Beridul Fitri untuk Menjadi Muslim yang Lebih Baik
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Idul Fitri satu rangkaian dengan ibadah Ramadhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah (2): 185
شَهْرُ رَمَضَا نَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰ نُ هُدًى لِّلنَّا سِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَا لْفُرْقَا نِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَـصُمْهُ ۗ وَمَنْ کَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُکْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّکُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada pada bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."
Ayat tersebut menjadi salah satu rujukan perayaan Idul Fitri bagi muslim. Dalam ayat tersebut kita diperintah supaya mengagungkan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mensyukuri nikmat pemberian-Nya.
Muslim yang Lebih Baik
Pada sepertiga bagian akhir bulan Ramadhan, kita berdoa dan berikhtiar dapat dipertemukan dengan Lailatul Qadr. Menurut para ulama, muslim yang dipertemukan dengan lailatul qadr ditandai dengan perubahan yang nyata: dari tidak baik menjadi baik; dari yang baik menjadi makin baik. Berdasarkan pendapat tersebut, idealnya iman dan takwa kita makin meningkat. Dengan beridul fitri semestinya muslim menjadi lebih baik dalam segala aspek kehidupan!
Dalam beragama, muslim yang semula baru mengerjakan salat wajib, menambah salat sunah rawatib. Yang sudah mengerjakan salat wajib dan salat sunah rawatib, menambah salat tahajud, dan salat sunah lain yang disyariatkan. Yang semula belum rajin salat berjamaah, menjadi rajin. Yang semula belum rajin ke musala atau masjid, menjadi rajin. Yang semula hanya dirinya, padahal mempunyai keluarga, menjadi bersama keluarga rajin berjamaah dan mengaji di musala dan masjid.
Semestinya ada peningkatan juga: muslim yang semula baru mengerjakan puasa wajib, menambah puasa sunah. Yang semula tadarus dengan tujuan untuk mencapai target khatam, tadarus baru tiap malam Jumat dan baru membaca surat tertentu, meningkat menjadi tadarus untuk target khatam dan memahami isi Al-Qur’an dan tadarus tidak hanya pada malam Jumat dan tidak hanya membaca surat tertentu.
Demikian juga infak, sedekah, zakat pun meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Sementara itu, kualitas dalam berbangsa dan bernegara, semestinya meningkat juga: muslim yang semula memilih pemimpin yang mau membayar besar, berubah menjadi muslim memilih pemimpin yang benar meskipun tidak dibayar!
Sungguh buruk jika muslim sudah berpuasa sebulan penuh, tetapi (1) tidak mampu mengendalikan hawa nafsu; (2) berdusta dan korupsi; (3) tidak disiplin; (4) kualitas ketakwaannya rendah; (5) tidak menyambung silaturahim; (6) menghabur-hambur waktu; (7) tidak meningkat kecerdasannya; (8) tidak teratur hidupnya; (9) tidak meningkat amal salehnya, dan (10) gagal mengelola stres. Semestinya, muslim yang telah menyelesaikan ibadah Ramadhan menjadi rahmatan lil’alamin.
Bulan Pendidikan
Ibadah Ramadhan hakikatnya mendidik muslim sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Pertama: mengendalikan nafsu dalam arti seluas-luasnya, termasuk di dalamnya adalah nafsu amarah. Muslim diperintah agar menahan amarah sebagaimana dijelaskan di dalam dalam Al-Qur’an, antara lain, surat Ali ‘Imran (3): 134
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."
Kemarahan sering menjadi penyebab berbicara kasar dan kotor. Hal itu tidak sesuai dengan akhlak muslim. Muslim diwajibkan berbicara baik sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an, misalnya, surat al-Baqarah (2): 83
وَقُوْلُوْا لِلنَّا سِ حُسْنًا
"Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia."
Di samping itu, adalah terdapat pula pendidikan mengendalikan nafsu syahwat sesuai dengan waktu yang ditentukan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat al-Baqarah (2): 187
اُحِلَّ لَـکُمْ لَيْلَةَ الصِّيَا مِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآئِكُمْ ۗ هُنَّ لِبَا سٌ لَّـكُمْ وَاَ نْـتُمْ لِبَا سٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّکُمْ كُنْتُمْ تَخْتَا نُوْنَ اَنْفُسَکُمْ فَتَا بَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَا لْــئٰنَ بَا شِرُوْهُنَّ وَا بْتَغُوْا مَا کَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْطُ الْاَ بْيَضُ مِنَ الْخَـيْطِ الْاَ سْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَا مَ اِلَى الَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَا شِرُوْهُنَّ وَاَ نْـتُمْ عٰكِفُوْنَ ۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
"Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Oleh karena itu, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Namun, jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa."
Pendidikan yang kedua adalah menegakkan kejujuran. Muslim wajib jujur: berkata benar, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat al-Ahzab (33): 70
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,"
Sementara itu, dijelaskan di dalam HR Jamaah ahli Hadis dan lafal al-Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta bertindak bodoh, maka bagi Allah tiada gunanya ia meninggalkan makan dan minum.”
Ketiga, menegakkan kedisiplinan. Kurang satu detik pun jika waktu berbuka belum tiba, tidak akan berbuka. Lebih satu detik pun jika telah tiba saatnya imsya, tidak lagi melakukan tindakan yang membatalkan puasa. Hal itu dijelaskan di alam Al-Qur’an surat al-Baqarah (2): 187 sebagaimana telah dikutip.
Keempat, meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik pada saat sendirian maupun berkelompok. Meskipun ada kesempatan meneguk air ketika sendirian berwudu, orang beriman tidak mungkin mau melakukannya. Mereka yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Melihat, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat an-Nisa (4): 134
مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ ثَوَا بَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللّٰهِ ثَوَا بُ الدُّنْيَا وَا لْاٰ خِرَةِ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
"Barang siapa menghendaki pahala di dunia, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."
Pendidikan yang kelima, mempunyai sikap mental kasih sayang dan rasa kebersamaan. Suasana yang demikian dididik, baik di rumah, masjid, maupun di musala melalui salat berjamaah, tadarus atau berbuka bersama. Berbagi rezeki, ilmu, waktu, tenaga, tentu berat bagi orang tidak beriman! Hal itu sejalan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
يا أيُّها النَّاسُ أفشوا السَّلامَ، وأطعِموا الطَّعامَ، وصِلوا الأرحامَ، وصلُّوا باللَّيلِ، والنَّاسُ نيامٌ، تدخلوا الجنَّةَ بسَلامٍ
"Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah pada malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat."
Keenam, menghargai waktu sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat al-Asr (103): 1-3,
وَا لْعَصْرِ
"Demi masa."
اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ
"Sungguh, manusia berada dalam kerugian,"
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
Ketujuh, meningkatkan kecerdasan melalui kajian-kajian. Peningkatan kecerdasan sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat al-Mujadillah (58): 11
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim sebagaimana dijelaskan di dalam HR Ibnu Majah,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim"
Pendidikan kedelapan, hidup teratur/tertib. Waktu sahur dan berbuka telah ditetapkan. Orang beriman tidak mungkin mengubah sekehendaknya. Hal ini merupakan pengamalan, antara lain, surat al-Baqarah (2): 187 yang telah dikutip.
Kesembilan, hidup dengan memperbanyak amal kebajikan. Bagi orang beriman, beramal saleh sebanyak-banyaknya sudah menjadi bagian kebiasaan di dalam hidupnya sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat, an-Nisa (4): 124
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُ ولٰٓئِكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَـنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا
"Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun."
Kesepuluh, mengelola stres dengan bersabar dan salat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat al-Baqarah (2): 153
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِا لصَّبْرِ وَا لصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."
Allahu a'lam