Distingsi Orientasi Dakwah Muhammadiyah dan Salafi

Publish

30 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
120
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Distingsi Orientasi Dakwah Muhammadiyah dan Salafi

Oleh: Ginanjar Wiro Sasmito, Ketua DKM Masjid IQRO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kluwut – Brebes / Ketua Majelis Dikdasmen PCM Bulakamba - Brebes

Dakwah Islam memiliki berbagai corak dan pendekatan sesuai dengan pemahaman keagamaan dan konteks sosial masing-masing kelompok. Dua gerakan yang sering dibandingkan dalam diskursus Islam di Indonesia adalah Muhammadiyah dan Salafi. Meskipun keduanya memiliki semangat pemurnian ajaran Islam, terdapat distingsi yang jelas dalam orientasi dakwah, metode, serta interaksi mereka dengan masyarakat dan negara.

Gerakan Dakwah Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta sebagai gerakan tajdid (pembaruan) yang bertujuan memurnikan ajaran Islam dari praktik bid'ah, khurafat, dan takhayul. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang memiliki orientasi dakwah yang luas, mencakup berbagai aspek kehidupan umat. Orientasi ini tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan tetapi juga pada pembangunan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Diantara orientasi utama dakwah Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

1.           Pemurnian Aqidah dan Ibadah

Muhammadiyah mengusung prinsip tajdid (pembaruan) yang bertujuan untuk memurnikan Islam dari praktik bid’ah, khurafat, dan takhayul. Pemahaman agama Muhammadiyah didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan pendekatan yang rasional dan kontekstual. Gerakan ini menghindari berbagai bentuk penyimpangan, dengan tetap mengedepankan pendekatan yang rasional dan modern dalam berislam. Sehingga prinsip ijtihad digunakan dalam memahami ajaran Islam agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

2.           Dakwah Bil Hal (Aksi Nyata dalam Kehidupan Masyarakat)

Dakwah Bil Hal dalam Muhammadiyah merupakan pendekatan dakwah yang nyata dan berorientasi pada aksi, bukan sekadar ceramah. Dengan membangun sarana dakwah, diantaranya: lembaga pendidikan (sekolah, pondok pesantren, dan perguruan tinggi), lembaga kesehatan dan pelayanan sosial (Rumah Sakit, Klinik, Panti Asuhan, Panti Jompo, Layanan Bantuan Bencana dan Program-program strategis lainnya), Pemberdayaan Ekonomi Umat (Koperasi dan Usaha Mikro, Baitul Mal Wa Tamwil, dan Pemberdayaan UMKM), dan lembaga kemanusiaan (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU), dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC)). Dalam hal ini Muhammadiyah berupaya mewujudkan Islam yang berkemajuan dan memberikan solusi bagi permasalahan umat.

3.           Moderatisme dan Wasathiyah Islam

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi Islam yang moderat (wasathiyah) dan mengusung prinsip Islam berkemajuan. Sikap ini menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang inklusif, adaptif, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah tanpa terjebak dalam ekstremisme, baik dalam bentuk liberalisme maupun konservatisme yang berlebihan. Wasathiyah dalam Islam di Muhammadiyah berarti jalan tengah, yaitu tidak condong pada sikap yang terlalu kaku (tekstualis) atau terlalu bebas (liberal), prinsip ini tercermin dalam: Menjunjung keseimbangan antara akal dan wahyu dalam memahami Islam, Memegang teguh prinsip toleransi (tasamuh) dalam kehidupan sosial, dan  Menghindari fanatisme terhadap satu mazhab tertentu, dengan pendekatan yang lebih fleksibel dalam ijtihad.

4.           Reformasi dan Modernisasi Islam

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mengusung reformasi (tajdid) dan modernisasi dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Pendekatan ini bertujuan untuk menjadikan Islam sebagai agama yang berkemajuan, kontekstual, dan relevan dengan perkembangan zaman, tanpa meninggalkan prinsip utama dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Konsep tajdid dalam Muhammadiyah, yaitu pembaruan dalam Islam dengan mengembalikan ajaran kepada kemurnian tauhid dan ibadah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Reformasi ini meliputi: pemurnian akidah, ijtihad dalam memahami agama, dan menolak ibadah yang tidak memiliki landasan kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Muhammadiyah juga percaya bahwa Islam harus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, modernisasi Islam dalam Muhammadiyah mencakup: Pendidikan berbasis sains dan Islam, Pemanfaatan teknologi dalam dakwah, dan Mendukung inovasi dan penelitian.

5.           Interaksi Positif dengan Negara dan Politik

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern di Indonesia memiliki pendekatan yang khas dalam berinteraksi dengan negara dan politik. Prinsip utama dalam dakwah Muhammadiyah adalah amar ma’ruf nahi munkar, yang diterapkan dengan cara-cara damai, konstruktif, dan berorientasi pada kemajuan bangsa. Bentuk interaksi positif Muhammadiyah dengan negara dan politik, antara lain: Muhammadiyah tidak terlibat dalam politik praktis atau mendukung partai tertentu, tetapi tetap aktif dalam politik kebangsaan, kontribusi dalam kebijakan publik, kerjasama dalam bidang sosial kemanusaiaan, menjadi mitra kritis pemerintah, mempromosikan nilai-nilai demokratis dan toleransi, serta berperan dalam penyelesaian konflik dan perdamaian.

Gerakan Dakwah Salafi

Salafi adalah sebuah gerakan dakwah Islam yang berupaya kembali kepada pemahaman Islam yang dianggap murni, yaitu sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh generasi Salafus Shalih (tiga generasi pertama Islam: Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in). Orientasi ini meliputi berbagai aspek dalam kehidupan beragama dan sosial. Dakwah Salafi mulai berkembang pesat di Indonesia pada akhir abad ke-20, terutama dengan masuknya lulusan dari universitas di Timur Tengah, seperti Universitas Islam Madinah dan LIPIA Jakarta. Mereka membawa pemikiran tauhid murni yang menolak praktik-praktik yang dianggap bid’ah.

Saat ini gerakan dakwah salafi semakin berkembang melalui berbagai majelis taklim, pesantren, dan media digital, termasuk televisi, YouTube, serta radio-radio dakwah. Gerakan Salafi memiliki berbagai variasi yang muncul karena perbedaan dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam konteks kehidupan modern. Ada yang lebih fokus pada ilmu dan pendidikan (Salafi Puritan), ada yang aktif dalam politik (Salafi Haraki), ada yang cenderung ekstrem (Salafi Jihadi), ada yang loyal kepada pemerintah (Salafi Madkhali), dan ada yang lebih moderat (Salafi Reformis).

Dan diantara orientasi utama dakwah Salafi adalah sebagai berikut:

1.           Pemurnian Tauhid dan Akidah Sebagai inti Dakwah

Pemurnian tauhid dan akidah menjadi inti dari dakwah Salafi. Gerakan ini berfokus pada pengembalian Islam kepada kemurnian ajaran yang diyakini sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, sebagaimana dipahami oleh generasi awal Islam (Salafus Shalih). Prinsip utama dakwah tauhid dan akidah pada salafi antara lain: Tauhid sebagai inti islam (Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Sifat), Menjauhi Bid’ah, syirik, khurafat, dan tahayul, serta Menghindari fanatisme terhadap mazhab tertentu jika bertentangan dengan dalil yang lebih kuat. Salafi menegaskan bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah SAW dan tidak menyimpang dengan menambah atau mengurangi ajaran Islam.  Oleh karena itu dakwah Salafi menegaskan pentingnya berpegang teguh pada Sunnah dan menolak segala bentuk bid’ah dalam agama. Semua bid'ah dalam ibadah juga dianggap sesat, karena menambah sesuatu dalam agama yang sudah sempurna, termasuk: perayaan maulid nabi, dan dzikir berjamaah dengan suara jahr.

2.           Dakwah Tashfiyah (Penyucian) dan Tarbiyah (Pendidikan)

Dakwah Salafi memiliki dua pilar utama dalam membangun umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran yang murni, yaitu Tashfiyah (Penyucian) dan Tarbiyah (Pendidikan). Dua konsep ini merupakan metode dakwah yang bertujuan untuk membersihkan Islam dari berbagai penyimpangan serta mendidik umat dengan pemahaman yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih.

Tujuan Tashfiyah sendiri antara lain: Membersihkan akidah dari unsur syirik, khurafat, dan bid’ah, Memurnikan ibadah dari tambahan-tambahan yang tidak ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Mengoreksi pemahaman Islam yang telah tercampur dengan pemikiran yang menyimpang, dan membebaskan umat dari taklid buta kepada mazhab atau tokoh tertentu tanpa dalil.

Sedangkan Tujuan Tarbiyah disini antara lain: Membina umat berdasarkan ilmu yang benar dari Al-Qur’an dan Sunnah, Membentuk generasi yang bertakwa, berakhlak mulia, dan berpegang teguh pada tauhid, serta Meningkatkan kesadaran umat terhadap pentingnya mengikuti manhaj Salaf

3.           Menjaga Keberpihakan kepada Ulama Salaf

Dalam dakwah Salafi, berpihak kepada ulama Salaf berarti menjadikan pemahaman Salafus Shalih (generasi awal Islam: para sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in) sebagai satu-satunya tolok ukur dalam memahami, mengamalkan, dan menyebarkan ajaran Islam. Dakwah Salafi tidak mengikuti pendapat berdasarkan logika semata atau mengikuti mayoritas, melainkan selalu merujuk kepada bagaimana pemahaman tersebut sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih.

4.           Menjauhi Fanatisme terhadap Kelompok atau Mazhab Tertentu

Salah satu prinsip utama dalam dakwah Salafi adalah menjauhi fanatisme (ta’assub) terhadap kelompok, mazhab, atau individu tertentu. Dakwah Salafi mengajak umat Islam untuk mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih, bukan mengikuti suatu kelompok atau figur secara membabi buta. Dakwah Salafi tidak menolak mazhab, tetapi mengambil pendapat yang paling kuat berdasarkan dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah. Empat imam mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad) dihormati, tetapi mereka sendiri mengajarkan agar umat Islam tidak mengikuti mereka secara buta. Dakwah Salafi menekankan bahwa yang menjadi pegangan utama adalah Al-Qur'an dan Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih, bukan sekadar mengikuti mazhab karena faktor tradisi ataupun lingkungan.

Muhammadiyah dan Salafi merupakan dua gerakan dakwah yang memiliki semangat pemurnian Islam, namun dengan orientasi dan pendekatan yang berbeda. Muhammadiyah mengusung konsep tajdid (pembaruan) yang tidak hanya berfokus pada pemurnian aqidah dan ibadah, tetapi juga pada pengembangan pendidikan, sosial, kesehatan, dan ekonomi umat. Dengan pendekatan wasathiyah (moderasi), Muhammadiyah menekankan keseimbangan antara Islam yang murni dan kemajuan zaman, serta aktif dalam politik kebangsaan tanpa terlibat dalam politik praktis.

Di sisi lain, Salafi berorientasi pada pemurnian Islam secara ketat dengan metode Tashfiyah (penyucian) dari unsur-unsur bid’ah, syirik, dan khurafat, serta Tarbiyah (pendidikan) untuk membentuk generasi yang berpegang teguh pada manhaj Salafus Shalih. Gerakan ini lebih fokus pada ketegasan dalam mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah tanpa terpengaruh oleh tradisi lokal, serta menghindari keterlibatan dalam politik praktis.

Perbedaan ini mencerminkan keanekaragaman pendekatan dalam dakwah Islam, yang masing-masing memiliki kontribusi besar dalam membangun dan membimbing umat Islam. Muhammadiyah menitikberatkan pada integrasi Islam dengan peradaban modern, sedangkan Salafi menegakkan Islam dalam bentuk yang dianggap paling murni. Pada akhirnya, kedua gerakan ini bertujuan untuk membawa umat Islam kepada ajaran yang benar dan lurus, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah. Perbedaan metode yang digunakan seharusnya menjadi kekayaan dakwah yang dapat saling melengkapi dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Jalan Berliku Kesejahteraan Guru Oleh: Rizki Putra Dewantoro, Kader Muhammadiyah Kesejahteraan gur....

Suara Muhammadiyah

28 November 2024

Wawasan

Simpul Kader Muhammadiyah: Mendayung di Antara Tiga Pasangan Calon Oleh: Ahmad Ashim Muttaqin, Kade....

Suara Muhammadiyah

8 December 2023

Wawasan

Mengenal Cultural Violence dan Dampaknya  Oleh : Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak....

Suara Muhammadiyah

6 July 2024

Wawasan

Pemberdayaan Ekonomi Sektor Perunggasan Yang Berkemajuan Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP ....

Suara Muhammadiyah

16 August 2024

Wawasan

Gerakan IMM dalam Lintasan Peradaban (1) Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Unive....

Suara Muhammadiyah

8 May 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah