Desain Integrasi AIK dalam Pembelajaran bagi Mahasiswa

Publish

11 December 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
648
Prof Dr Zamroni

Prof Dr Zamroni

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dalam mata kuliah wajib pascasarjana UAD tidak hanya sebatas pada pengertian saja melainkan AIK menjadi value yang membangun dari paradigma ini. Dari paradigma tersebut, Muhammadiyah berharap semua lulusan UAD memiliki kemampuan integritas AIK dalam bidang keilmuan masing-masing.

Maka, lembaga Pengembangan Studi Islam menyelenggarakan Stadium Generale Al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk para pionir-pionir kebaikan dan kebangkitan Islam yaitu para mahasiswa baru Pascasarjana UAD. Pada kegiatan ini, dilaksanakan hari Kamis (30/11) secara online melalui zoom meeting. Dengan pemateri yaitu Prof. H. Zamroni, Ph.D. seorang Guru Besar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan UAD serta Anggota Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah.

AIK selain menjadi mata kuliah wajib tapi juga menjadi ciri khas dari perguruan tinggi Muhammadiyah. Dan hal itu menjadi sangat penting tidak dapat disamakan dengan kuliah yang lain. Pada kesempatan kali ini Prof Zamroni menyampaikan terkait dua hal, yaitu: Pertama, kritik diri terhadap pembelajaran AIK. Kedua, gagasan yang sekarang dipegang oleh Holistic Education bagaimana implikasi dan pembelajaran AIK.

Zamroni mengurai permasalahan dalam pembelajaran AIK. Pertama, metode ekspositori yaitu pendidik selama masa pembelajaran hanya dengan metode ceramah, dengan hal itu tidak ada interaksi antar pendidik dan yang dididik.

“Penyampaian materi itu kalau hanya dengan ceramah menyebabkan baik saja.” Terangnya.

Kemudian, Kedua memperlakukan AIK sebagaimana mata pelajaran lain. AIK bukan sekedar objek kehidupan atau hanya disampaikan sama halnya dengan mata pelajaran atau kuliah yang lain. Ketiga, menuangkan ilmu ke siswa harus maksimal agar tercapai tujuan pembelajarannya.  

Keempat¸kurang menekankan nilai-nilai moral gerakan yang hanya bersifat kognitif Al-Islam dianggap ilmu sekedar ilmu saja tanpa ada pengkajian. Kemudian tidak cukup memberikan kesempatan interaksi akademis di antara peserta didik, tidak menampung aspirasi dan interet peserta didik, terjadi pengulangan dan menjemukkan peserta didik sehingga tidak serius.

Zamroni pun menjelaskan terkait cakupan pada AIK yaitu tentang paham agama, hakekat gerakan dakwah Islam, Misi, Strategi dan kebijakan gerak perjuangan dan amal usaha Muhammadiyah.

“Manakala kita mencermati pembelajaran AIK di kelas, akan diketemukan proses transfer of knowleadge bersifat statis. Sedangkan persyarikatan Muhammadiyah yang mengusung ajaran Islam yang berkemajuan sebagai gerakan yang mengandung dinamika, perubaha, tajdid yang perlu dipahami secara utuh. Dengan itu, pembelajaran AIK akan memberikan pengalaman yang mesti bisa mendorong para peserta didik untuk mempertanyakan, menangkap makna, mengembangkan empati pada person, aktivitas dan peristiwa yang dipelajari.” Jelasnya.

Zamroni menguraikan bahwa ada 5 hal yang penting dalam pembelajaran AIK, yaitu Proses transmisi nilai-nilai pokok keMuhammadiyahan kepada para mahasiswa, Mengkaji secara rasional nilai-nilai dan posisi nilai-nilai pada kehidupan masyarakat, proses bagaimana peserta didik menanggapi berdasarkan nilai-nilai individu mereka sendiri, merumuskan sendiri pemahaman dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan.

Lalu, untuk bisa tercapai tujuan dan maksud dengan adanya AIK ini, ada beberapa proses yang perlu dikembangkan, yaitu dialog antar pendidik dan peserta didik, menggunakan analisis-sintesis-kritis, Eksplorasi-Inkuri-Kolaborasi, interpretas-kesimpulan, merumuskan dengan bahasa sendiri, menjadi tahu bukan diberitahu, atmosfir pembelajaran demokratis, metode asesmen bersifat autentik, kritis dan kreatif dan mind setting pendidik.

“Peran pendidik selaku Katalist, senantiasa mengajukan pertanyaan yang menantang, yang senantiasa menuntut jawaban para mahasiswa dengan bukti dan logika yang kuat baik untuk argumentasi maupun untuk kesimpulan, yang diajukan proses pembelajaran kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan oleh para mahasiswa selaku kader Muhammadiyah” tegasnya

Zamroni juga menyampaikan bahwa ada DNA Pendidikan Muhamadiyah yaitu, Penghambaan,intelek ulama-ulama intelek, Amal ilmiah-ilmu amaliah, kesatuan sekolah, keluarga, masyarakat dan masjid, Intra kurikulum-KO-Ekstra Kurikulum-Hidden Kurikulum, siapa menanam-mengetam, hormat patuh pada orangtua dan guru serta berkemajuan.

“Implikasi pendidikan holistik adalah setiap dari siswa memiliki karakter yang sama di manapun siswa itu bersekolah di sekolah Muhammadiyah. Ibaratnya memiliki satu DNA, apa DNA sekolah Muhammadiyah? Yaitu AIK,” tutupnya.  (Badru Tamam)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Uji Kompetensi Wartawan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UKW UMJ) ya....

Suara Muhammadiyah

5 March 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Sebagai organisasi perempuan yang berkemajuan, Aisyiyah memiliki tang....

Suara Muhammadiyah

23 June 2024

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Dalam sebuah acara bedah buku yang berlangsung Rabu, 10 Januari....

Suara Muhammadiyah

12 January 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Bagaimana cara sebuah sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mera....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Berita

MAGELANG, Suara Muhammadiyah - Berbarengan dengan Pengajian Selapanan di Amal Usaha Muhammadiyah (AU....

Suara Muhammadiyah

5 December 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah