Berani Ketika Orang Lain Tak Bernyali

Publish

19 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
112
Sumber Foto Freepik

Sumber Foto Freepik

Berani Ketika Orang Lain Tak Bernyali

Oleh: Muhammad Fakhrudin

Di dalam artikel “Perilaku Muslim Mukmin yang Taat pada Ululamri karena Allah Subhanahu wa Ta’ala” yang dipublikasi di Suara Muhammadiyah online. 11 November 2025 telah dikemukakan bahwa ketaatan pada ululamri yang dilandasi oleh ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya merupakan ibadah. Ketaatan yang demikian pasti dilandasi iman dan takwa. 

Ketaatan muslim mukmin pada ululamri yang dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, menimbulkan keberanian mengingatkan jika terjadi kekhilafan pada ululamri. Ketaatan yang demikian dapat juga menimbulkan keberanian menolak perintah berbuat zalim meskipun perintah itu datang dari pemimpin. 

Ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dapat juga menjadi benteng yang kokoh untuk menghindari keinginan: demi dipuji, menghianati nurani. Demi dipuji, konstitusi pun disiasati. 

Dia Tak Sebaik yang Kaukira

Ungkapan, “Dia tak sebaik yang kaukira” sering kita dengar dan/atau baca. Ungkapan itu digunakan untuk menilai orang lain. 

Latar belakang penggunaan ungkapan itu bermacam-macam. Di antaranya adalah (1) kecemburuan, (2) keobjektifan, dan (3) keprihatinan. Tentu sangat mungkin masih ada lagi yang lain.

Orang yang cemburu karena orang lain mendapat pujian dapat mewujudkan kecemburuannya dengan mengucapkan, “Dia tak sebaik yang kaukira.” Lalu, dia berusaha mengatakan kekurangan orang tersebut. Dengan cara demikian, dia berharap agar orang yang memuji berubah pikiran.

Orang yang bersikap objektif mengatakan, “Dia tak sebaik yang kaukira” tidak mempunyai maksud untuk memperoleh keuntungan sedikit pun dari ucapannya itu. Dia benar-benar hanya mengatakan fakta yang dapat diterima sebagai kebenaran oleh semua pihak.

Orang mengatakan, “Dia tak sebaik yang kaukira” dapat juga terdorong oleh keprihatinannya terhadap orang yang memuji dan orang yang dipuji. Terhadap orang yang memuji, dia prihatin karena pujian yang diberikannya tidak sesuai dengan kenyataan dan dianggapnya sebagai penjerumusan. Terhadap orang yang dipuji, dia prihatin karena pujian tersebut dapat menimbulkan sikap arogan dan lupa diri. Dengan kata lain, dia mengatakan demikian dengan maksud menasihati.

Orang yang bertujuan menasihati dengan mengatakan, “Dia tak sebaik yang kaukira” kiranya dapat dipastikan bahwa ucapannya itu merupakan salah satu wujud amar makruf nahi mungkar. Sama sekali tidak ada maksud tersembunyi untuk memperoleh keuntungan duniawi.

Terhadap orang yang memuji, dia bermaksud menasihati agar tidak memuji berlebihan. Terhadap orang yang dipuji, dia bermaksud menasihati agar mawas diri. Cukup banyak orang yang menjadi terlalu percaya diri karena dipuji. Dia menjadi sombong dan merasa paling hebat. Biasanya orang yang demikian tidak mau mengaji, bahkan, menyatakan bahwa mengaji tidak bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Dia menganggap bahwa kehidupan akhirat merupakan dunia fiksi belaka. Dia melampaui batas!

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat al-Alaq (96):6-7

كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓۙ

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya, manusia itu benar-benar melampaui batas

اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ

ketika melihat dirinya serbaberkecukupan.”

Kedua ayat tersebut ditafsirkan sangat menarik oleh Buya Hamka di dalam Tafsir Al-Azhar (hlm.8061). Dijelaskannya bahwa manusia umumnya mempunyai sifat buruk kalau merasa dirinya berkecukupan, telah menjadi orang kaya dengan harta benda, atau berkecukupan karena dihormati orang, disegani, dan dituakan dalam masyarakat. Dia tidak merasa perlu lagi menerima nasihat dan pengajaran dari orang lain. 

Aku Tak Sebaik yang Kaulihat

Tidak setiap orang berani mengatakan, “Aku tak sebaik yang kaulihat?” kepada orang yang memujinya. Alasannya bermacam-macam. Satu di antaranya adalah kekhawatiran pengaruh buruk kata-kata tersebut, yakni menghapus kredibilitasnya. Benarkah demikian?

Boleh jadi, dalam konteks tertentu, hal itu benar! Ketika kata-kata pujian dibalas dengan, “Aku tidak sebaik yang kaulihat!” timbul dugaan negatif. Jika hal ini terjadi dan terus berkembang, kepercayaan orang pun berkurang. Dampak buruk berikutnya adalah orang yang akan memberikan pujian berubah pikiran. 

Sesungguhnya, keadaan yang sebaliknya pun dapat terjadi. Dia justru memperoleh apresiasi yang makin tinggi. Dia dinilai sebagai orang yang tinggi prestasi, tetapi rendah hati. Kredibilitasnya makin kokoh. 

Berani berkata, “Aku tak sebaik yang kaukira” hakikatnya membuka aib sendiri. Setiap manusia biasa pasti mempunyai aib. Di dalam Al-Qur’an disebutkan berbagai aib manusia, antara lain,

Lupa Tuhan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat Yunus (10):12,

وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖٓ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَاۤىِٕمًاۚ فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ اِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهٗۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Apabila manusia ditimpa kesusahan, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Namun, setelah Kami hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) kesusahan yang telah menimpanya. Demikianlah, dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas itu apa yang selalu mereka kerjakan.” 

Banyak orang yang sampai menangis-nangis berdoa dan hal itu dilakukannya sepanjang waktu ketika ditimpa kesusahan seperti kesulitan ekonomi, kesusahan karena sakit berat dan lama, atau kesusahan lain yang dirasakannya sangat berat. Namun, manakala kesusahan itu tidak  dirasakannya lagi, dia sama sekali tidak merasa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menghapus kesusahannya itu.

Sifat buruk lainnya yang diterangkan di dalam Al-Qur’an adalah, antara lain, bangga dan sombong (surat Hud [11]:10); berkeluh-kesah dan kikir (surat al-Ma’arij [70]:19), 
tergesa-gesa (surat al-Anbiya [21]:37); suka membantah (surat al-Kahfi [18]:54); bodoh, zalim, dan tidak bersyukur (surat al-Ahzab [33]:72), dan tergoda kesenangan dunia (surat Ali ‘Imran [3]:14.

Hanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, insan mulia yang tidak mempunyai aib. Beliau dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau maksum.  

Bolehkah kita membuka aib sendiri? Untuk kepentingan tertentu misalnya untuk meminta nasihat (apalagi kepada orang-orang yang amanah) agar dapat memperbaiki diri, membuka aib sendiri kiranya bukan merupakan keburukan. Dengan mengatakan secara jujur keadaan diri kita, orang yang  kita mintai nasihat dapat memberikan nasihat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Namun, berdoa agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menutup aib kita dan kita berikhtiar serius untuk memperbaiki diri, merupakan jalan yang paling tepat. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menutupi aib. Hal itu dijelaskan di dalam HR Ibnu Majah bahwa beliau menjelang pagi dan sore selalu berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي … الحديث
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam (mengamalkan) agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aurat (aib-aib)-ku …” 

Untuk Menasihati

Kiranya dapat kita pertimbangkan untuk berani ketika orang lain tak bernyali mengatakan, “Aku tak sebaik yang kaulihat.” Kata-kata itu dapat kita gunakan untuk menasihati agar orang tidak berlebihan memuji kita, memahami kekurangan kita, dan berkenan menasihati kita agar menjadi orang yang “lebih” baik. Di samping itu, nasihat itu pun dapat tertuju kepada diri sendiri untuk menjadi orang yang menyadari kekurangannya dan dengan sikap demikian terhindar sifat sombong.

Aamiin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Nyadran, Sadranan dan Ziarah Oleh: Khafid Sirotudin, LP UMKM PWM Jawa Tengah Selasa pagi, 11 Febru....

Suara Muhammadiyah

14 February 2025

Wawasan

Menyuburkan Semangat Cinta Negeri  Oleh: Amalia Irfani, Dosen IAIN Pontianak, Sekretaris LPP P....

Suara Muhammadiyah

14 August 2024

Wawasan

Muhammadiyah dan Indonesia Emas 2045 Oleh: Amrullah, Dosen Perbankan Syariah Universitas Ahmad Dahl....

Suara Muhammadiyah

21 May 2024

Wawasan

Oleh Bahrus Surur-IyunkKetua Pimda 225 Tapak Suci Sumenep Madura  Hari itu, datang surat berbe....

Suara Muhammadiyah

21 August 2024

Wawasan

“Ikhtiar Guru Muhammadiyah Wujudkan Pendidikan Unggul Berkemajuan” Tepat pada tanggal 2....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah