KUDUS, Suara Muhammadiyah – Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Kudus pada Ahad, 29 September 2024 menggelar rapat kerja di ruang Serbaguna Universitas Muhammadiyah Kudus. Raker yang mengundang segenap Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah se Kabupaten Kudus, Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PCA serta Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah se Kabupaten Kudus ini menghadirkan 3 (tiga) narasumber.
Dalam sambutannya, Ketua MEK PDA Kudus, Hj. Noor Asnah, S.E. menyampaikan bahwa UMKM sebagai pilar ekonomi bangsa perlu meningkatkan kualitasnya agar kompetitif karena masih banyak yang belum maksimal, meskipun beberapa di antaranya telah bersertifikasi halal dan ijin usaha.
Pelaku UMKM ‘Aisyiyah di Kudus juga telah didata dalam rangka meningkatkan eksistensinya sehingga dapat meningkatkan kualitas produknya agar mampu bersaing di pasar global yang semakin kompetitif. Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap ekonomi global secara signifikan.
UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dituntut untuk mampu beradaptasi di era digital agar tetap relevan dan kompetitif. di Kabupaten Kudus, UMKM memiliki potensi yang sangat besar untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal.
“Akan tetapi, masih banyak pelaku UMKM yang belum memanfaatkan teknologi secara optimal. Semoga dengan raker ini dapat meningkatkan potensi UMKM kita,” ujar Noor.
Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Kudus dalam sambutannya mengatakan dengan meningkatkan kualitas diri, nantinya dapat memotivasi dalam meningkatkan taraf hidup, dan juga akan menambah semangat dalam berorganisasi ‘Aisyiyah yang berkemajuan.
‘Aisyiyah memperjuangkan pemberdayaan perempuan di berbagai bidang, termasuk di bidang ekonomi, di antaranya dengan pelatihan, sosialisasi, sehingga mampu bersaing di era digital. Dalam membantu menambah income keluarga, Perempuan tidak hanya meniti karier di luar rumah, akan tetapi juga dapat dilakukan dari rumah saja.
“Di era perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat, kita jangan sampai kalah dengan para pelakuk UMKM yang berkemajuan di era bisnis digital ini, sehingga ilmu yang nantinya kita peroleh dapat diaplikasikan dan ditularkan pada tingkat ranting dan cabang,” tegasnya lagi.
Fenny Norviana, S.Sos. sebagai pelaku UMKM dan narasumber materi Potensi UMKM di Kabupaten Kudus menyampaikan, bahwa UMKM menghadapi tantangan antara lain: akses keuangan, pemasaran/promosi, infrastruktur dan teknologi, regulasi serta birokrasi, dan keterbatasan, keterampilan dan pengetahuan.
Maka UMKM harus memiliki strategi dalam pengembangannya, yaitu melakukan inovasi, meningkatkan kualitas, dan mengenal pasar dengan memahami kebutuhan dan segmentasi pasar serta mempelajari kebiasaan konsumen, promosi, manajemen keuangan yang efisien, jaringan bisnis dan relasi, serta selalu melakukan evaluasi.
Narasumber berikutnya, Rubiyanti Uliq dengan materinya Strategi Penguatan UMKM melalui Bauran Inovasi dan kreasi produk lokal, menyampaikan Ada 7 (tujuh) prinsip sukses dalam berwirausaha, yaitu: semangat, mandiri, peka terhadap pasar, inovatif dan kreatif, perhitungan dalam mengambil resiko, pantang menyerah, serta sabar dan tawakal.
“Sebagai pelaku UMKM kita juga harus senantiasai membangun rasa percaya diri dengan meyakini bahwa produk kita yang terbaik, produk kita memiliki kelebihan, produk kita berbeda dari yang lain, produk sudah melalui proses sesuai aturan, bahan baku paling unggul, packaging lebih menarik di kelasnya, dan pangsa pasar telah teruji,” terang Rubiyanti.
Sedangkan materi Tantangan UMKM di Era Digitalisasi yang disampaikan oleh Syahrial Aman, M.T. menyampaikan bahwa tantangan UMKM di Era Digital meliputi akses yang terbatas ke teknologi, kurangnya pengetahuan tentang digital marketing, persaingan global dan penipuan, serta keterbatasan modal dan infrastruktur digital.
“Solusi dalam mengatasi tantangan UMKM diantaranya memanfaatkan teknologi sederhana dan gratis, gunakan modal secara efisien, akses program hibah dan bantuan, gunakan infrastruktur geogle drive, kolaborasi dengan pihak ketiga, digitalisasi bertahap, memanfaatkan jaringan komunitas, serta mencari alternatif pembiayaan,” pungkasnya. (WNAgustina).