Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Surah An-Nisa ayat 48 dan 116 menjelaskan bahwa Allah tidak mengampuni dosa syirik. Apakah ini tidak bertentangan dengan ayat lain seperti 5:72-74 dan 25:68-70? Apakah Allah pada akhirnya mengampuni semua dosa jika seseorang bertaubat?
Mari kita memahami pernyataan dari surat An-Nisa ini. QS 4:48 seolah mengatakan bahwa Allah tidak mengampuni dosa syirik, yaitu mempersekutukan Allah dengan yang lain. Selain itu, Dia mengampuni dosa lainnya. Namun, ada ayat lain yang menunjukkan orang melakukan syirik, misalnya dalam surat Al-Maidah yang berbicara tentang orang Kristen yang menganggap Isa (Jesus) sebagai Tuhan.
Namun demikian, Al-Qur`an memberikan peluang untuk bertaubat. Allah berfirman, “Mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS 5: 74). Kemudian pada surah lain Allah menyatakan, “Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS 25: 70).
Orang mungkin melihat kontradiksi. Di satu sisi, sejumlah ayat dalam surah An-Nisa seolah mengatakan Allah tidak mengampuni orang yang berbuat syirik. Di sisi lain, ayat-ayat dalam surah Al-Maidah dan Al-Furqan menunjukkan mereka bisa bertaubat dan diampuni. Lalu bagaimana kita menyelaraskan ayat-ayat ini?
Jika orang bertaubat, maka mereka akan diampuni. Kadang kita begitu marah kepada seseorang sehingga berkata "Saya tidak akan bicara lagi padamu." Namun, jika ini sahabat baik, dia mengerti bahwa kita sedang marah. Jika dia kembali dan meminta maaf, kita akan memaafkannya.
Demikian pula dengan Allah. Kadang Allah berbicara keras tentang orang yang berdosa, seolah-olah orang itu akan masuk neraka. Namun, kita harus memahaminya sebagai peringatan. Itulah akibatnya jika tidak bertaubat, tidak memperbaiki diri, dan tidak kembali kepada Allah. Sebaliknya, jika bertaubat dan memohon ampun, maka Allah akan mengampuni.
Kembali ke pernyataan awal, surah An-Nisa menyebutkan bahwa jika seseorang berbuat syirik dan tidak memohon ampun, maka dia tidak akan diampuni. Namun untuk dosa-dosa lain, Allah bisa saja mengampuni. Bahkan untuk dosa syirik, keputusan akhir tetap di tangan Allah. Tidak ada yang bisa memaksa Allah untuk tidak mengampuni dosa tersebut.
Ini adalah perbedaan mendasar antara syirik dan dosa lainnya. Dosa lain bisa dengan mudah diampuni Allah, tetapi syirik hanya akan diampuni jika orang tersebut bertaubat dan memohon ampun. Ini bukan berarti dosa lain dianggap enteng. Allah bisa saja menghukum kita atas semua dosa, termasuk dan terutama syirik.
Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (ar-Rahmân ar-Rahîm). Namun, Dia juga bisa memberikan hukuman yang berat (syadîdul îqâb). Oleh karena itu, kita harus berusaha menjauhi semua dosa, termasuk dan terutama syirik.
Tapi ada kabar baik bagi mereka yang telah berpaling dari syirik atau mempersekutukan Allah dengan yang lain. Orang-orang ini layaknya ‘warga negara’ bagi Allah. Allah akan memberi mereka perlakuan istimewa dengan mengabaikan pelanggaran mereka. Namun bagi mereka yang masih melakukan syirik, ada kenyataan pahit bagi mereka dalam surah Al-Maidah juga. Seperti yang kita sebutkan sebelumnya, Allah berfirman “Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu” (QS 5: 72).
Kita tidak ingin meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa dan terutama melakukan syirik. Jadi seruan Al-Qur`an adalah untuk kita semua yang beriman, memiliki kesadaran yang benar tentang Allah, dan jangan tinggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan berserah diri kepada-Nya. Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim” (QS 2:102).
Jadi ada beberapa hal yang perlu kita petik dari uraian ini. Al-Qur'an menyajikan sejumlah pandangan tentang pengampunan Allah terhadap syirik.
Pertama, syirik adalah dosa besar. Al-Qur'an berulang kali menekankan beratnya dosa syirik, menganggapnya sebagai dosa terbesar dan ketidakadilan terhadap Allah. Surah 4:48 menyatakan bahwa Allah tidak mengampuni syirik jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan masih menyekutukan-Nya.
Kedua. Pengampunan hanya didapat dengan pertobatan yang tulus: Namun, Al-Qur'an juga menyoroti rahmat Allah dan kesediaan-Nya untuk mengampuni semua dosa, termasuk syirik, jika seseorang dengan tulus bertobat sebelum meninggal dunia. QS 39:53 dan 4:110 menegaskan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Kertiga. Pertobatan dari syirik membutuhkan kondisi khusus. Bertobat dari syirik tidak hanya melibatkan perasaan menyesal tetapi juga meninggalkan perbuatan tersebut, menegaskan kembali keyakinan pada satu Tuhan, dan bertekad untuk tidak pernah kembali kepada syirik. Hal ini terbukti, seperti dalam QS 5:74 dan 66:8.
Keempat. Terdapat perbedaan penafsiran. Beberapa ulama menafsirkan QS 4:48 bahwa Allah tidak akan mengampuni syirik jika seseorang tetap melakukannya sampai mati, sementara yang lain percaya bahwa pertobatan yang tulus dapat menyebabkan pengampunan bahkan untuk syirik.
Al-Qur'an menekankan bahwa syirik adalah dosa besar, tetapi juga menawarkan harapan pengampunan bagi mereka yang dengan tulus bertobat sebelum meninggal dunia. Kemungkinan pengampunan tergantung pada ketulusan pertobatan dan memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Pada akhirnya, keputusan untuk mengampuni terletak pada Allah, dan Dia Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (*)