Pentingnya Peran Ulama Menuntun Umaro sebagai Pengayom dan Pemakmur Umat
Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon
Tiga komponen utama dalam berbangsa dan bernegara yang tidak bisa dipisahkan adalah ulama, umaro, dan umat. Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang baik di antara ketiganya untuk menciptakan keharmonisan dan kemajuan bersama.
Pesta demokrasi Pilkada telah usai. Kini, saatnya seluruh masyarakat menatap masa depan yang lebih baik. Siapa pun yang telah menjadi pilihan rakyat dan secara konstitusi sah menurut undang-undang, wajib kita dukung. Inilah esensi demokrasi. Bagi yang menang, jangan merasa jemawa. Bagi yang belum berhasil, masih ada harapan. Saatnya kita bersama-sama membangun bangsa dan negara.
Pada hari itu, diiringi hujan rintik, penulis bersama enam teman lainnya memenuhi undangan komunitas Santri Gayeng Nusantara (SGN) yang menggelar tasyakuran serentak di 35 kabupaten/kota atas suksesnya Pilkada Provinsi Jawa Tengah. Pasangan calon yang ditakdirkan Allah untuk memimpin Jawa Tengah adalah Gus Yasin dan Ahmad Lutfi. Gus Yasin sendiri dikenal sebagai Panglima SGN Jawa Tengah serta putra ulama kharismatik, KH Maemun Zubair.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua SGN, Hasmy Fauzi; Kyai Faqih sebagai sesepuh SGN Klaten; pengurus dan relawan; serta tokoh istimewa, Ketua MUI Klaten, KH Hartoyo, yang juga merupakan tokoh Muhammadiyah di daerah tersebut. Dalam tausiyahnya, KH Hartoyo mengajak umat Islam bersyukur atas pelaksanaan Pilkada yang berjalan lancar tanpa ekses. Beliau berharap pemimpin yang terpilih dapat mengayomi, mensejahterakan, dan memakmurkan rakyatnya. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab besar atas amanah yang dipikulnya.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pemimpin negara bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang suami atas keluarganya, seorang istri atas rumah tangga suaminya, bahkan seorang pembantu pun bertanggung jawab atas amanah yang diberikan kepadanya.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap orang adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mengingatkan bahwa siapa pun yang mendapat mandat sebagai pemimpin wajib meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathanah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan kebenaran).
Ulama sebagai pewaris nabi memiliki peran penting dalam memberikan saran dan nasihat kepada umaro agar kebijakan yang diambil sesuai dengan kaidah agama. Pemimpin atau umaro, di sisi lain, memiliki tugas strategis dalam menentukan arah kebijakan. Pengambilan keputusan harus didasarkan pada manajemen qalbu—bersumber dari hati yang bersih dan tulus, bukan dorongan hawa nafsu. Hati yang bersih akan membimbing tindakan pemimpin agar sesuai dengan petunjuk Allah, sehingga rakyat pun merasakan manfaat dari kepemimpinan yang adil dan bijaksana.
Rakyat, sebagai pemilik mandat, harus mendukung pemimpin yang telah dipilih selama kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan nilai-nilai tauhid dan akidah. Jika semua pihak dapat menempatkan perannya dengan benar, pemerintahan akan berjalan dengan baik, menjaga kewibawaan serta kehormatan masing-masing pihak.
Dalam menjaga kehormatan sebagai ulama, umaro, maupun umat, sinergi dan kolaborasi yang baik menjadi kunci. Kita harus bersama-sama mengawal kepemimpinan dengan adil, bijaksana, dan jujur. Pada dasarnya, setiap manusia adalah pemimpin, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang dipikulnya, baik sebagai ulama, umaro, maupun umat.