Banggalah Menjadi Pencerah: Refleksi Hari Guru

Publish

25 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
332
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Banggalah Menjadi Pencerah: Refleksi Hari Guru

Oleh: Dr. Husamah, S.Pd., M.Pd., Guru dan Pendidik calon guru di Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati Hari Guru Nasional (HGN), sebuah momen penting untuk mengapresiasi jasa para pahlawan tanpa tanda jasa yang terus mencurahkan dedikasinya bagi pendidikan bangsa. Tahun ini, dengan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat”, peringatan HGN 2024 memberikan pengingat bahwa guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga pencerah peradaban yang membentuk masa depan bangsa.

Namun, di tengah semangat ini, berbagai tantangan masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus diatasi bersama. Berikut adalah tiga refleksi untuk menghayati peran guru dan komitmen kita sebagai bangsa dalam mendukung mereka.

Guru adalah tonggak peradaban yang mengantarkan generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. Dalam konteks Indonesia, jumlah guru yang mencapai 3,39 juta orang, termasuk 845 tenaga pengajar di luar negeri, adalah potensi besar bagi bangsa ini. Namun, menjadi pencerah tidaklah mudah. Guru harus menghadapi tantangan besar, mulai dari persoalan kompetensi hingga perubahan zaman yang menuntut adaptasi terhadap teknologi.

Seiring perkembangan dunia, peran guru sebagai pencerah peradaban semakin krusial. Mereka tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga mendidik karakter, membentuk kepribadian, dan membangun pola pikir kritis siswa. Dalam era teknologi, peran ini semakin diperluas dengan kebutuhan untuk mencetak generasi yang melek digital tanpa kehilangan nilai-nilai kebangsaan.

Disadari, menjadi pencerah di tengah berbagai keterbatasan tentu tidak sederhana. Kompetensi yang belum merata dan minimnya inovasi dalam pembelajaran masih menjadi kendala. Kemendikbudristek sendiri mencatat bahwa skor kompetensi guru di Indonesia perlu ditingkatkan agar pola pembelajaran yang inovatif dan relevan dapat diterapkan. Meski demikian, guru tetaplah pilar utama yang mampu membawa harapan baru. Dengan bimbingan, dukungan, dan apresiasi yang memadai, mereka mampu menjadi pelita yang menerangi generasi mendatang.

Tantangan dalam dunia pendidikan di Indonesia memang kompleks. Masalah sertifikasi, distribusi guru yang tidak merata, hingga persoalan kesejahteraan menjadi isu yang membutuhkan perhatian serius. Sebagai contoh, masih banyak guru honorer yang menerima gaji di bawah standar UMR, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesejahteraan yang minim tidak hanya berdampak pada kualitas hidup mereka, tetapi juga pada semangat dan kinerja dalam mendidik siswa.

Tak hanya itu, perkembangan teknologi juga menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi memberikan peluang besar bagi inovasi pembelajaran. Namun, di sisi lain, masih banyak guru yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan ini. Hambatan seperti kurangnya pelatihan, keterbatasan akses terhadap perangkat digital, hingga minimnya pendampingan menjadi kendala utama.

Di tengah segala tantangan ini, komitmen untuk menjadi pendidik yang hebat tetaplah menjadi harapan yang harus diwujudkan. Guru harus terus beradaptasi, berinovasi, dan membangun kolaborasi untuk mencetak generasi yang cerdas secara holistik. Namun, upaya ini tidak dapat berjalan sendiri. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa harus turut berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi para guru.

Kebijakan Nyata

Hari Guru Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momen refleksi untuk memperbarui komitmen kita terhadap pendidikan. Pemerintah sebagai regulator memiliki tanggung jawab besar untuk menghadirkan kebijakan yang benar-benar mendukung guru sebagai pencerah peradaban. Mulai dari penyelesaian persoalan pendataan guru, pemerataan distribusi, peningkatan kompetensi, hingga perlindungan hukum bagi guru harus menjadi prioritas utama.

Kebijakan saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan eksekusi nyata. Contohnya, pemberian pelatihan berbasis teknologi yang merata dan berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan kompetensi. Selain itu, penguatan sistem pendataan yang akurat akan membantu dalam menentukan kebutuhan supply dan demand guru secara tepat. Tak kalah penting, peningkatan kesejahteraan harus diwujudkan melalui alokasi anggaran yang memadai, sehingga guru dapat menjalankan tugasnya tanpa dibebani oleh kekhawatiran akan kebutuhan hidup.

Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran besar dalam mendukung profesi guru. Menghormati dan menghargai guru bukan hanya soal memberikan penghormatan secara formal, tetapi juga mendukung upaya mereka dalam mendidik generasi muda. Sebagai orang tua, kita perlu menjadi mitra yang mendukung, bukan menjadi pihak yang melemahkan melalui kritik destruktif atau tekanan berlebihan.

Hari Guru Nasional 2024 dengan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” adalah pengingat bahwa guru adalah pilar utama dalam membangun bangsa yang lebih maju. Meski berbagai tantangan masih dihadapi, peran guru sebagai pencerah peradaban tidak akan tergantikan. Dengan semangat untuk terus belajar, berinovasi, dan beradaptasi, para guru akan mampu mencetak generasi masa depan yang berkualitas.

Tentu, perjalanan ini membutuhkan dukungan yang nyata. Pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang berpihak pada guru, sementara masyarakat harus memberikan penghargaan yang layak atas peran mereka. Pada akhirnya, kebanggaan sebagai guru bukanlah soal profesi semata, tetapi soal panggilan hati untuk menjadi pencerah peradaban yang membawa harapan bagi masa depan Indonesia.

Sebagai anak bangsa, mari kita bersama-sama menghormati dan mendukung guru, tidak hanya pada Hari Guru, tetapi setiap hari. Karena melalui mereka, cahaya peradaban akan terus menyala, mengantarkan Indonesia menuju masa depan yang lebih gemilang.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kebangkitan Intelektual Umat Islam          Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fak....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Wawasan

 Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (1)  Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Sap....

Suara Muhammadiyah

7 September 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sebagai Muslim, kita tentu meng....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Wawasan

Allah Tak Pernah Ingkar Janji Oleh: Mohammad Fakhrudin Pada akhir-akhir ini gejala "ambruknya" akh....

Suara Muhammadiyah

19 July 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Saat ini kita menyaksikan berkurangnya kesopanan, meningkatnya sikap diskrimina....

Suara Muhammadiyah

4 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah