Kalimantan Barat dan Muhammadiyah Ideologis
Refleksi Milad ke 113 Muhammadiyah
Oleh : H.Nilwani, M.Pd, Wakil Ketua PWM Kalimantan Barat
Bulan November bagi warga dan simpatisan Muhammadiyah memiliki makna tersendiri karena bulan ini merupakan bulan kelahiran Persyarikatan Muhammadiyah yang akan disertai gema kegiatan syiar milad ke-113 di seluruh pelosok Nusantara bahkan mancanegara.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta 18 November 1912 Masehi, bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah. Bulan ini, organisasi Muhammadiyah telah memasuki usia satu abad lebih 13 tahun. Muhammadiyah telah melewati berbagai tantangan yang kadang mengancam eksistensinya, tetapi kita bersyukur organisasi ini telah berhasil menghadapi tantangan-tantangan yang berbeda dari satu zaman ke zaman yang lain. Sampai saat ini alhamdulillah Muhammadiyah tetap memainkan perannya sebagai pengawal pencerahan umat dan bangsa.
Setelah melalui seratus tahun pertama, Muhammadiyah telah menjadi organisasi yang besar dari sudut kuantitas anggota, simpatisan, maupun amal usahanya. Pada tahap inilah kemudian Muhammadiyah terjangkit stigma organisasi besar. Menurut Prof. Syafiq A. Mughni (Ketua PP Muhammadiyah) motivasi orang masuk Muhammadiyah menjadi bervariasi; mungkin karena cocok dengan gaya manajemennya, semangat egalitarianisnya, atau karena pertimbangan pragmatis. Banyak kepentingan pragmatis yang mendorong orang masuk Muhammadiyah, misalnya terkatrolnya kelas sosial, orang merasa kelas sosialnya naik karena bergabung dengan Muhammadiyah. Juga interest politik ketika orang merasa mendapatkan konstituen dalam Muhammadiyah atau jabatan dalam amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang mungkin menjanjikan sesuatu yang bersifat material.
Dalam konteks Kalimantan Barat (Kalbar), jika merujuk pada dokumen resmi organisasi, dalam hal ini keputusan keputusan PP/PB Muhammadiyah dapat kita temukan jejak dokumen sejarah yang menyatakan bahwa berdirinya Muhammadiyah di Kalimantan Barat dimulai dari pengesahan berdirinya pimpinan cabang Muhammadiyah Sambas pada tahun 1939. Namun demikian, bila ditinjau dari aspek ideologis, kehadiran Muhammadiyah di Kalimantan Barat berkaitan erat dengan kedatangan Ustadz Abdul Manaf Siasa pada tahun 1926. Bagi persyarikatan Muhammadiyah, sosok Ustadz Abdul Manaf Siasa atau biasa dipanggil dengan panggilan Guru Manaf merupakan tokoh ulama asal Sumatera Barat yang memperkenalkan Muhammadiyah secara ideologis di Pontianak khususnya dan Kalimantan Barat pada umumnya.
Pada perkembangan selanjutnya kiprah Ustadz Abdul Manaf Siasa, bersama Haji Arief bin Haji Ismail, hartawan sekaligus dermawan kampung Bangka Pontianak yang dikenal sebagai “orang kaya” kemudian mewakafkan sebagian hartanya untuk didirikan perguruan Islamiyah di Kampong Bangka. Jika Haji Arief bin Haji Ismail adalah penyandang dana sekaligus wakif, maka Ustadz Manaf diberikan tugas oleh wakif untuk menjadi guru sekaligus ikut mengelola perguruan Islamiyah. Alhamdulillah saat ini perguruan Islamiyah yang berdiri tahun 1926 itu tetap eksis dalam berkiprah memberikan layanan dalam bidang pendidikan maupun keagamaan yang kemaslahatan kiprah-nya telah melintasi zaman.
Perjumpaan Ustadz Abdul Manaf Siasa dengan hartawan H. Arief bin H. Ismail Kampung Bangka Pontianak pada masa masa berikutnya telah menghantarkan eksistensi Muhammadiyah Kalimantan Barat baik secara ideologis maupun organisatoris.
Di Kalimantan Barat, meskipun Muhammadiyah berdiri sejak tahun 1939, perkembangannya belum seperti perkembangan di provinsi dan daerah lain di luar Kalbar. Namun kita patut bersyukur bahwa secara kelembagaan 14 kabupaten kota di wilayah Kalimantan Barat sudah terbentuk pimpinan daerah dan berbagai cabang dengan segala aktivitas yang terus-menerus berupaya untuk menghadirkan kemaslahatan bagi seluruh warga masyarakat Kalimantan Barat. Selamat milad ke-113, semoga Muhammadiyah tetap istiqomah dalam berkhidmat mencerahkan dan menyejahterakan umat dan bangsa. (hanan)


