Cerita Haedar Nashir Ketika Usaha Dakwah Muhammadiyah Diberi Kemudahan

Publish

13 November 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
517
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bagi yang tergabung dalam komunitas Persyarikatan, maka akan mudah menjumpai informasi di sana sini Muhammadiyah tengah membangun proyek ini dan itu. Siapa saja yang berkecimpung langsung dalam mewujudkan kerja nyata, dan andil menjadi bagian dalam dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin ini, tidak jarang mendapat kejutan-kejutan, hal-hal yang membahagiakan, serta pertolongan dari Allah SWT dari arah yang tiada di sangka-sangka. Tentu perasaaan gembira itu hanya dirasakan oleh mereka yang mengalaminya, juga mejadi percik semangat bagi yang mendengarkannya.

Seperti cerita Prof. Haedar Nashir baru-baru ini yang perlu disyukuri, suatu ketika dalam perjalanan pulang dari mengunjungi Papua, di pesawat beliau mengaku tidak bisa istirahat. Memikirkan bagaimana caranya di Papua bisa berdiri rumah sakit, mengingat di sana alhamdulillah sudah berhasil berdiri tiga perguruan tinggi Muhammadiyah. Pada saat yang sama, ketika mengandalkan bantuan dari rumah sakit-rumah sakit yang sudah ada, masih belum memungkinkan. Sesampainya di Jakarta, beberapa waktu kemudian ada tamu yang datang berkunjung dan menanyakan kiranya apa yang sedang dibutuhkan oleh Muhammadiyah. 

Gayung bersambut, niat hati ingin memiliki rumah sakit Muhammadiyah di bumi cenderawasih, kontan diijabah dengan datangnya sosok yang tidak disebutkan namanya itu dan bersedia membangunkan rumah sakit di sana. Insyaallah, dalam waktu segera akan dilakukan proyeksi pembangunan rumah sakit tersebut. Demikianlah, salah satu ciri khas model dakwah yang diprakarsai oleh KHA. Dahlan, 111 tahun yang lalu.

“Kita meneruskan jejak langkah Kyai Dahlan memang tulus, bersungguh-sungguh, selalu bermunajat kepada Allah, bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Maka kami percaya bahwa semua yang kita ‘azamkan, Insyallah akan dimudahkan,” tegasnya.

Orang nomor satu di Muhammadiyah tersebut rupanya selalu disebut oleh Ust. Adi Hidayat dalam setiap doanya. Hal itu diutarakan ketika hadir dalam peletakkan batu pertama pembangunan Masjid Al-Mushannif, kompleks Pusdiklatbud Tabligh Institute PP Muhammadiyah, Ahad (12/11). Beliau terus terang menyampaikan bahwa umat membutuhkan sosok seperti Pak Haedar, bagaimana kenegarawanannya, gagasan, serta semangatnya dalam merawat NKRI.

Prof. Haedar juga bercerita tentang bagaimana sejak awal berdirinya Muhammadiyah konsen mengintegrasikan antara dunia dengan agama. Beliau merenungkan betapa Masa'il al-Khamsah / kitab masalah lima (apa itu agama, dunia, ibadah, sabilillah dan qiyas) dalam himpunan putusan tarjih itu memiliki dinamika yang cukup panjang dalam merumuskan hingga ditanfidzkannya. 

Mas Ridha, dalam salah satu artikel menyebutkan bahwa masalah lima ini diharapkan melampaui sekadar urusan fikih dan khilafiyah. Salah satu contoh misalnya, bab thaharah yang selalu menjadi bahasan utama dalam kitab-kitab kuning itu, nyatanya tidak cukup untuk memberikan kesadaran umat Islam tentang pola kebersihan.

Air dikatakan suci jika memenuhi syarat minimal sebanyak 2 kulah. Lebih lanjut, Ridha menegaskan bahwa Nash tidak menjelaskan tentang air yang aman dan bebas dari kuman. Adapun bahasan itu terdapat dalam ilmu kesehatan. Lantas, apakah ilmu kesehatan termasuk bahasan agama atau dunia? Jika masuk urusan dunia, apakah disebut ibadah? Apa itu ibadah? Apakah dalam ibadah dibolehkan melakukan qiyas atau ijtihad?

Untuk menjawab lima masalah itu, sejak periode awal kepengurusan Majelis Tarjih, KH. Mas Mansur mengedarkan pertanyaan tentang definisi agama, dunia, ibadah, sabilillah dan qiyas kepada semua ulama Muhammadiyah di berbagai wilayah. Sejak tahun 1935 diedarkan, lalu mendapat berbagai respon, kemudian baru ditanfidzkan pada tahun 1964.

Dari hasil tersebut, menunjukkan jati diri gerakan Muhammadiyah yang tidak ingin antara dunia dengan agama (ad-Din) berjalan sendiri-sendiri, atau istilahnya sekuler. Agama tidak cukup diidentifikasikan dengan praktik ritual semata. Sebaliknya, setiap bangunan yang didirikan oleh Persyarikatan, di dalamnya tidak boleh kehilangan ruh spiritualnya. Pointnya ialah bahwa dimensi agama selalu mengisi peradaban yang sedang dan terus dibangun oleh Persyarikatan Muhammadiyah. (DF)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) menggelar kuliah umum deng....

Suara Muhammadiyah

4 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Hasil dari pertandingan final Liga 3 Daerah Istimewa Yogyakarta (DI....

Suara Muhammadiyah

29 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta melaksanakan ....

Suara Muhammadiyah

24 July 2023

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) prodi Psikologi UM Bandun....

Suara Muhammadiyah

19 March 2024

Berita

LAMTIM, Suara Muhammadiyah - Pada hari Sabtu, 10 Februari 2024, Gedung Dakwah Muhammadiyah Lampung T....

Suara Muhammadiyah

12 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah