YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dalam mata kuliah wajib pascasarjana UAD tidak hanya sebatas pada pengertian saja melainkan AIK menjadi value yang membangun dari paradigma ini. Dari paradigma tersebut, Muhammadiyah berharap semua lulusan UAD memiliki kemampuan integritas AIK dalam bidang keilmuan masing-masing.
Maka, lembaga Pengembangan Studi Islam menyelenggarakan Stadium Generale Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk para pionir-pionir kebaikan dan kebangkitan Islam yaitu para mahasiswa baru Pascasarjana UAD. Pada kegiatan ini, dilaksanakan hari Kamis (30/11) secara online melalui zoom meeting. Dengan pemateri yaitu Prof. H. Zamroni, Ph.D. seorang Guru Besar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan UAD serta Anggota Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah.
AIK selain menjadi mata kuliah wajib tapi juga menjadi ciri khas dari perguruan tinggi Muhammadiyah. Dan hal itu menjadi sangat penting tidak dapat disamakan dengan kuliah yang lain. Pada kesempatan kali ini Prof Zamroni menyampaikan terkait dua hal, yaitu: Pertama, kritik diri terhadap pembelajaran AIK. Kedua, gagasan yang sekarang dipegang oleh Holistic Education bagaimana implikasi dan pembelajaran AIK.
Zamroni mengurai permasalahan dalam pembelajaran AIK. Pertama, metode ekspositori yaitu pendidik selama masa pembelajaran hanya dengan metode ceramah, dengan hal itu tidak ada interaksi antar pendidik dan yang dididik.
“Penyampaian materi itu kalau hanya dengan ceramah menyebabkan baik saja.” Terangnya.
Kemudian, Kedua memperlakukan AIK sebagaimana mata pelajaran lain. AIK bukan sekedar objek kehidupan atau hanya disampaikan sama halnya dengan mata pelajaran atau kuliah yang lain. Ketiga, menuangkan ilmu ke siswa harus maksimal agar tercapai tujuan pembelajarannya.
Keempat¸kurang menekankan nilai-nilai moral gerakan yang hanya bersifat kognitif Al-Islam dianggap ilmu sekedar ilmu saja tanpa ada pengkajian. Kemudian tidak cukup memberikan kesempatan interaksi akademis di antara peserta didik, tidak menampung aspirasi dan interet peserta didik, terjadi pengulangan dan menjemukkan peserta didik sehingga tidak serius.
Zamroni pun menjelaskan terkait cakupan pada AIK yaitu tentang paham agama, hakekat gerakan dakwah Islam, Misi, Strategi dan kebijakan gerak perjuangan dan amal usaha Muhammadiyah.
“Manakala kita mencermati pembelajaran AIK di kelas, akan diketemukan proses transfer of knowleadge bersifat statis. Sedangkan persyarikatan Muhammadiyah yang mengusung ajaran Islam yang berkemajuan sebagai gerakan yang mengandung dinamika, perubaha, tajdid yang perlu dipahami secara utuh. Dengan itu, pembelajaran AIK akan memberikan pengalaman yang mesti bisa mendorong para peserta didik untuk mempertanyakan, menangkap makna, mengembangkan empati pada person, aktivitas dan peristiwa yang dipelajari.” Jelasnya.
Zamroni menguraikan bahwa ada 5 hal yang penting dalam pembelajaran AIK, yaitu Proses transmisi nilai-nilai pokok keMuhammadiyahan kepada para mahasiswa, Mengkaji secara rasional nilai-nilai dan posisi nilai-nilai pada kehidupan masyarakat, proses bagaimana peserta didik menanggapi berdasarkan nilai-nilai individu mereka sendiri, merumuskan sendiri pemahaman dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Lalu, untuk bisa tercapai tujuan dan maksud dengan adanya AIK ini, ada beberapa proses yang perlu dikembangkan, yaitu dialog antar pendidik dan peserta didik, menggunakan analisis-sintesis-kritis, Eksplorasi-Inkuri-Kolaborasi, interpretas-kesimpulan, merumuskan dengan bahasa sendiri, menjadi tahu bukan diberitahu, atmosfir pembelajaran demokratis, metode asesmen bersifat autentik, kritis dan kreatif dan mind setting pendidik.
“Peran pendidik selaku Katalist, senantiasa mengajukan pertanyaan yang menantang, yang senantiasa menuntut jawaban para mahasiswa dengan bukti dan logika yang kuat baik untuk argumentasi maupun untuk kesimpulan, yang diajukan proses pembelajaran kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan oleh para mahasiswa selaku kader Muhammadiyah” tegasnya
Zamroni juga menyampaikan bahwa ada DNA Pendidikan Muhamadiyah yaitu, Penghambaan,intelek ulama-ulama intelek, Amal ilmiah-ilmu amaliah, kesatuan sekolah, keluarga, masyarakat dan masjid, Intra kurikulum-KO-Ekstra Kurikulum-Hidden Kurikulum, siapa menanam-mengetam, hormat patuh pada orangtua dan guru serta berkemajuan.
“Implikasi pendidikan holistik adalah setiap dari siswa memiliki karakter yang sama di manapun siswa itu bersekolah di sekolah Muhammadiyah. Ibaratnya memiliki satu DNA, apa DNA sekolah Muhammadiyah? Yaitu AIK,” tutupnya. (Badru Tamam)