Bandara Kematian - Catatan Perjalanan
Oleh: Machnun Uzni, Wakil Sekertaris PWM Kaltim, Owner Sang Surya Wisata
Saya tuliskan ini sambil duduk-duduk di bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan. Sembari sesekali melihat orang lalu lalang bergegas antri check in pesawat. Mereka bergegas takut tertinggal dan bersiap satu jam atau tiga puluh menit sebelum pesawat tinggal landas untuk terbang.
Bandara mengajarkan kepada kita akan kedisiplinan. Mengatur ritme waktu dengan tanpa pandang bulu. Ketika terlambat dan tertinggal, tiket hangus dan kita pun menyesal.
Kadangkala kita pun mengeluarkan amarah. Manakala pesawat delay berjam-jam tanpa kepastian. Kesabaran yang terkadang hanya diganti dengan sebungkus roti atau sekotak makanan.
“Para penumpang yang terhormat, harap masuk melalui pintu tiga untuk tujuan Yogyakarta. Demikian, suara petugas bandara memanggil menjadikan para penumpang beranjak dari kursinya.”
Bagaimana dengan bandara kematian kita?
Saatnya tiba. Mau tidak mau, suka tidak suka kita akan memasukinya. Keranda Airlines hanya dengan dua tujuan saja; surga atau neraka. Keberangkatannya tepat waktu, tidak bisa diajukan atau diundurkan. Perbekalannya hanyalah iman dan taqwa. Pilotnya Izroil, keberangkatan yang diiringi isak tangis istri, suami, anak kerabat dan keluarga. Tetangga dan sahabat pun mengenang, takziah menyampaikan duka cita.
Sudahkan kita mempersiapkan bandara kematian dengan sebaik-baiknya? Menyiapkan tiket agar tidak salah tujuan, menyiapkan limit waktu yang ada dengan kesiapan amal.
Andai ada delay kehidupan. Andai ada kematian yang ditangguhkan. Delay sebagai kesempatan akan perpanjangan waktu yang diberikan, maka tentu taubat adalah pilihan.
Target amal kebaikan kita rapikan, tentang sedekah terbaik yang akan kita keluarkan, Al Quran yang rutin dibaca dan dikhatamkan, sholat malam yang dipaksa untuk dapat dikerjakan dan amal kesalehan lainnya sebagai perbekalan.
Bandara kematian, yang tidak tahu kapan akhirnya kita melakukan penerbangan. Yâ ayyatuhan-nafsul-muthma'innah Wahai jiwa yang tenang, irji‘î ilâ rabbiki râdliyatam mardliyyah kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. fadkhulî fî ‘ibâdî Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. wadkhulî jannatî dan masuklah ke dalam surga-Ku! ( Al Fajr; 27-30).