The Study Quran: Sebuah Mahakarya Tafsir yang Membuka Dialog antara Tradisi dan Modernitas
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Saya ingin mendiskusikan buku menarik berjudul The Study Quran: A New Translation and Commentary, yang ditulis oleh sekelompok akademisi Muslim yang berdedikasi pada 2015. Karya monumental ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan literasi umat terhadap Al-Qur`an. Namun, apakah upaya ini berhasil mencapai sasarannya? Apa yang membuat The Study Quran begitu istimewa dan berbeda dari terjemahan-terjemahan sebelumnya?
Buku ini telah menarik perhatian besar, tidak hanya dari kalangan Muslim, tetapi juga media arus utama. Apa yang membuatnya begitu istimewa? Proyek ini merupakan tonggak penting dalam penerbitan karya-karya keagamaan. Dipimpin oleh Seyyed Hossein Nasr sebagai pemimpin redaksi, tim yang terdiri dari empat editor bekerja secara kolaboratif, masing-masing menerjemahkan dan memberikan tafsir mendalam terhadap bagian-bagian tertentu dari Al-Qur`an.
Yang membedakan The Study Quran adalah pendekatannya yang unik. Karya ini berupaya menghadirkan pemahaman mendalam tentang Al-Qur`an dari perspektif akademis yang kuat, namun tetap mempertahankan keimanan dan ketaatan kepada ajaran Islam. Hal ini berbeda dengan banyak karya sebelumnya yang ditulis oleh akademisi non-Muslim, yang seringkali mengambil pendekatan yang lebih objektif dan kurang terhubung dengan spiritualitas Islam. The Study Quran ini berusaha menjembatani kesenjangan ini, menawarkan wawasan yang kaya dan mendalam bagi para pembaca Muslim maupun non-Muslim.
Buku ini memang bukan terjemahan Al-Qur`an pertama, tetapi ia memiliki keistimewaan yang membuatnya begitu inovatif. Terjemahannya sendiri sudah sangat baik, mungkin yang terbaik yang pernah kita miliki dalam bahasa Inggris. Bayangkan jika terjemahan ini diterbitkan secara terpisah, pasti akan lebih mudah diakses dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Namun, yang benar-benar membuat karya ini monumental adalah tafsirnya yang luar biasa. Dengan hampir 2000 halaman yang padat berisi informasi, buku ini mungkin terlihat tipis karena kertasnya yang tipis, mirip Alkitab kuno. Tafsirnya sendiri ditulis dengan huruf yang sangat kecil, mungkin agak menantang untuk dibaca, tetapi percayalah, isinya sangat kaya.
The Study Quran mengumpulkan tafsir dari beragam sumber klasik Arab, mulai dari ulama Sunni, Syiah, hingga Sufi. Ini adalah pertama kalinya begitu banyak perspektif berbeda dihadirkan dalam satu karya tunggal, memberikan pembaca wawasan yang luas dan mendalam tentang Al-Qur`an. Meskipun tradisi Arab kaya akan tafsir Al-Qur`an yang komprehensif, namun dalam bahasa Inggris, belum pernah ada karya sebanding buku ini yang berhasil merangkum kekayaan intelektual dan spiritualitas Islam dalam satu volume.
The Study Quran memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung pada siapa pembacanya. Bagi para akademisi, pendekatan pluralistik yang dihadirkan, dengan beragam perspektif dari berbagai ulama klasik, adalah sebuah keunggulan. Karya ini menjadi sumber referensi berharga dan pintu masuk untuk memahami kekayaan literatur Arab klasik.
Namun, bagi masyarakat umum, baik Muslim maupun non-Muslim, keberagaman interpretasi ini justru bisa menimbulkan kebingungan. Alih-alih disajikan dengan satu makna yang jelas, mereka dihadapkan pada berbagai pendapat yang mungkin saling bertentangan. Masyarakat umum, terutama di era modern ini, menginginkan panduan yang jelas dan tegas, bukan sekadar kumpulan pendapat yang beragam. Mereka ingin tahu, "Apa yang sebenarnya dimaksud oleh ayat ini? Bagaimana saya harus menerapkannya dalam kehidupan saya?"
The Study Quran memang lahir dari tangan para sarjana terkemuka, namun bagi khalayak umum, otoritas para sarjana ini tidak serta merta menjamin kejelasan makna. Mereka membutuhkan interpretasi yang lugas dan relevan dengan konteks kekinian, bukan sekadar paparan beragam pendapat yang mungkin membuat mereka semakin bingung. Inilah tantangan yang dihadapi buku ini. Bagaimana sebuah karya akademis yang kaya akan wawasan bisa juga menjadi panduan yang jelas dan mudah dipahami bagi masyarakat umum? Bagaimana menyeimbangkan antara kekayaan interpretasi dan kebutuhan akan kejelasan makna?
Di era modern ini, memahami ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan isu-isu sensitif seperti perdamaian dan kekerasan menjadi semakin krusial. Seorang anak muda Muslim yang mencari tuntunan dari kitab suci mungkin bertanya-tanya, "Apakah saya harus berjihad? Apa yang seharusnya saya lakukan?" Namun, saat mereka membuka The Study Quran dan membaca tafsir Surah 9 ayat 5 yang kontroversial tentang perintah "bunuhlah mereka di mana pun kamu menemukannya", mereka justru dihadapkan pada beragam interpretasi tanpa kesimpulan yang jelas.
The Study Quran memang menyajikan berbagai pendapat ulama, namun seringkali tanpa memberikan arahan yang tegas. Hal ini bisa membuat pembaca, terutama generasi muda, merasa bingung dan tersesat di antara beragam pandangan. Mereka mungkin tergoda untuk memilih interpretasi yang sesuai dengan preferensi pribadi atau bahkan pandangan ekstrem, yang tentu saja bisa berdampak buruk.
Selain itu, buku ini juga memuat tafsir-tafsir alegoris atau mistis, seperti yang ditemukan dalam tradisi Sufi. Misalnya, ayat tentang penciptaan langit dan bumi ditafsirkan sebagai simbol hubungan antara roh dan jiwa. Meskipun beberapa orang mungkin tertarik dengan pendekatan ini, namun bagi kebanyakan orang, tafsir semacam ini terasa kurang relevan dan meyakinkan.
Keberagaman interpretasi dalam The Study Quran memang menawarkan kekayaan perspektif, namun juga menimbulkan tantangan. Tanpa panduan yang jelas, pembaca bisa saja terombang-ambing di antara berbagai pendapat, bahkan mungkin memilih interpretasi yang berbahaya.
Apakah penyajian beragam tafsir dalam The Study Quran merupakan kekuatan atau justru kelemahan? Jawabannya tergantung pada perspektif kita. Bagi akademisi, keragaman tafsir ini adalah harta karun. Mereka dapat menyelami berbagai pandangan ulama klasik, menganalisisnya secara kritis, dan akhirnya membentuk pemahaman mereka sendiri tentang makna ayat-ayat Al-Quran. Buku ini menjadi sumber referensi yang tak ternilai bagi mereka yang ingin mendalami kajian Islam secara mendalam.
Namun, bagi masyarakat umum, termasuk umat Muslim awam, pendekatan ini bisa menjadi bumerang. Mereka membutuhkan panduan yang jelas dan praktis, bukan sekadar disuguhi berbagai pendapat yang mungkin saling bertentangan. Ketika dihadapkan pada ayat-ayat yang sensitif, seperti tentang kekerasan atau hak-hak perempuan, mereka ingin tahu, "Apa yang seharusnya saya lakukan? Bagaimana saya harus memahami dan menerapkan ayat ini dalam kehidupan saya?"
Buku ini seringkali tidak memberikan jawaban yang gamblang. Alih-alih menawarkan kesimpulan yang jelas, karya ini cenderung menyajikan berbagai pendapat tanpa memberikan penilaian. Hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian, terutama bagi mereka yang mencari tuntunan praktis dalam menjalani kehidupan sesuai ajaran Islam.
Sebagai contoh, ayat tentang pemukulan istri (Surah 4:34) adalah salah satu isu kontroversial yang sering diperdebatkan. The Study Quran menyajikan berbagai tafsir klasik, termasuk yang membolehkan tindakan tersebut dengan syarat-syarat tertentu. Namun, bagi banyak orang modern, tafsir semacam ini tidak dapat diterima. Mereka menginginkan penjelasan yang lebih relevan dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender di era modern.
Dengan demikian, The Study Quran adalah karya yang berharga namun juga menantang. Ia menawarkan kekayaan intelektual dan spiritual bagi mereka yang siap menjelajahinya secara mendalam, namun juga bisa menimbulkan kebingungan bagi mereka yang mencari panduan praktis.
Dalam buku ini, kita melihat adanya perbedaan menarik dalam cara para editor memperlakukan interpretasi klasik dan modern. Ketika membahas ayat kontroversial tentang pemukulan istri, mereka merangkum pandangan klasik yang membolehkan tindakan tersebut, meskipun dengan batasan-batasan tertentu. Interpretasi ini tentu saja tidak dapat diterima oleh banyak orang di era modern. Lebih lanjut, para editor justru mengkritik pandangan modern yang menolak interpretasi tersebut. Mereka menganggap argumen yang digunakan oleh ulama modern kurang memadai. Namun, ironisnya, mereka tidak menerapkan standar kritik yang sama terhadap pandangan klasik.
Sikap ini menunjukkan adanya penghormatan yang mendalam terhadap ulama klasik, yang tentu saja merupakan hal positif. Namun, jika penghormatan ini berubah menjadi keengganan untuk mengkritik, maka kita berisiko mewariskan pandangan-pandangan yang sudah tidak relevan atau bahkan berbahaya kepada generasi muda. Kita perlu mengajarkan kepada mereka bahwa tidak semua yang berasal dari masa lalu adalah kebenaran mutlak, dan bahwa pemikiran kritis tetap diperlukan dalam memahami teks-teks suci.
Buku in cenderung menerima begitu saja pandangan ulama klasik tanpa kritik, seolah-olah mereka selalu benar. Sikap ini berpotensi menciptakan masalah, terutama bagi generasi muda yang mencari panduan dari Al-Qur`an. Mereka mungkin akan menelan mentah-mentah interpretasi klasik yang bermasalah, tanpa menyadari bahwa ada pandangan alternatif yang lebih relevan dengan konteks zaman modern.
Salah satu contohnya adalah tafsir mengenai pemukulan istri. Meskipun para editor memasukkan pandangan modern yang menolak interpretasi tersebut, mereka akhirnya tetap menyimpulkan bahwa pemukulan diperbolehkan dalam kondisi tertentu. Hal ini tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan gender yang dijunjung tinggi saat ini. Contoh lainnya adalah interpretasi Surah 33:59 yang mewajibkan perempuan menutup seluruh tubuhnya, termasuk wajah. Padahal, ayat tersebut sebenarnya terbuka untuk berbagai penafsiran. Namun, buku ini hanya menyajikan pandangan klasik yang ketat, berpotensi menimbulkan kesalahpahaman tentang ajaran Islam yang sebenarnya.
Meskipun The Study Quran adalah karya yang luar biasa dalam mengumpulkan beragam tafsir klasik, namun pendekatannya yang cenderung tidak kritis terhadap pandangan-pandangan tersebut bisa menjadi bumerang. Bagi akademisi, hal ini mungkin tidak menjadi masalah besar karena mereka memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyaring informasi secara kritis. Namun, bagi masyarakat awam, terutama generasi muda, hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman tentang ajaran Islam yang sebenarnya.
Oleh karena itu, meskipun The Study Quran memiliki banyak kelebihan, kita perlu menyikapinya dengan bijak. Penting untuk selalu bersikap kritis dan terbuka terhadap berbagai interpretasi, serta mempertimbangkan konteks sosial dan budaya saat memahami ayat-ayat Al-Qur`an.