka dari jalan Allah. Iman juga menjadi kekuatan untuk melihat dunia dengan perspektif yang berbeda, yakni dunia ini sebagai tempat ujian dan ladang amal yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.

Dunia modern memang membawa banyak tantangan bagi umat Islam, baik dalam hal sekularisme, materialisme, maupun pengaruh teknologi. Namun, tantangan ini bukanlah hal yang mustahil untuk dihadapi. Dengan pendidikan agama yang baik, pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur'an dan hadis, serta upaya untuk menjaga ibadah dan ukhuwah, umat Islam dapat mempertahankan keimanan mereka di tengah perubahan zaman.

Keimanan yang kokoh akan menjadi landasan yang kuat bagi umat Islam untuk tetap teguh menghadapi segala tantangan. Dunia modern bukanlah halangan untuk hidup sesuai dengan ajaran agama, asalkan kita mampu menjaga iman dan terus berusaha untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan tujuan akhirat yang lebih abadi. Sebagai umat yang beriman, kita harus terus meneguhkan hati dan pikiran untuk menjalani kehidupan ini dengan keyakinan bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang beriman, baik di dunia maupun di akhirat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Genosida, Sebuah Kajian Sosial  Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak, LPPA PWA ....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Membangun Badan Usaha Koperasi  Oleh Dr.Ir. Armen Mara, M.Si, Ketua Majlis Ekonomi dan Bisnis ....

Suara Muhammadiyah

9 July 2024

Wawasan

Kebal Serangan Mistis, Muhammadiyah Tolak TBC Oleh: Ahmad Hasan, Sekretaris PWPM Kalteng Bidang Hi....

Suara Muhammadiyah

9 December 2024

Wawasan

Mengapa Muhammadiyah Tanpa Mazhab Oleh: Dr Masud HMN Karya terbesar dari Khalifah Abassiyah yang ....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Wawasan

Anak Saleh (16) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

7 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah