Dampak Kesehatan Kesejahteraan Guru
Oleh: Nabil Syuja Faozan, Mahasiswa Program Profesi Dokter Universitas Muhammadiyah Jakarta
Dalam menunjang Pendidikan berkualitas, kesejahteraan guru merupakan suatu keharusan. Guru merupakan "ujung tombak pendidikan" karena perannya yang krusial dalam membentuk generasi penerus bangsa, tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pembimbing, teladan, dan fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Karena hal tersebut, kesejahteraan guru menjadi hal yang perlu diperhatikan. Berdasarkan survei Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) pada tahun 2024 menunjukan bahwa 74 persen guru honorer dibayar lebih kecil dari upah minimum terendah indonesia. “Survei tersebut mengungkapkan bahwa sebanyak 42 persen guru memiliki penghasilan di bawah Rp 2 juta per bulan dan 13 persen diantaranya berpenghasilan dibawah Rp 500 Ribu per bulan,” kata Muhammad Anwar, Peneliti IDEAS (21/05/2024).
Anwar menambahkan, jika melihat lebih dalam kepada responden Guru Honorer/Kontrak maka akan terlihat rendahnya tingkat kesejahteraan mereka, di mana 74 persen Guru Honorer/Kontrak memiliki penghasilan di bawah Rp 2 Juta per bulan bahkan 20,5 persen diantaranya masih berpenghasilan dibawah Rp 500 Ribu.
Tidak hanya itu, ada fenomena yang ramai dibahas di media sosial tentang guru yang menggugat cerai suami setelah dirinya diangkat sebagai PPPK. Total, ada 20 guru yang sudah mengajukan izin cerai.
Angka ini bahkan melampaui total kasus sepanjang 2024 yang berjumlah 15. Lebih lanjut 75% gugatan diajukan oleh pihak istri, yang mayoritas adalah guru perempuan dengan masa pernikahan lebih dari lima tahun.
Fenomena ini menuai perhatian publik dan tak terkecuali para pakar. Menurut Arin Setyowati, dosen dan Pakar Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya, ada faktor struktural yang patut dicermati dalam kemandirian finansial perempuan.
"Sebelum diangkat menjadi PPPK, banyak guru perempuan ini adalah tenaga honorer dengan penghasilan minim. Kini, setelah pendapatan meningkat hingga Rp 2,5 sampai Rp 4,5 juta per bulan dengan status kerja lebih stabil, mereka punya posisi tawar baru termasuk dalam pernikahan," ungkap Arin dalam laman UM Surabaya (3/8/2025).
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Dalam menanggapi kondisi tersebut, dikutip dari kemendikdasmen.go.id pemerintah khususnya Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merancang 11 program prioritas untuk Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan Guru.
Diantaranya adalah: 1). Tunjangan Guru Aparatur Sipil Negara Daerah (ASND) 2). Tunjangan Guru, Bantuan Insentif, dan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi Guru NonASN, 3). Pendidikan Profesi Guru, 4). Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV 5). Pembelajaran Mendalam, 6). Koding dan Kecerdasan Artifisial, 7). Peningkatan Kompetensi Guru BK, 8), Program Kepemimpinan Sekolah (Pelatihan BCKS), 9). Gerakan Numerasi Nasional, 10). Bantuan Rumah Guru, dan 11). Sekolah Rakyat
Salah satu programnya adalah tunjungan guru Aparatur sipil Negara Daerah (ASND). Pada program ini Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru, salah satunya melalui pemberian aneka tunjangan. Mekanismen Baru dari Kementerian Keuangan, bantuan langsung ditransfer ke Rekening Guru.
Tujuan program ini adalah sebagai berikut: 1). Lebih Cepat & Efisien, yaitu memotong alur birokrasi berarti tunjangan diterima oleh guru tepat pada waktunya. 2). Lebih Transparan, yaitu alur dana yang jelas dan dapat dilacak langsung dari pusat ke penerima, 3). Lebih Tepat Sasaran, yaitu memastikan setiap guru yang berhak menerima tunjangan tanpa hambatan.
Kesebelas program tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru untuk menunjang kualitas Pendidikan yang memadai dan memberikan kebermanfaatan nyata bagi para peserta didik sebagai penerus generasi bangsa. Program tersebut merupakan Langkah tepat dan efisien untuk menjawab masalah tentang kesejahteraan para guru.
Karena dinilai sebagai ujung tombak Pendidikan, dampak kesejahteraan guru yang tidak kalah penting adalah kesehatan. Kesehatan guru merupakan pondasi awal dalam pelaksanaan Pendidikan yang efesien dan efektif (Rahimi et al., 2024).
Dampak Kesejahteraan Terhadap Kesehatan Guru
Kesehatan guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Sebab berbagai aspek kesehatan fisik dan mental secara langsung memengaruhi kemampuan guru untuk menjalankan tugasnya secara efektif. Guru yang sehat secara fisik memiliki energi dan stamina untuk mengelola beban kerja yang intensif, termasuk mempersiapkan materi pelajaran, mengajar, menilai pekerjaan siswa, dan mengelola kelas.
Kondisi fisik yang baik memungkinkan guru untuk melakukan tugas-tugas tersebut tanpa mudah merasa lelah, sehingga mereka dapat mempertahankan tingkat produktivitas yang tinggi sepanjang hari kerja. Kesehatan yang baik juga membantu guru untuk hadir secara konsisten, mengurangi tingkat absensi yang dapat mengganggu kontinuitas pembelajaran siswa (Rahimi et al., 2024).
Kesehatan mental yang baik sama pentingnya dalam memengaruhi kinerja guru. Guru yang memiliki kesejahteraan mental yang baik lebih mampu mengelola stres, yang seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari profesi mereka. Stres yang berlebihan dapat menyebabkan burnout, yang mengurangi efektivitas pengajaran dan dapat menyebabkan ketidakhadiran atau penurunan kualitas interaksi dengan siswa.
Guru yang mampu mengelola stres dengan baik cenderung lebih sabar, empatik, dan mendukung, yang sangat penting dalam membangun hubungan positif dengan siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Kesejahteraan mental yang baik juga memungkinkan guru untuk tetap fokus dan konsentrasi, yang diperlukan untuk memberikan instruksi yang jelas dan efektif (Chiu et al., 2024).
Selain itu, kesehatan yang baik memungkinkan guru untuk menjadi teladan positif bagi siswa mereka. Siswa cenderung memperhatikan dan meniru perilaku guru mereka, sehingga guru yang menjaga kesehatan mereka sendiri dapat memotivasi siswa untuk mengadopsi gaya hidup sehat.
Ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental siswa, tetapi juga dapat meningkatkan prestasi akademik. Guru yang sehat menunjukkan bahwa mereka menghargai kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri, yang dapat mendorong siswa untuk melakukan hal yang sama (Vo et al., 2024).
Dengan demikian, upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru tidak hanya berdampak pada kualitas pendidikan saja, tetapi kebermanfaatan yang diraih lainnya adalah kesehatan para guru untuk menunjang kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
Sebab, sebagai pahlawan tanpa jasa, guru harus sehat secara jasmani dan rohani. Faktor utama yang dapat menunjang hal tersebut adalah kesejahteraannya. Apabila guru sejahtera akan menjadikannya sehat sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik untuk mendidik generasi penerus bangsa.