SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Bringin secara konsisten membekali jamaah ‘mualaf Muhammadiyah’ dengan pemahaman syariat yang kokoh melalui kegiatan Pengajian Tarjih Muhammadiyah di tingkat akar rumput. Langkah strategis ini bertujuan agar jamaah yang baru bergabung dengan persyarikatan memiliki pegangan kuat dalam beribadah sesuai tuntunan Nabi tanpa terjebak dalam praktik taklid buta.
Urgensi pendampingan ideologi ini menjadi latar belakang utama penyelenggaraan Pengajian Tarjih Muhammadiyah perdana yang berlangsung di Joglo Sasana Manunggal Rasa, Ngaliyan, Sabtu (27/12/2025). Ketua PRM Bringin, H. Mustain, mengungkapkan bahwa mayoritas jamaah di wilayahnya memerlukan tuntunan agama yang selaras dengan manhaj persyarikatan.
“Mayoritas jamaah di Bringin ini adalah ‘mualaf Muhammadiyah’. Mereka sangat membutuhkan wawasan melalui Pengajian Tarjih Muhammadiyah terkait berbagai persoalan syariat, mulai dari hal umum hingga persoalan kontemporer,” tegas H. Mustain.
Urgensi Manhaj Tarjih Muhammadiyah bagi Jamaah Ranting
Hadir sebagai narasumber utama, Ketua Majelis Tarjih PDM Kota Semarang, Ustadz Sukendar, M.A., Ph.D., sangat mengapresiasi inisiatif penguatan paham agama ini. Ia menilai upaya PRM Bringin menggelar Pengajian Tarjih Muhammadiyah sebagai langkah konkret untuk mencerdaskan warga agar memahami cara Muhammadiyah melakukan ijtihad.
"Ini hal yang sangat positif, inisiasi bagus yang bisa menjadi contoh untuk PRM yang lain. Melalui Pengajian Tarjih Muhammadiyah, jamaah bisa memahami proses ijtihad sebagai upaya penting untuk menjauhi taklid buta," ungkap Dosen UIN Walisongo Semarang tersebut.
Dalam materi kajiannya, Sukendar menjelaskan bahwa manhaj tarjih mengusung prinsip pemurnian dalam aspek akidah dan ibadah mahdah. Ia menegaskan bahwa tuntunan ibadah dari Rasulullah SAW sudah lengkap sehingga umat tidak perlu menambah-nambah ritual (bid'ah) yang justru berisiko tertolak.
Dinamisasi Muamalah Duniawi dan Kemandirian Ekonomi Umat
Namun, Sukendar memberikan perspektif berbeda mengenai muamalah atau urusan duniawi. Menurut konsep Pengajian Tarjih Muhammadiyah, aspek non-ibadah justru menuntut dinamisasi dan inovasi.
“Dalam mencari uang atau berbisnis, silakan berinovasi. Muhammadiyah menyukai Mukmin yang kuat secara ekonomi dan intelektual. Yang terpenting, prinsip Al-Qiyam Al-Asasyah seperti keadilan tidak boleh ditabrak,” tambah Sukendar merujuk pada prinsip universal persyarikatan.
Guna menjamin keberlanjutan pendampingan, PRM Bringin menetapkan Pengajian Tarjih Muhammadiyah ini sebagai agenda rutin setiap Sabtu pagi pekan ke-4 setiap bulannya, mulai pukul 07.30 hingga 09.30 WIB. Selain itu, pengurus juga mengagendakan Pengajian Umum Tematik setiap Ahad pagi pekan ke-2 di lokasi yang sama.
Menutup pengumuman agenda, PRM Bringin akan menghadirkan Ketua Majelis Tabligh PDM Kota Semarang, Ustadz Dr. Aang Kunaepi, pada pengajian umum Ahad, 11 Januari 2026 mendatang.

