YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menggelar ceramah tarawih pada Sabtu (15/03). Pada malam ke-16 Ramadhan ini, ceramah diisi oleh Dr. Azaki Khoiruddin, S.Pd.I., M.Pd. yang merupakan Tenaga Ahli Menteri Dikdasmen RI sekaligus Dosen Prodi PAI UAD. Dalam ceramahnya, ia mengupas makna puasa dari perspektif syariat dan hakikatnya.
Azaki memulai ceramah dengan mengutip definisi Islam dari kitab Masailul Khamsah dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Ia menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Segala perintah dan larangan dalam Islam bertujuan untuk kebaikan umat, baik di dunia maupun akhirat.
Dalam konteks ibadah puasa, Azaki menekankan bahwa kewajiban ini bukan sekadar ritual, tetapi memiliki hikmah yang mendalam. Ia mengajak para jamaah untuk tidak hanya berfokus pada kuantitas ibadah, melainkan juga memahami hakikatnya. "Tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 183," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ketakwaan memiliki indikator nyata dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan QS. Ali Imran ayat 134, ada tiga ciri utama orang bertakwa. Pertama, gemar berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Hal ini menunjukkan bahwa seorang hamba harus menyadari bahwa segala kepemilikan hanyalah titipan Allah.
Kedua, mampu menahan amarah. "Sering kali, masalah muncul bukan karena orang lain, tetapi karena ego kita sendiri," ungkapnya. Oleh karena itu, puasa menjadi momentum untuk mengendalikan ego dan melatih kesabaran dalam menghadapi perbedaan.
Ketiga, mudah memaafkan orang lain. Azaki menekankan bahwa memaafkan bukan hanya sekadar ucapan, tetapi membutuhkan kebesaran hati. "Dalam bahasa Inggris, forgive berarti 'memberi'. Artinya, kita belajar untuk memberi kelapangan hati kepada orang lain," jelasnya.
Selain aspek spiritual, ia juga menyinggung manfaat puasa bagi kesehatan. Salah satunya adalah proses autophagy, yakni regenerasi sel-sel tubuh yang berdampak positif bagi kesehatan jasmani. Dengan demikian, puasa tidak hanya meningkatkan ketakwaan tetapi juga memberikan manfaat bagi kesehatan fisik.
Menutup ceramahnya, Azaki mengajak para jamaah untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum perbaikan diri. "Jangan sampai kita berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan haus. Sebaliknya, mari kita manfaatkan Ramadhan untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan menjadi pribadi yang lebih baik," pungkasnya. (Fina Dwi)