Bermanfaat Kini untuk Nanti

Publish

16 June 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
472
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Bermanfaat Kini untuk Nanti 

Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak dan LPPA PWA Kalbar 

Era disrupsi membuat kita harus siap dan sigap untuk melangkah dan berkompetisi agar tidak tertinggal atau hanya menjadi penonton kesuksesan orang lain. Bukan lagi masanya kita berdiam diri, menunggu nasib baik datang hanya dengan bermodal doa, nama baik dan kekayaan orang tua. Kekayaan perlahan pasti akan habis, tetapi ilmu bermanfaat akan terus mengalir dan menjadi sedekah jariyah bagi kedua orangtua saat diamalkan, (HR Muslim). Karena berilmu pula, banyak hal bisa dilakukan, terlebih jika ilmu yang dimiliki diasah melalui pengalaman. 

Mau tidak mau siapun kita pun harus berusaha mencerdaskan serta mengembangkan diri agar bermanfaat, khususnya para pemuda-pemudi Indonesia agar kesuksesan bukan sekedar cita-cita dan mimpi, tetapi telah mampu diraih. Perlu digarisbawahi bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari tingginya pendapatan, jabatan dan gelar pendidikan, tetapi nilai manfaat sesuai kesanggupan untuk dilakukan untuk ummat dan bangsa. Namun tidak dapat kita pungkiri penilaian masyarakat tentang kesuksesan sebagai modal sosial adalah jika salah satu indikator versi manusia tersebut telah diraih. 

Di banyak kasus yang penulis temukan individu yang memiliki kekayaan namun lalai menjadikan dirinya bermanfaat menjadi faktor rusaknya hubungan persaudaraan dan persahabatan. Kekayaan tidak jarang sebagai sebab si kaya meremehkan manusia lain, karena dianggap beda kelas. Jika hidup sudah mengklasifikan seseorang sesuai dengan siapa dia, maka dimana letak kebermanfaatan. Semoga kita dapat menjalankan amanah apapun yang Allah titipkan dengan baik dan bijak, karena sejatinya apa yang kita lakukan hari ini merupakan identitas diri yang akan ditiru anak keturunan kelak. Ungkapan pepatah Inggris kuno "Like father like son", berakar dari dua peribahasa Latin, "Qualis pater dan talis filius" mempunyai makna "sebagai ayah, demikian pula anak", merupakan idiom ibarat saat kita bercermin terdapat pantulan, seperti perilaku atau mungkin bakat yang sama dari dua generasi yang berbeda.
Bermanfaat itu Pilihan 

Bermanfaat bagi ummat dan bangsa bukan hanya sekedar kalimat pemersatu tanpa perlu pembuktian. Bukan hanya janji dibibir ditiap episode kehidupan tanpa ada perubahan sikap. Idealnya, semakin terdidik anak bangsa dengan berderet titel juga sering mengikuti seminar, kajian, pelatihan online/offline harusnya semakin cerdas ia mencermati sesuatu. Semakin beradab pula dalam komunikasi dan kontak sosial yang sejatinya berefek pada penilaian pribadi. Pepatah harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan nama, bermakna siapapun kita yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di dunia.

Faktanya orang hebat dulu dan istiqamah pada kebaikan karena TuhanNya, mampu mewariskan banyak semangat melalui tulisan atau lagu-lagu perjuangan dan terus dikenang. Mereka meninggalkan karya, menyimpan banyak harapan dalam tiap dinamika hidup yang tidak mudah. Bergeliat tanpa mempersoalkan hasil, tapi keikhlasan yang tak biasa tersebut membuat mereka terus dikenang bahkan dari zaman ke zaman. 

Meng-Sugesti Diri dalam Kebaikan 

Imam Syafi'i pernah berujar, "Bila kau tak mau merasakan lelahnya belajar, maka kau akan menanggung pahitnya kebodohan". Nasehat Imam Syafi'i yang wafat 204 Hijriyah di Mesir tak lekang oleh zaman, sebab terbukti berpendidikan, terdidik, dan mau terus belajar adalah win solution degradasi moral bangsa. Terbiasa belajar dan mendengarkan nasehat kebaikan membuat diri akan lebih mudah mencerna lika-liku kehidupan dan tidak mudah mengeluh serta berputus asa. 

Untuk melewati itu semua tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menjadikan kebaikan sebagai karakter membutuhkan perjuangan panjang dan tidak akan pernah selesai hingga ujung usia. Beberapa step yang bisa kita lakukan, yakni : Pertama kemauan. Apapun yang kita miliki, walau hanya tenaga sekalipun dapat memberikan manfaat untuk orang lain. 

Kedua, take action now. Tidak ada waktu kedua jika kita berniat berbuat kebaikan, maka lakukanlah. Contoh sederhana menggunakan/memanfaatkan media sosial mengshare informasi kebaikan. Ketiga, jadikan bermanfaat untuk orang lain sebagai gaya hidup, bukan keinginan dipuji dan dianggap keren. Maka penting dalam tiap kebaikan yang akan kita lakukan dimulai dengan niat karena Allah SWT. Keempat, terus fokus memperbaiki diri. Berbuat baik bukanlah sesuatu yang murah meriah untuk terus terpatri dihati dan dijadikan kebiasaan. Maka untuk menyeimbangkan niat, kita harus terus belajar bersyukur dengan keadaan diri, tidak membandingkan hidup dengan orang lain, dan tidak memandang diri lebih baik. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Dakwah Kultural: Memperluas Dakwah Komunitas dan Akar Rumput Muhammadiyah Oleh: Agus setiyono, Sek.....

Suara Muhammadiyah

13 March 2024

Wawasan

Ramadhan di Masjid Kampus UAD: Milenial, Intelektual dan Harmonisasi Agama Oleh: Fuandani Istiati, ....

Suara Muhammadiyah

23 March 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Mari kita lepaskan sejenak pand....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Islam memperlakukan laki-laki dan perempuan sebagai makhluk spiritual yang seta....

Suara Muhammadiyah

2 October 2023

Wawasan

Hati  Terkunci dan Kesempatan Bertaubat Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul) Bagi penulis, judul d....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah