Deni Asyari; Tukang Adzan Ekonomi Jamaah Muhammadiyah

Publish

2 November 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
2581
Foto bersama Wapres RI ke 10- dan ke- 12 Jusuf Kalla serta Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir DokIstimewa

Foto bersama Wapres RI ke 10- dan ke- 12 Jusuf Kalla serta Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir DokIstimewa

Deni Asyari; Tukang Adzan Ekonomi Jamaah Muhammadiyah

Oleh: Ganjar Sri Husodo

“Ternyata, harus  butuh waktu seratus tahun Suara Muhammadiyah dapat membangun gedung seperti ini. Selama ini kita, tepatnya saya yang pernah jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dan ditunjuk jadi Pemimpin Umum  Majalah tertua ini ngapain saja?  Lambat, sangat lambat. Tapi tidak perlu disesali. Saat ini kita telah berada di jalur yang tepat untuk terus melaju dengan lebih cepat. Ini yang harus disyukuri.”

Kata-kata itu diucapkan oleh Buya Ahmad Syafii Maarif Allahu Yarham di sela-sela rapat rutin redaksi Suara Muhammadiyah di suatu ruangan lantai tiga gedung Grha Suara Muhammadiyah Jl KHA Dahlan 107 Yogyakarta. Sepertinya, tidak hanya sekali Buya Syafii Maarif mengucapkan kata-kata seperti itu.  Kata-kata hampir selalu digumamkan tokoh yang pernah dijuluki harian Kompas sebagai muadzin bangsa ini di sela perbincangan kami. Di ruang rapat atau di mushalla setelah kami menunaikan shalat dhuhur berjamaah.

Kata-kata yang seperti bernada penyesalan di atas,  hampir pasti beliau ulangi setiap kali guru bangsa ini bercerita tentang para tamu terhormat yang datang pada hari itu. Para tokoh nasional lintas profesi yang rata-rata cukup ternama itu biasanya datang menghadap beliau untuk sekedar curhat tentang kondisi negeri tercinta ini. Walaupun perbincangan diawali tentang politik, hukum, agama, pendidikan, atau topik yang lain, di ujung perbincangan pasti selalu menyinggung soal ekonomi. Tentang ketimpangan dan ketidakberdayaan mayoritas warga negara di sektor ini.

Buya Syafii Maarif hampir selalu menceritakan ujung perbincangan itu kepada kami. Betapa parah dan lemahnya kita, ummat Islam ini, di sektor ekonomi.  Kekayaan total delapan puluh persen penduduk Indonesia masih jauh  di bawah kelompok kecil yang menguasai secara riil sektor ekonomi negeri ini. Ketika sudah sampai di topik ini Buya Syafii pasti mengulang  pernyataan di atas.

“Hanya untuk membangun gedung lima  lantai seluas ini,  kita butuh waktu satu abad. Kita mungkin sedikit lebih baik dari yang lain, tapi semua stabil kecil. Gak sebanding dengan konglomerat  yang paling kecil di negeri ini. ” Pengakuan kecut bercampur bangga.

“Saya memang ikut bersalah dalam ketersendatan laju Suara Muhammadiyah ini. Sepuluh atau sebelas  tahun yang  lalu, ada dua anak muda dan satu orang tua menemui saya. Bercerita tentang Suara Muhammadiyah yang perlu dibenahi secara total. Tapi, saat itu saya mengabaikannya. Andaikan saat itu cerita itu saya  tindaklanjuti, saat ini kita tentu sudah bisa lebih banyak berbuat. Untungnya anak-anak itu tidak mutung. Kalau mereka mutung , bisa satu abad lagi gedung ini baru berdiri.”  Bagi penulis, pernyatan Buya Syafii Maarif ini masih menjadi misteri.

Sampai akhir hayat beliau tidak menjelaskan pernyataan itu. Hanya saja, ketika Buya mengucapkan kata itu, para senior seperti Pak Musthofa, Pak Imron, Pak Luthfi, Mas Muarif, Kang Isngadi, juga  Pak Deny,  ada yang hanya diam dengan mengerutkan dahi. Ada pula yang mengulum senyum yang buru-buru disembunyikan. Kami yang lebih muda jelas tidak tahu apa-apa tentang pernyataan ini.

Hanya saja, di beberapa kesempatan Buya Syafii Maarif juga menyatakan kalau lompatan capaian Suara Muhammadiyah pada tahap yang tidak pernah beliau bayangkan itu tidak dapat dipisahkan dengan sosok Deni Asy’ari , yang ditunjuk menjadi pemimpin perusahaan menggantikan Didik Sujarwo yang wafat. Deni Asy’ari  sendiri menurut Buku “QUANTUM TRANSFORMATION, Lompatan Perkembangan Suara Muhammadiyah 2013-2017” yang diterbitkan Pusat  Data dan Litbang Suara Muhammadiyah (2018)  merupakan sosok yang sempat diragukan oleh sebagian Pimpinan Suara Muhammadiyah.

Shalat Bersama Buya Syafii Maarif

Shalat Bersama Buya Syafii Maarif

“Walau sempat diragukan oleh sebagian Pimpinan  Suara Muhammadiyah, seluruh karyawan menyambut gembira penunjukan Putra Bukit Tinggi ini sebagai Pemimpin Perusahaan yang baru. Ibarat tentara, Deni Asy’ari memang masih menyandang bintang dua, namun gaya kepemimpinannya saat menjadi staf redaksi serta Kepala bagian iklan dan kerjasama, sangat disukai oleh semua karyawan dari lapis senior maupun junior.” Tulis buku ini.

Saat pidato  peresmian SM Tower and Covention  (24 Juni 2023) Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir juga mengakui kalau kegemilangan usaha Suara Muhammadiyah ini terkait erat dengan kegigihan kerja Deni Asy’ari.  Haedar Nashir juga menyebut  kalau beliaulah yang bersikeras mengusulkan Deni Asy’ari menjadi Pemimpin Perusahaan pada tahun 2013 itu. “Setelah gagal dalam pemilihan Ketua Umum DPP IMM, Mas Deni Asy’ari ini saya ajak untuk lebih serius mengurus dan membesarkan Suara Muhammadiyah ini. Walau saat itu Mas Deni  dianggap masih terlalu muda. Alhamdulillah ijtihad saat itu tidak salah. Dengan sentuhan tangan dinginnya Suara Muhammadiyah dapat berkembang menjadi seperti ini.”

Akan tetapi, Deni Asy’ari menampik semua anggapan itu. Menurutnya Suara Muhammadiyah memang sudah mempunyai potensi untuk menjadi besar. Selain itu, semua  capaian Suara Muhamadiyah yang oleh banyak pihak disebut gemilang ini juga bukan karena usaha dia semata. “Capaian ini berkat kerja keras dan keseriusan semua teman-teman yang ada di Suara Muhammadiyah. Bukan karena saya”. 

Deni Asy’ari mungkin bisa ingkar, tetapi sejarah lah yang membuktikan. Suara Muhammadiyah yang sebelum tahun 2013 tidak ada yang mau melirik, pada tahun 2023 ini sudah berkembang menjadi perusahaan yang meraksasa. Tidak hanya di sektor penerbitan majalah dan jualan buku namun merambah ke sektor usaha yang lain. Mulai dari bisnis ekspedisi  sampai hotel dan perumahan semuanya telah dirambah dengan hasil yang cukup gemilang. 

“Tidak hanya pada hari ini. Di zaman yang telah berlalu kecantikan selalu mendatangkan rasa cemburu.” Ungkapan ini juga berlaku pada Deni Asy’ari dan Suara Muhammadiyah. Raihan Suara Muhammadiyah yang oleh mayoritas umat Islam dianggap sebagai kegemilangan ini tidak lepas dari nyinyiran pasukan lidah berlebih (jawa: lambe  turah).

“Baru bisa membangun hotel seperti itu saja sudah menepuk dada. Dibangga-banggakan seperti dewa petir yang bisa memanggil hujan di musim kemarau.” “Kalau mengembangkan bisnis dengan cara berjualan nama besar Muhammadiyah , semua orang juga bisa.” “Suara Muhammadiyah sudah jadi kapitalis, semua hal ingin dikuasai sendiri.”

Ungkapan nyinyir seperti ini banyak berseliweran juga kasak-kusuk yang tak berujung pangkal kian banyak menerpa Suara Muhammadiyah. Ironisnya. Cibiran dan kasak-kusuk itu justru banyak diproduksi dan diedarkan tanpa tabayyun oleh para kader Muhammadiyah sendiri. Sementara itu pihak luar banyak yang memberikan apresiasi positif. 

Di antara apresiasi positif itu  didapat dari penyelenggara Indonesia award magazine yang pada Oktober 2021 menasbihkan Deni Asy’ari sebagai The #1 Winner dalam Kategori Indonesia Business Award 2021. Saat itu Suara Muhammadiyah baru mempunyai unit bisnis Majalah Suara Muhammadiyah, Toko Suara Muhammadiyah beserta SM Corner, SM Logistic, SM Tour and Travel, Bulogmu, dan Logmart.

SM Tower Yogyakarta

SM Tower Berau

Setelah SM Tower diresmikan pada Juni 2023 apresiasi itu kian banyak didapatkan.  Bahkan saat ini Suara Muhammadiyah dipercaya untuk mengelola satu hotel di Berau Kalimantan Timur yang sekarang namanya diubah menjadi SM Tower Berau, dan satu hotel di Padang Panjang. 

Walau banyak disebut sebagai tokoh penggerak bisnis  Muhammadiyah, bahkan Dr Anwar Abbas (Ketua PP Muhammadiyah dan mantan Sekjed MUI)  menyebut Deni sebagai tokoh yang bisa mewujudkan mimpi-mimpi dia dalam sektor ekonomi umat Islam,  Deni Asy’ari menolak dirinya disebut sebagai lokomotif apalagi generator bisnis di Muhammadiyah. 

“Saya hanya ingin menyiapkan sarana agar umat Islam khususnya warga Muhammadiyah  ini dapat berjamaah di sektor ekonomi. Semangat jamaah dalam berkolaborasi dan spirit inilah yang penting, kita tidak akan melawan para pemodal besar dengan cara jalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu kita butuh kolaborasi mulai dari hulu sampai hilir, inilah yang perlu kita kapitalisasi menjadi kekuatan kita secara berjamaah.” Tandas Deni dalam suatu  kesempatan.

Dar perspektif yang dia bangun, Deni Asy’ari dapat disebut sebagai dinamo bisnis Muhammadiyah. Dinamo itu alat yang dipasang sebagai pembangkit listrik untuk menyalakan lampu di sepeda ontel. Dinamo ini akan menghasilkan listrik apabila roda sepeda itu berputar. Ketika dinamo itu dipasang dan roda itu berputar  kencang, lampu sepeda itu akan menyala terang. Gelap malam akan tersisih dengan pendar cahayanya, jalan yang mulus dan berlobang   akan terlihat nyata. Sepeda pun akan dapat melaju dengan kencang dan nyaman walau malam di jalan pinggir pesawahan itu sangat gelap tanpa sinar rembulan.

Paling  tidak  semua capaian usaha Deni dan Suara Muhammadiyah ini sedikit dapat mengobati rasa sakit di dada ketika ada orang yang secara sinis berucap, “Muhammadiyah ini kaya karena membisniskan orang sakit dan membisniskan pendidikan. Uang orang sakit ditarik lewat rumas sakit, uang pendidikan anak sekolah dan kuliah juga diambil untuk memutar roda organisasi.” 

Muhammadiyah ternyata dapat berbisnis dengan logika bisnis yang sebenarnya. Bukan bisnis yang berkedok layanan sosial sebagaimana yang dilakukan banyak yayasan abal-abal. Potensi bisnis di lingkungan Muhammadiyah ini sendiri omsetnya puluhan trilyun dalam satu tahun.

“Sayang potensi trilyunan rupiah itu masih berserak dan diambil oleh orang lain. Kalau kita bisa berjamaah ekonomi, Muhammadiyah akan sangat kaya. Dalam hal ini saya jadi tukang adzannya saja. Terserah nanti  siapa Imamnya, yang penting jamaahnya berkumpul dulu. ”  Tutur Deni Si Tukang Adzan Ekonomi Jamaah Muhammadiyah.

Ganjar Sri Husodo, Redaktur Suara Muhammadiyah

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Meneladani Ghirah Perjuangan Menghidupkan PCIM-PCIA Malaysia dari Nita Nasyithah Oleh: Windu Wuland....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Humaniora

Lebaran Terakhir  Cerpen Affan Safani Adham Siapa yang tahu kalau saat ini adalah waktu terak....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Humaniora

Oleh: Mustofa W Hasyim SETELAH ALHAMDULILLAH Alhamdulillahi rabbil 'alamiinAlhamdulillahi rabbil '....

Suara Muhammadiyah

31 December 2023

Humaniora

Cerpen Ulfatin Ch Langit masih seperti dulu. Burung-burung masih berkicau merdu. Bunga pukul empat....

Suara Muhammadiyah

19 January 2024

Humaniora

Harapan dalam Tiap Proses Hidup  Amalia Irfani, LPPA PWA Kalbar  Ma fil aba, fil abna, &....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah