Delapan Langkah Mempersiapkan Ramadhan

Publish

12 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
367
pixabay

pixabay

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk

Guru SMA Muhamamdiyah I Sumenep, penulis buku motivasi Islam Meraih Hikmah dari Titik Kedalaman Makna (Guepedia, 2022)

Sebagai orang yang beriman dan sering menyebut Ramadhan sebagai bulan yang suci sudah semestinya mengubah cara berpikir. Bahwa menjalani Ramadhan itu menentukan nasib kita di Akhirat nanti. Puasa beserta amal ibadahnya di bulan Ramadhan sangat menentukan apakah hidup kita di dunia dan alam kubur nanti bahagia atau tersiksa. Serta, menentukan perjalanan panjang seseorang menuju negeri Akhirat itu menyenangkan atau menyengsarakan.

Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam salah satu risalahnya, Dzadu Shaim Ramadhan Fursatun Li Tarbiyah Wa Ta’lim, mengingatkan beberapa hal yang bisa dilakukan bagi seorang muslim untuk mempersiapkan Ramadhan. Persiapan pertama yang bisa dilakukan adalah bertobat dan kembali kepada petunjuk Allah. Sejatinya bertaubat diperlukan dan bisa dilakukan setiap saat. Sebab, hampir semua orang pasti tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Hanya saja, bertaubat sebelum memasuki bulan Ramadhan menunjukkan betapa seseorang itu memiliki keseriusan dalam memuliakan bulan suci tersebut. Dengan demikian, ketika seseorang memasuki bulan Ramadhan tidak ada lagi sekat-sekat yang bisa mengahalangi dirinya dari amal shaleh. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah An-Nuur: 31, 

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

Persiapan kedua, berdoa memohon kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan keberkahan yang hanya diberikan kepada para hamba pilihan Allah. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan tersebut dengan baik. Di antara kebiasaan para salaf adalah senantiasa berdoa memohon kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan dan diberi kekuatan untuk memaksimalkan ibadah di dalamnya. Bahkan, sebagaimana dalam Lathaif al-Ma’arif, Mu’alla bin Al-Fadhl, salah satu ulama tabiu’t-tabiin bercerita, “Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan saat dan sesudah ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadhan.”

Diantara doa yang dicontohkan para salaf adalah apa yang diriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”

Persiapan ketiga, bersegera untuk menganti puasa yang tertinggal. Salah satu kewajiban yang penting untuk diperhatikan sebelum memasuki Ramadhan adalah hutang puasa. Siapa pun yang memiliki tanggungan puasa yang belum terlunasi, hendaknya segera diselesaikan. Qadha puasa tidak mesti dilakukan setelah bulan Ramadhan, di bulan Syawal secara langsung. Namun, boleh ditunda sampai bulan Sya’ban, asalkan sebelum masuk Ramadhan berikutnya.

Diriwayatkan dari Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa ‘Aisyah r.a. mengatakan,

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu meng-qadhanya kecuali di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim)

Persiapan keempat, mempelajari hukum-hukum seputar Ramadhan Ilmu merupakan modal utama dalam beramal. Tanpa  ilmu maka akan kehilangan petunjuk dalam beribadah. Efeknya, kalau dia semangat maka akan jatuh dalam kesesatan, atau bisa juga dia akan tertinggal, tidak bisa memperbanyak amal karena tidak mengetahuinya. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” 

Persiapan Kelima, mempersiapkan diri dengan amal-amal kebaikan. Memperbanyak amal merupakan salah satu bentuk keseriusan dalam memuliakan datangnya Ramadhan. Terutama pada bulan Sya’ban, Rasulullah SAW mengisinya dengan memperbanyak berpuasa di bulan ini sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a. bahwasanya dia berkata, “Ya Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa,” (HR. An-Nasa’i)

Persiapan keenam, meninggalkan atau setidaknya mengurangi hal-hal yang kurang bermanfaat. Perbuatan yang sering menguras waktu kita adalah bermain-main dengan medsos. Kita bisa berjam-jam dengan medsos. Bosan dengan What’sApp, pindah ke Facebook atau Instagram. Lelah dengan ketiga ganti lagi dengan YouTube atau TikTok. Tanpa terasa kita sudah bermedsos dua jam. Padahal, jika disuruh membaca Al-Quran, belum sampai seperempat jam (lima belas menit) badan dan pikirannya rasanya sudah sangat capek. Sampai setengah jam, punggung terasa sakit semua, lalu mengantuk dan tidur. Empat puluh lima menit kita sudah dapat 1 juz. Namun, jika diberi pilihan ingin masuk surga atau neraka, maka tidak satupun yang akan memilih neraka. Seorang teman meyakinkan bukankah kalau di neraka nanti bisa berkumpul dengan para artis yang suka pamer auratnya? Dia hanya tertawa saja.

Persiapan ketujuh, merencanakan diri dengan amal-amal kebaikan. Buat program pribadi. Mau jalan-jalan saja direncanakan, masa’ mau puasa tidak ada persiapan sama sekali. Tidak usah muluk-muluk. Misalnya, di bulan Ramadhan nanti saya ingin one day one juz; merencanakan bagi-bagi kurma @3 biji untuk sepuluh orang perhari; saya mau mengirim air gelas satu dos untuk lima masjid; saya mau berbagi nasi bungkus kepada para abang becak dan pasukan kuning; dan sebagainya.

Persiapan Kedelapan, Menyiapkan niat yang ikhlas. Jangan ada dusta di antara kita dengan Tuhan. Mempersiapkan niat berarti membersihkan hati dari segala macam riya’ (karena ingin dihargai atau dilihat atau diperhatikan atau sekedar ikut-ikutan puasa Ramadhan karena teman dan tetangga puasa), sum’ah (ingin didengar orang lain), ujub (bangga dengan puasa Ramadhan dan amal ibadahnya) dan segala tendensius yang bukan karena Allah. yang diikhlaskan bukan hanya puasa Ramadhan, melainkan juga semua amal ibadah dan kesalehan yang kita lakukan di bulan Ramadhan. Inilah persiapan hati yang paling penting dilakukan oleh semua orang yang hendak melakukan ibadah puasa dengan segala rangkaian ibadah lainnya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Anak Saleh (12) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

10 October 2024

Wawasan

Menghindari Bias Gender dalam Tafsir Al-Qur`an  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Buday....

Suara Muhammadiyah

17 May 2024

Wawasan

Gerakan IMM dalam Lintasan Peradaban (2) Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Unive....

Suara Muhammadiyah

10 May 2024

Wawasan

Sebuah Alasan untuk Tetap Semangat Berkarya Oleh: Heriyanti, Kepala SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta, ....

Suara Muhammadiyah

22 May 2024

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (17) Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Di da....

Suara Muhammadiyah

28 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah