JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah sekaligus anggota Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Jakarta (BPH UMJ) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin mengatakan ada kesalahpahaman dalam memahami konsep dakwah kultural. Pemahaman itu didasari dari gerakan dakwah Muhammadiyah yang dianggap kurang apresiatif terhadap budaya lokal masyarakat.
Prof. Din menjelaskan bahwa dakwah kutural tidak semata-mata menggunakan seni budaya lokal sebagai objek. Dalam refleksinya, dakwah kultural adalah konsep memperkuat landasan budaya masyarakat. Ia menilai, landasan budaya sangat penting untuk menciptakan masyarakat berkemajuan.
“Tidak mungkin terjadi perubahan dimasyarakat, jika tidak disiapkan landasan budaya. Kesalahpahaman mendasar masyarakat Indonesia itu cepat menerapkan budaya luar, misalnya demokrasi liberal. Tentu, jika landasan budaya tidak cukup kokoh akan merusak budaya politik kita,” kata Prof. Din dalam sesi terakhir pengkajian Ramadan 1445 H PP Muhammadiyah, dilaksanakan di Auditorium KH. Azhar Basyir, UMJ, Rabu (20/3/2024).
Oleh karena itu, Din mengungkapkan perlu untuk memperkuat basis komunitas lokal dengan menggunakan kekuatan amal usaha agar membantu gerakan dakwah Muhammadiyah. Tentunya, hal itu dilakukan dengan mengendurkan ketegangan teologis terhadap kebudayaan lokal diiringi memperkuat landasan budaya masyarakat.
Salah satu peran yang tetap dipertahankan adalah gerakan dakwah melalui pelayanan pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan dan dakwah pencerahan kepada umat dengan tiga kerangka yaitu pembebesan, pemberdayaan, dan pengembangan. Hal itu, merupakan kekuatan dakwah Muhammadiyah.
Sesi terakhir ditutup dengan pembahasan Dakwah Kemanusiaan Universal: Aksentuasi Dakwah Kultural di Akar Rumput. Kemudian, Rangkaian acara pengkajian ramadan 1445 H resmi di tutup oleh sekretaris umum PP Muhammadiyah sekaligus Ketua Badan Pembina Harian UMJ Prof. Dr. Abdul Mu’ti M.Ed,.