Bahas di Atas Meja

Publish

3 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
67
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Bahas di Atas Meja

Oleh: Iu Rusliana, Penulis adalah Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Dosen Program MM Uhamka, Jakarta

Sadarilah bahwa terjadi konflik itu biasa. Sejak manusia diciptakan, sudah mulai ada bibit-bibit dinamika. Jadi, jangankan di organisasi yang beragam orangnya, di rumah pun selalu ada potensi untuk terluka. Boleh jadi juga ada dua manusia, selalu ada ruang sedih, kesal, marah, dan kecewa. Ketika kenyataan berbeda dengan harapan, potensi konflik akan muncul. Bahkan meluas terakumulasi, meledak, dan tak tertahankan tanpa ampun. 

Ada yang secara terbuka diungkapkan, ada yang terpendam mengkristal dan siap meledak kapan saja. Tentu saja, kadar kedewasaan penyelesaian dan keinginan untuk mencari titik temu, islah, menjadi ukuran kualitas diri manusia. Ini tidak ada erat kaitannya dengan usia, gelar, jabatan, bahkan keilmuan. Semakin dewasa dan matang, keinginan untuk tetap menjaga hubungan baik, harmonisasi, dan sikap saling mengalah memperbaiki diri akan terlihat nyata.

 Konflik itu juga datang dari kekecewaan kolega yang berujung tidak saling percaya. Mungkin mulanya dari sikap tidak terbuka, lalu terkikislah saling memberi dukungan pada sesama pimpinan dan anggota. Konflik kecil membesar, persaingan mengental menjadi permusuhan, bahkan saling meniadakan. Beredarlah fitnah, lalu serangan terbuka. Jika itu organisasi sosial yang bersifat umum, mungkin biasa. Namun, kalau sudah organisasi keagamaan, rasanya sesak di dada. 

Tentu saja, yang paling penting resolusi konflik, jalan keluar mengatasinya. Damai sementara dibangun di atas gencatan senjata. Damai abadi dibangun di atas sikap saling menghargai dan menghormati. Kunci sebenarnya adalah komunikasi. Sikap terbuka, bahas segala hal itu di atas meja. Jangan ada perselingkuhan, apalagi kebohongan. Terbuka itu meringankan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Kebersamaan yang tidak mudah dilakukan apabila silang sengketa kepentingan. Makanya jaga hati agar selalu terisi energi ketulusan. 

Intinya sih, jangan serakah dan segalanya ingin dikuasai sendiri. Kalau begitu, mending buat yayasan pribadi. Ketua, sekretaris, bendahara, dan anggotanya Anda sendiri. Namun, kalau berorganisasi, harus bersedia meluaskan hati, agar menerima berbagai keputusan yang boleh jadi kita tidak menyetujui. 

Apabila ada aspirasi, utarakan. Jika tidak yakin, bahas tertutup dulu. Baru di bawa ke forum rapat terbuka. Termasuk bagaimana strategi memastikan aspirasi bisa dipenuhi. Kalau ingin, semua orang punya ingin. Hanya saja, ada yang tak tahu malu, tak tahu diri, dan sesuka hati demi urusan sendiri. Ada yang menjaga hati, membatasi diri, dan berpikir bertindak untuk kepentingan organisasi. Saring dan utamakan organisasi di atas kepentingan pribadi.  

Ketika konflik meluas, apabila tidak saling menahan diri, bukan tak mungkin akan berakhir di pengadilan. Sebuah proses panjang yang melelahkan. Namun, kadang-kadang hal tersebut ditempuh agar memberi kepastian. Walau sesal akhirnya hinggap, kenapa tidak menahan diri dan mengalah.

Mengalah bukan berarti kalah. Kadang-kadang ada kepentingan besar yang harus dilindungi. Sakit seperih-perihnya memang, tetapi apa mau dikata, kadang-kadang kita harus bersedia menerima kenyataan yang menyakitkan. Kepentingan masyarakat dan organisasi harus dilindungi.

Biasakan yang benar sesuai dengan aturan organisasi. Segalanya dibahas di atas meja bersama pimpinan lain. Jangan matikan mekanisme rapat karena kita punya agenda pribadi, akhirnya sesuai dengan selera. Apabila pun Anda punya kepentingan, pastikan didesain sedemikian rupa. Apalagi kalau Anda yang memimpin rapat, pandailah mengelola siapa yang dipersilakan terlebih dahulu berpendapat dan siapa yang hendaknya mengunci agar cenderung dan terakomodasi kepentingan kita. 

Jam terbang sebagai aktivis organisasi menjadi modal inti. Tenang dan tidak reaktif, lihat peluang, dan perbesar ruang. Kalau tetap tidak mungkin, tunda dulu, agar ada ruang negosiasi. Lama mungkin diputuskannya, tetapi itulah organisasi. Ibarat kereta, tidak gampang belok dan berhenti. Beda kalau bawa motor, bisa saja sen kanan, Anda belok kiri. Mungkin masih selamat sih, tetapi paling tidak harus siap menerima caci maki.

Ngopi sebelum rapat boleh dipilih sebagai opsi. Buka komunikasi tentang aspirasi agar semua mawas diri. Jangan ingin menang dan lalu mengalahkan, tetapi menang-menang. Semuanya senang, tentu harus semua bersedia mengalah mencari titik temu. Mediasi itu penting, sampai mediator pun menjadi profesi resmi berbayar tinggi. Berbesar hati, bersedia mengalah untuk kepentingan lebih tinggi, agar semuanya terasa nyaman di hati. Bahas semuanya di atas meja agar sedikit yang kecewa, lebih banyak yang bahagia. Wallaahu’alam.  


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Teladani Jiwa Tangguh Sosok Rasullullah Berdayakan Umat Oleh: Hj. Deny Ana I’tikafia SP.MM., ....

Suara Muhammadiyah

5 September 2025

Wawasan

Hari Populasi Sedunia dan Nurani untuk Palestina Oleh: Teguh Pamungkas, Relawan Muhammadiyah Sejak....

Suara Muhammadiyah

19 July 2024

Wawasan

Menyingkap Huruf-Huruf Misterius dalam Al-Qur`an (1) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Buday....

Suara Muhammadiyah

24 April 2024

Wawasan

Vonis Ringan Koruptor Bukan Sekadar Tidak Adil Karena Membahayakan Eksistensi Bangsa Oleh: Immawan....

Suara Muhammadiyah

10 December 2024

Wawasan

Oleh: Hatib Rachmawan  Sejak kecil kita dicekoki mantra yang sama: jujur itu baik, bohong itu ....

Suara Muhammadiyah

11 September 2025