Cultural Shock Gen Z dalam Menghadapi Dunia Kerja

Publish

11 December 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
198
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Cultural Shock Gen Z dalam Menghadapi Dunia Kerja 

Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/Sekretaris LPP PWM Kalbar 

Tulisan ini masih seperti tulisan sebelumnya terinspirasi dari hasil komunikasi sosial penulis dengan beberapa kelompok mahasiswa dalam sebuah diskusi tentang bagaimana meraih kesuksesan dan bertahan ditengah arus dunia kerja yang semakin kompetitif. Para gen z, banyak "baper" apakah mereka nanti jika telah menjadi sarjana akan memperoleh pekerjaan layak sehingga terkategori sukses. Bahkan ada yang mulai cemas, tentang bagaimana menjaga hubungan harmonis dengan pasangan ditengah derasnya tontonan, platform komunikasi media sosial tanpa batas, juga semakin santer jumlah pernikahan dibawah umur atau seumur jagung yang berujung perceraian. 

Beberapa kecemasan tersebut ternyata banyak membuat generasi yang diprediksi mendominasi jumlah penduduk dunia di tahun 2045, kurang bersemangat untuk berusaha meraih masa depan. Kegalauan yang secara perlahan meretas antibodi dan akhirnya memunculkan stigma sosial negatif diantara mereka.  Persoalan ini tidak boleh dianggap remeh atau kurang penting oleh siapapun. Jika gen Z diusia sekarang sudah mulai tergerus semangat, motivasi, dan nilai kejujuran, maka bisa dibayangkan bagaimana nanti saat mereka menggantikan estafet hidup generasi sebelumnya. 

Maka penting siapapun kita dimensi ruang dakwah apa saja mengedukasi diri dan lingkungan terdekat untuk selalu bijak, cerdas dalam memanfaatkan gawai yang kita genggam setiap hari. Peran pendidik pun menjadi bertambah berat, karena  harus selalu konsisten mengedukasi tentang makna dari nilai kesuksesan yang sebetulnya relatif dan tidak dapat diukur. 

Kesuksesan dan Nilai Hidup 

Menilik lebih dalam tentang sukses, siapapun kita pasti berharap di tiap proses hidup yang ditempuh sesuai dengan harapan, cita-cita dan doa yang dipanjatkan kepada Illahi. Individu sukses menandakan ia telah mampu memanajemen diri, cerdas melihat peluang dan tidak mudah  berkecil hati jika mengalami kegagalan,  sebab disitulah letak semangat hidup dan pembeda antara individu satu dan yang lain. Namun terkadang kita lalai memahami bahwa value kesuksesan tidak melulu dengan harta kemewahan, tidak harus karena jabatan mentereng agar dihormati. Tetapi jika hidup yang dijalani telah dapat memberikan kemanfaatan bagi diri dan orang lain. Walaupun ukuran materi tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  kesuksesan didefinisikan sebagai keberhasilan atau keberuntungan. Ajaran Islam yang sempurna dan bersifat universal memberikan pemahaman bahwa kesuksesan bukan hanya tentang urusan dunia, tetapi keberhasilan meraih ridha Allah SWT dimana nilai kebahagiaan mencakup dunia dan akhirat. Nilai hidup yang sejatinya terletak pada keikhlasan dan kesyukuran. 

Mengutip dari Bapak Sosiologi Islam Ibnu Khaldun,  bahwa kunci keberhasilan dalam suatu bidang, diperlukan ketekunan, konsistensi dan juga bakat. Definisi ini diperkuat oleh Max Weber, tokoh Sosiologi asal Jerman. Menurutnya kesuksesan adalah hasil dari etos kerja dan disiplin. 

Tantangan Dunia Kerja Mendatang 

Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya”, kalimat bermakna ini sangat familiar kita dengar. Dari kalimat ini tergambar mengenai kehidupan  manusia yang bersifat dinamis, dimana perubahan sosial akan terus mengiringi perjalanan hidup zaman ke zaman. 

Pernyataan tersebut juga bermakna tentang pentingnya kesabaran,  ketenangan agar dapat melewati berbagai proses hidup untuk meraih kesuksesan. Dunia kerja yang semakin berkembang dan membutuhkan tidak hanya skill tetapi juga nilai kejujuran dalam balutan profesionalitas. 

Sekarang mulai bermunculan profesi yang tidak harus duduk dimeja, menggunakan seragam dengan durasi kerja tertentu yang disebut dengan istilah kerja remote. Yakni, bekerja dari jarak jauh dengan perangkat digital seperti komputer, internet, dan aplikasi kolaborasi agar tetap terhubung dan produktif tanpa harus hadir secara fisik di kantor atau bertemu secara tatap muka. 

Ini menandakan bahwa kedepan teknologi tidak akan bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, khususnya di dunia kerja. Kemajuan teknologi  memang memudahkan tetapi juga memiliki nilai minus yang cenderung merugikan jika tidak dipahami dasar dan tujuan penggunaannya. Teknologi hari ini nyata telah mengurangi intensitas pertemuan, interaksi sosial hingga nilai etika penghormatan kepada orang lain. Maka penting bagi gen z dibekali nilai kepercayaan diri include didalamnya bagaimana melindungi data pribadi, kemampuan menelaah mana yang baik dan tidak, agar hidup bernilai. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Izza RohmanKetua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Selain mengusung kons....

Suara Muhammadiyah

4 January 2024

Wawasan

Sumpah Jabatan: Makna Konstitusional dan Spiritual Oleh: Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum UAD ....

Suara Muhammadiyah

9 December 2024

Wawasan

Refleksi Hari Guru: Pilar Utama Membangun Peradaban Oleh: Raspa Laa, S.Pd.I.,M.Pd, Dosen STKIP Muha....

Suara Muhammadiyah

25 November 2024

Wawasan

Refleksi 111 Tahun Milad Muhammadiyah Oleh : Rifai Aprian Milad Muhammadiyah ke-111 tahun yang jat....

Suara Muhammadiyah

19 November 2023

Wawasan

Menakar Janji Calon Presiden Oleh : Ahsan Jamet Hamidi Muhammadiyah berhasil menghadirkan seluruh ....

Suara Muhammadiyah

26 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah